pendidikan seperti ini tentunya mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan teluk Ambon secara terpadu berkelanjutan.
Berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan di darat, kenyataannya berdampak negatif terhadap sumber daya dan lingkungan, khususnya terhadap
ekosistem perairan pantai teluk Ambon. Dampak atau perubahan yang terjadi pada ekosistem, tergantung juga pada sikap dan perilaku masyarakat. Apalagi
ketentuan-ketentuan yang ada tidak ditindaklanjuti secara serius. Sikap dan tingkah laku masyarakat serta instansi-instansi pemerintah di wilayah kota
sepenuhnya belum menunjukkan wujud pembangunan berwawasan lingkungan. Misalnya, membiarkan kegiatan pembangunan pada areal hutan lindung,
sempadan sungai, dan lainnya. Sikap dan perilaku, budaya atau kebiasaan, serta persepsi masyarakat tentang bagaimana mengelola lingkungan juga mungkin
berkorelasi dengan tingkat pendidikan masyarakat.
4.4.1.1 Tingkat Pendidikan
Persentase tingkat pendidikan tertinggi didominasi sekitar 50 yaitu dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, diikuti tingkat Sekolah Menengah Tingkat
Pertama yaitu 21,24 dan Perguruan Tinggi yaitu 12,09 Gambar 45. Dengan persentase yang demikian, mestinya pengetahuan dan pemahaman yang benar di
dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sudah dimiliki.
Gambar 45 Persentase tingkat pendidikan penduduk di sekitar TAD Berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi biasanya dikaitkan
dengan tingkat pengetahuan manusia yang dapat memahami pentingnya
1.63 9.48
21.24
50.00 3.27
2.29 12.09
SD tdk tamat SD tamat
SLT P SLT A
Diploma Akademi
PT
memelihara lingkungan agar tetap sehat serta sumber daya alam yang ada di dalamnya. Mungkinkah pendekatan tingkat pendidikan dapat membantu?
Ternyata kurang efektif, oleh karena itu perlu melihat aspek lain juga.
4.4.1.2 Persentase Lama Waktu Menetap di Desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar penduduk adalah yang tinggal sekitar teluk merupakan penduduk asli. Hal ini terlihat dari
persentase penduduk yang tinggal lebih dari 5 tahun adalah 89,54 Gambar 46.
Gambar 46 Persentase lama waktu menetap penduduk di sekitar TAD
4.4.1.3 Persepsi Masyarakat tentang Lingkungan dan Kesehatan
Masyarakat sebagai pengguna yang sering memanfaatkan perairan teluk baik untuk tujuan positif perikanan maupun negatif sebagai tempat pembuangan
sampah, berpeluang meningkatkan intensitas kegiatan di teluk. Hasil observasi terhadap masyarakat, persentase kegiatan kapal-kapal yang berada di perairan
TAD bervariasi dari 19–40 , dimana kegiatan memperbaiki kapal lebih sering dilakukan 40,00 , disamping mencuci tangki balans 20,63 , mengecat
20,00 dan membuang minyak bekas Gambar 47. Sementara itu hutan mangrove telah dimanfaatkan Gambar 48 selama ini
sebagai tempat eksploitasi sumber daya biota laut 60,31 , kayu bakar 16,88 , bahan bangunan 12,81 . Pemanfaatan melalui eksploitasi biota laut
merupakan kegiatan yang banyak dilakukan pada dan sekitar hutan mangrove, aktivitas ini akan merusak akar-akar tanaman mangrove, sehingga sering
didapatkan beberapa pohon bakau yang kering.
3.27 7.19
89.54 1 T
1 - 5 T 5 T
Gambar 47 Persentase kegiatan kapal-kapal di perairan TAD Kondisi ini selain dapat diakibatkan oleh minyak yang terjebak dalam akar
atau yang menyelumuti akar-akar mangrove, juga karena aktivitas pengambilan biota fauna bentos tersebut.
Gambar 48 Persentase tujuan pemanfaatan hutan mangrove
Perairan pantai TAD juga dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan batu dan pasir Gambar 49, baik oleh penduduk setempat maupun yang bukan.
Pemakaian tertinggi justru oleh penduduk setempat 47,19 , yaitu untuk kebutuhan pembangunan perumahan.
Dalam kaitan dengan pemanfaatan sumber daya tidak dapat pulih, penerapan sistem pengawasan perlu ditindaklanjuti guna keberlanjutan sumber
daya tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa walaupun sosialisasi produk hukum ke masyarakat sudah mencapai 36,88 Tabel 18, namun pengetatan
pemberian ijin tidak diatur secara jelas. Bahkan ada yang tidak ada ijin operasi sama sekali. Dengan demikian akan terjadi perubahan geomorfologi pantai
maupun kontur dasar sungai karena tingginya intensitas pengambilan batu dan pasir.
40.00
20.00 19.38
20.63
Perbaiki M engganti cat
M embuang minyak bekas atau sisa M encuci tangki balans, dll
16.88 12.81
60.31 10.00
Kayu bakar Bahan bangunan
Tempat exploitasi biota laut Lain-Lain
Gambar 49 Persentase kegiatan penambangan batu dan pasir
Tabel 18 Persentase sistem pengawasan terhadap sumber daya alam
Sistem pengawasan SDA Persentase
Sosialisasi produk hukum ke masyarakat 36,88
Pengetatan sistem perijinan kegiatan penambangan : Oleh Pemerintah kota
2,19 Oleh Pemerintah kecamatan
0,63 Oleh Kepala Desa Lurah
19,06 Tidak ada ijin
18,13 Tidak ada informasi
59,99
Dilain pihak pengetahuan tentang lingkungan dan kesehatan keluarga juga mendapat perhatian masyarakat, 77,80 keluarga yang memiliki jamban
keluarga telah membuktikannya. Namun demikian masih sekitar 22,19 masyarakat yang tidak memiliki jamban keluarga, kemungkinan pemanfaatan
perairan pantai sebagai tempat membuang hajat menjadi pilihan salah satunya Gambar 50. Hal ini tentu menambah sumber limbah organik ke perairan.
Gambar 50 Persentase pengetahuan masyarakat tentang kesehatan keluarga
47.19
27.50 25.31
penduduk setempat bukan penduduk setempat
Lain-Lain
77.80 22.19
0.01
Ketersediaan jamban keluarga Ketidak tersediaan jamban keluarga
T idak ada informasi
Demikian juga dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang dampak membuang sampah di pantai, dampak sedimentasi,
serta dampak kapal yang docking di pantai, berkisar dari yang tahu, tidak tahu, hingga yang tidak menjawab. Pengetahuan tentang dampak membuang sampah
tersebut berkisar antara 2,18–93,13 Gambar 51, dan hanya 4,69 yang tidak mengetahui dampaknya.
Pengetahuan tentang dampak sedimentasi juga hanya 17,19 yang tidak mengetahui, sedangkan pengetahuan tentang dampak aktivitas docking kapal
di pantai juga hanya 8,44 yang tidak tahu. Besarnya persentase masyarakat yang mengetahui dampak-dampak tersebut, mengindikasikan bahwa sebagian
besar masyarakat sudah memiliki pengetahuan tentang lingkungan. Akan tetapi kenyataannya, walaupun tingkat pengetahuan masyarakat tentang lingkungan
relatif tinggi tetap saja masalah pencemaran lingkungan terjadi dimana-mana.
Gambar 51 Persentase pengetahuan masyarakat tentang lingkungan sekitarnya
Lebih lanjut, diketahui bahwa salah satu strategi agar dapat membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat diberbagai bidang, khususnya bidang
perikanan, kesehatan dan lingkungan, sosialisasi menjadi media informasi yang cukup efektif. Hasil penelitian menunjukkan 35,31 Gambar 52 kegiatan
sosialisasi yang dilakukan adalah di bidang pertanian dan perikanan, diikuti bidang kesehatan dan lingkungan yaitu 15,31 , sementara bidang hukum dan
peraturan, serta bidang sosial ekonomi hanya 3,75 dan 4,06 . Sedangkan bidang lain-lain sekitar 41,57 , hal ini berarti proporsi pelaksanaan sosialisasi
untuk bidang kesehatan dan lingkungan relatif masih kurang, dan lebih banyak
93.13 68.13
76.56
4.69 17.19
8.44 2.18
14.6815 20
40 60
80 100
P ers
en tas
e
T ahu tidak tahu
tidak jawab
Presepsi masyarakat
Dampak membuang sampah dipantai Dampak sedimentasi
Dampak kapal-kapal yang docking dipantai