PO Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Perairan TAD

4. Pertanian 0,309 0,000004 LAUT : 5.Kapal ferry 1,643 0,000022 Jumlah total 7315403,736 100 Persentase ini memberikan gambaran sementara besarnya beban masukan dari berbagai sumber di darat dan di laut yang telah masuk ke perairan teluk. Hal ini juga membenarkan kesimpulan beberapa peneliti bahwa pencemaran yang terjadi di perairan pesisir dan laut, sebagian besar berasal dari sumber-sumber di darat. Oleh karena itu sistem pengolahan limbah di masing-masing sumber mestinya menjadi perhatian pemerintah kota di dalam menetapkan kebijakan pengolahan limbah yang tepat pada tiap sumbernya.

6.3 Perbandingan Volume Beban Pencemaran BL dari Sumber-sumber

Utama Secara umum dapat dilihat bahwa dari hasil analisis beban pencemaran yang berasal dari sungai dan hasil perhitungan cepat beban pencemaran beban limbah dari darat dan laut, diperoleh bahwa sumber pencemaran utama di perairan teluk adalah bersumber dari darat yaitu ± 7315402,093 m 3 limbah per tahun atau sekitar ± 99 . Sedangkan sumber dari laut yaitu ± 1,643 m 3 limbah per tahun atau sekitar 0,00002 dan sumber dari sungai yaitu ± 3,475 m 3 limbah per tahun atau sekitar 0,00005 Tabel 44. Kenyataan ini membuktikan bahwa untuk pulau kecil seperti pulau Ambon, maka pengaruh darat terhadap keberadaan perairan pesisir menjadi sangat dominan. Tabel 44 Persentase beban pencemaran dari sumber utama Sumber pencemaran Beban pencemaran m3thn Persentase SUNGAI 3,475 0,00005 DARAT 7315402,093 99,99993 LAUT 1,643 0,00002 7315407,211 100 Perkiraan nilai beban masukan ini mungkin akan lebih bertambah lagi bila analisis sumber pencemaran di laut dikembangkan untuk semua kapal yang beroperasi selama ini di TAD, sehingga kapabilitas perairan TAD mungkin tidak tercukupi untuk menampung seluruh beban masukan tersebut. Untuk mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam kaitan dengan masukan beban limbah ke perairan teluk, berikut ini diperlihatkan skenario tentang kondisi produksi limbah padat dan cair terhadap laju pertumbuhan penduduk. Gambar 82, menggambarkan bahwa jika diasumsikan laju pertumbuhan penduduk setiap tahun sebesar 0,5 dan jika produksi limbah padatnya dari 150 m 3 orgtahun diturunkan sekitar 147 m 3 orgtahun atau sekitar 2 , maka dapat dilihat bahwa ternyata dengan laju pertumbuhan demikian laju produksi limbah dapat juga dikendalikan, sehingga pada tahun 2011-2015 kemungkinan limbah padatnya tetap konstan yaitu sekitar 135 kgorgthn atau sekitar 0,36 kgorghari. Skenario kedua adalah jika diasumsikan bahwa laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,5 , dan jika produksi limbah cair katakanlah 80 m 3 orgthn diturunkan menjadi ± 75 m 3 orgthn atau sekitar 6,15 , maka dapat dilihat bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian kemungkinan produksi limbah cair dapat dikendalikan hingga pada suatu waktu dapat mencapai ± 60 m 3 orgthn dan tetap konstan hingga tahun 2015. Dengan demikian kemungkinan produksi limbah cair tiap orang dalam sehari dapat mencapai ± 0,16 m 3 orghr Gambar 83. Kondisi limbah padat dan cair pada kedua skenario ini dapat dicapai yaitu apabila program pemerintah seperti penyuluhan tentang keluarga berencana dengan maksud mengendalian pertumbuhan penduduk, program penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, serta penerapan kebijakan pengelolaan lingkungan yang terkoordinasi antara semua elemen masyarakat penduduk setempat, pemerintah, stakeholder dan LSM, termasuk penerapan metodologi secara benar dan tepat.

6.4 Sedimentasi dan

Flushing Time Waktu Dirus 6.4.1 Pola dan Tingkat Sedimentasi Sedimentasi sering mengakibatkan pendangkalan di perairan sungai, muara sungai atau pelabuhan. Pendangkalan tersebut dapat diakibatkan oleh erosi pantai maupun run off yang terbawa oleh air hujan, melalui sungai, mengendap di muara sungai atau jauh dari muara. Selanjutnya penyebaran partikel sedimen