6 Selain potensi limbah panas ditemukan pada perairan sekitar PLN Poka dan Galala. Limbah ini akan memberikan dampak terhadap
kematian mangrove pada kawasan ini, serta organisme bentos yang hidup pada atau dalam sedimen.
8.2.2.3 Zonasi Lahan Atas
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada Bab VII bahwa niat baik pemerintah daerah telah ditunjukkan dengan disusunnya rencana tata ruang
wilayah, walaupun sampai sekarang belum disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah masih Ranperda. Hal ini terlihat dari rencana tata ruang wilayah yang
mulai dibuat dari tahun 2004 akan tetapi hingga berkali-kali dirubah sampai 2009 ini Draf Akademiknya baru dibuat Rancangan Peraturan Daerah Ranperda,
sementara itu makin bertambah saja permasalahan pembangunan yang sulit diketahui atau bahkan sulit dikendalikan. Salah satu contoh permasalahan
pembangunan yang sudah terjadi sebagiannya dapat dipelajari dari hasil penelitian ini.
Teluk Ambon Dalam tidak merupakan bagian yang direncanakan khusus dalam RTRW akan tetapi sebagian telah tersirat di dalam dokumennya, khusus
yang berkaitan dengan ekosistem produktif di dalamnya. Teluk Ambon dengan multifungsi yang diperankannya selama ini, berpotensi terkontaminasi salah satu
produk aktivitas-aktivitas tersebut. Dugaan terjadinya pencemaran lingkungan dapat dibuktikan dari representasi parameter biologis ekologis maupun kimia
yang diteliti. Kerusakan ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang yang terjadi tentunya perlu dipulihkan guna keberlanjutan sumber daya alam laut yang
sangat tergantung pada ekosistem-ekosistem ini. Apalagi pada beberapa sisi teluk yang ada hutan mangrove direncanakan sebagai kawasan perlindungan, selain itu
wilayah TAD juga diarahkan sebagai daerah budidaya, penangkapan ikan, serta pertahanan dan keamanan.
Posisi strategis TAD seperti ini, mengharuskan penerapan pengelolaan terpadu dan berkelanjutan, baik pengelolaan bagi keberlanjutan sumber daya alam
yang terkandung di dalamnya, maupun pengelolaan kualitas lingkungan perairannya. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan cepat buangan limbah
ternyata sumber pencemaran di TAD yang terbesar justru berasal dari kegiatan di darat. Oleh karena itu untuk mengatasi atau meminimalisasi permasalahan
kerusakan lingkungan akibat pencemaran buangan limbah yang masuk ke perairan, maka direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penataan dan pengembangan sistem manajemen lingkungan yang tepat dan benar antara lain: sistem jaringan pengairan drainase, sistem
jaringan pembuangan padat dan cair, sistem jaringan pengolahan sampah.
2. Pembangunan sempadan pantai dan sungai dan melarang pembangunan perumahan penduduk di wilayah ini lagi.
3. Penetapan jalur hijau green belt untuk melindungi pantai dan sungai. 4. Pengembangan pola ruang kawasan lindung dengan penekanan pada
ekosistem : Mangrove
• Rehabilitasi dan reboisasi habitat hutan mangrove • Penyusunan konsep dan strategi pengelolaan wilayah yang
ditetapkan dan direncanakan sebagai kawasan konservasi antar sektor, termasuk pengembangan langkah koordinatif lintas sektor.
• Pengembangan teknologi rehabilitasi yang sesuai dengan kondisi wilayah ekologis TAD
• Tetap mengacu pada RTRL yang sudah ada dengan penegasan pada penyusunan konsep dan strategi pengelolaan aktivitas alat
transportasi dalam hal pengaturan buangan limbahnya. Lamun
• Rehabilitasi habitat utama komunitas lamun pada beberapa sisi TAD guna mengembalikan peran dan fungsi padang lamun bagi
keberlanjutan rantai makanan pada perairan TAD.
• Pengaturan tata guna lahan atas termasuk pengelolaan keberadaan vegetasi dan sistem pengairan, sehingga tekanan lingkungan karena
sedimentasi dapat diminimalisasi. • Pengelolaan terhadap sistem pembuangan limbah industri dan
rumah tangga. • Penyusunan konsep dan strategi pengelolaan aktivitas alat
transportasi dalam hal pengaturan buangan limbahnya. Terumbu karang
• Pengaturan tata guna lahan atas termasuk pengelolaan keberadaan vegetasi dan sistem pengairan, sehingga tekanan lingkungan karena
sedimentasi dapat diminimalisasi. • Pengelolaan terhadap sistem pembuangan limbah industri dan
rumah tangga. • Penyusunan konsep dan strategi pengelolaan aktivitas alat
transportasi dalam hal pengaturan buangan limbahnya. 5. Penataan peran dan fungsi koordinasi lintas sektor dalam optimalisasi
pembanguan di TAD agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan, dan 6. Penataan sistem pemberlakuan hukum dan peraturan formal guna
menyelamatkan dan mengamankan posisi strategis TAD antara lain: sistem pengawasan terhadap pemanfaatan kawasan sesuai arahan
RTRW, mekanisme perizinan, pemberian sanksi dan ketentuan pidana. Arahan ini diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam
mengembalikan status kualitas air yang layak bagi aktivitas biologis ikan maupun sumber daya laut lainnya serta kehidupan manusia. Oleh karena ketika bahan-
bahan buangan dapat dieliminir dengan sistem pengelolaan kualitas lingkungan yang tepat, kelangsungan hidup biota laut dan kesehatan masyarakatpun dapat
terjamin. 8.3
Arah Pengembangan Wilayah TAD
Mencermati kondisi sebenarnya dari perairan TAD yang ternyata telah tercemar hasil analisis beban pencemaran dan penetapan status TAD, baik
karena kegiatan pembangunan di perairan TAD maupun di lahan atas, maka arah
pengembangan wilayah TAD harus memperhatikan komposisi dan besaran kegiatan pembangunan serta cara pengendalian pencemaran yang tepat, sehingga
dapat menjamin keberlanjutan ekonomi daerah secara keseluruhan maupun kota secara khusus.
Dalam kaitan dengan pengamanan dan pengembangan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat, maka upaya pengembangan pesisir, laut dan pulau
kecil, terus dilakukan guna menyelamatkan kondisi strategis wilayah ini termasuk perairan teluk Ambon. Oleh karena itu kebijakan strategis yang harus dilakukan
antara lain adalah : • Peningkatan koordinasi kelembagaan secara vertikal dan horizontal,
mengurangi berbagai konflik kepentingan atas wilayah kelola perairan Teluk Ambon Dalam; menurunnya kualitas perairan TAD akibat
pemanfaatan laut untuk berbagai kepentingan yang sifatnya kepemilikan bersama common properties. Pengelolaan lingkungan akan lebih berhasil
apabila dilakukan secara terkoordinir antar instansi pengguna ruang teluk yang dimanfaatkan bagi kepentingan masing-masing;
• Penguatan sistem kelembagaan, memperkuat juga sistem pengawasan terhadap pelaksanaan suatu produk hukum; penguatan mekanisma
diharapkan dapat mengakomodir produk-produk hukum yang lebih spesifik tentang daerah ini misalnya, produk peraturan daerah yang
merupakan implementasi UU dan PP; • Peningkatan penyadaran hukum baik oleh petugas pelaksana maupun oleh
masyarakat pengguna, mengurangi berbagai masalah penyimpangan hukum yang kerap dilakukan khususnya dalam hal penanganan masalah-
masalah lingkungan.
8.3.1 Penerapan Instrumen Pengendalian Lingkungan IPL
Masyarakat Indonesia saat ini masih kurang peduli akan masalah-masalah lingkungan. Perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah lingkungan
ditunjukkan dengan dikeluarkannya berbagai peraturan perundangan yang mengatur tentang lingkungan. Akan tetapi hingga saat ini justru permasalahan
lingkungan terus terjadi dimana-mana. Ketentuan tentang buangan air limbah
hanya dipatuhi oleh beberapa industri, sedangkan yang lainnya dengan bebas membuang limbahnya ke lingkungan sekitar tanpa rasa bersalah. Dalam kaitannya
dengan hasil penelitian ini, sebagai arahan di dalam mengendalikan pencemaran lingkungan yang terjadi di perairan TAD, maka perlu kembali memperhatikan dan
menerapkan langkah-langkah dalam Sistem Manajemen Lingkungan SML sebagai upaya meminimalisasi masuknya beban pencemaran ke lingkungan.
Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO 14001 dan ISO 14004, adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, kegiatan
perencanaan, tanggung
jawab, praktek,
prosedur dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, mengkaji, dan
mempertahankan kebijakan lingkungan. Manajemen yang efektif merupakan suatu hal yang harus menjadi salah satu tujuan, yang antara lain meliputi
perencanaan, dokumentasi, dan pelaksanaan SML. Di dalam sistem manajemen lingkungan ada lima unsur utama yakni kebijakan lingkungan, perencanaan,
pengkajian manajemen, pemeriksaan dan tindakan koreksi, serta penerapan dan operasi Gambar 101.
Gambar 101 Lima unsur utama Sistem Manajemen Lingkungan Hadiwiardjo 1997
Gambar 102, menyajikan urutan langkah-langkah untuk menerapkan SML di dalam suatu industri, yang didasarkan pada prinsip yang tertuang dalam
ISO 14004. Dikatakan bahwa urutan ini merupakan proses dalam keseimbangan dinamis, dimana kinerja lingkungan sebagai hasil sistem manajemen lingkungan
Pemeriksaan dan
Tindakan Koreksi
Penerapan dan Operasi
Sistem Manajemen
Lingkungan Pengkajian
Manajemen Perencanaan
Kebijakan Lingkungan
yang dapat diukur berkaitan dengan pengendalian dari organisasi terhadap lingkungannya, didasarkan pada kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran
lingkungan yaitu hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi, dan jasa perusahan yang dapat berinteraksi dengan lingkungan Hadiwiardjo 1997.
Selain kegiatan industri yang membutuhkan SML maka setiap kegiatan pembangunan juga harus menerapkan instrumen pengendalian lingkungan,
yakni analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL. Analisis ini diharapkan dapat memberi masukan tentang keadaan sebenarnya sumber daya alam dan
lingkungan tempat suatu kegiatan akan dilakukan, serta usul-usul kongkrit perbaikan atau perlindungan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
Penyajian studi Amdal dengan masalah pokok yang diamati hendaknya memenuhi peraturan perundangan yang dikeluarkan pemerintah baik ditingkat nasional,
provinsi, khususnya dalam penekanan komponen yang dianggap penting. Canter 1977, diacu dalam Suratmo 2002, dalam melaksanakan
pendugaan dampak lingkungan dibagi ke dalam lima langkah Gambar 103 yakni: 1 Dasar basics; 2 Rona lingkungan description of environmental
setting; 3 Pendugaan dampak impact assessment; 4 Seleksi usulan aktivitas proyek selection of proposed action; dan 5 Penyusunan laporan Amdal
preparation of environmental impact statement. Pembagian proses pendugaan dampak lingkungan ke dalam lima langkah
tersebut baru merupakan langkah awal. Tiap-tiap langkah tersebut terdiri dari berbagai langkah yang sistematis urutannya. Ketepatan pendugaan dampak
lingkungan sangat tergantung pada tingkat keahlian dan pengalaman dari anggota tim.
Dalam rangka mengantisipasi pesatnya pembangunan, pemerintah provinsi dan kota juga berupaya terus melewati tahap-tahap ini, akan tetapi masih saja
terjadi pelanggaran atau penyimpangan dari dokumen AMDAL yang dihasilkan dari setiap kegiatan komunikasi interpersonal. Hal ini selain berhubungan
dengan kesadaran petugas yang berwewenang dalam pemberian sanksi juga kesadaran dari para pelaku kegiatan yang lebih mengejar keuntungan ekonomi
bagi dirinya, tanpa mempedulikan kerusakan lingkungan kasus pembangunan
BTN di desa Lateri.