Total Organic Matter TOM di Perairan Laut

Sejak dulu, dari sisi kuantitas keberadaan limbah organik itu sangat besar dan bahkan telah menyebar luas hingga mencemari perairan pesisir. Sumber pencemaran utama dari pencemaran organik adalah buangan domestik; pertanian khususnya run off dari daerah peternakan, baik kotoran maupun sisa makanannya; berbagai bentuk sisa industri makanan dan sejumlah industri yang berasal dari bahan alami seperti industri kertas dan tekstil. Kebanyakan limbah organik yang ada di perairan mengandung sejumlah besar material suspensi. Konsekwensi penting dari kehadiran limbah organik adalah pengaruhnya yang besar kekonsentrasi oksigen terlarut di dalam air dan sedimen Abel 1989. Selain itu salah satu bentuk kerusakan terhadap pesisir dan lautan adalah terjadinya sedimentasi. Sedimentasi yang terjadi di perairan pesisir dan lautan merupakan akibat aktivitas pembangunan yang meningkat dari tahun ke tahun, sehingga terjadi alih fungsi lahan atas. Akibat perubahan struktur lahan darat tersebut maka akan meningkatkan laju erosi bila musim hujan tiba, dengan demikian meningkat pula laju sedimentasi di perairan pesisir dan lautan. Kondisi seperti ini telah terjadi di seluruh perairan Indonesia dimana laju sedimentasi yang masuk ke perairan pesisir Indonesia terus meningkat, terutama di daerah-daerah yang memiliki sungai besar. Meningkatnya laju sedimentasi di perairan pesisir dan lautan bukan hanya bergantung pada laju erosi proses alam, tetapi bergantung juga pada kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai DAS yang baik, sehingga pengendalian erosi dan sedimentasi dapat dilakukan, misalnya untuk sungai dengan material dasar sangat kasar, kapasitas transport sedimen untuk fraksi halus dihitung dengan persamaan-persamaan transport sedimen, jauh lebih besar daripada suplai sedimen dari sumber-sumber di bagian hulu Kodoatie dan Sjarief 2005. Gambaran kemungkinan terjadinya pencemaran di perairan pesisir dan laut akibat bertambahnya beban pencemaran yang masuk ke suatu perairan secara terus menerus tanpa terkontrol, akan berakibat pada kehidupan ekosistem perairan tersebut maupun kekesehatan manusia. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengetahui kondisi suatu perairan apakah tercemar atau tidak akibat tingginya intensitas pemanfaatan adalah dengan menganalisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi. Untuk kasus perairan TAD lebih berfokus pada pencemaran bahan organik yang sebagian besar berasal dari limbah domestik dan pertanian yang masuk dari sungai, maka analisis beban pencemaran dilakukan terhadap beberapa parameter indikator yang relavan untuk melihat berapa besar bahan organik sudah masuk ke perairan. Adapun parameter indikator yang dimaksud adalah NO 3 , PO 4 , BOD, COD, TOM dan TSS. Analisis beban pencemaran yang digunakan disini dititik beratkan hanya pada pollution load dari sungai dan konsentrasi limbah dengan debit aliran sungai merupakan parameter yang dianalisis.

6.2.1 NO

3 Untuk mengetahui berapa besar beban pencemaran organik dengan indikator NO 3 yang masuk ke laut melalui sungai-sungai, maka analisis beban pencemaran dilakukan. Analisis beban pencemaran indikator NO 3 pada tiap musim tidak terlalu bervariasi nilainya, kecuali pada musim barat Januari variasi nilainya besar sekali yaitu 0,132–100,654 tontahun Tabel 31; Lampiran 10 11. Lebih jelas kisaran nilai dapat tercermin pada standar deviasi yang sangat besar dimusim ini dibanding musim lainnya. Beban pencemaran organik indikator NO 3 tertinggi yaitu pada musim barat, kemungkinan berhubungan dengan besarnya curah hujan pada musim ini. Namun dibandingkan dengan indikator parameter lain, secara umum beban pencemaran NO 3 relatif kecil kecuali di musim barat. Sumbangan bahan organik tertinggi berasal dari sungai Waetonahitu Passo. Diketahui, karakteristik sungai ini agak beda dengan ketiga sungai lainnya, debit alirannya untuk semua musim cenderung lebih besar Tabel 21, luas daerah aliran sungai Waetonahitu Passo: 10470.000 m 2 lebih besar dibanding sungai lain, sehingga kemungkinan akumulasi limbah domestik dapat terjadi di wilayah ini. Tabel 31 Beban pencemaran BL indikator NO 3 dari sungai-sungai Sungai Beban Pencemaran Indikator NO 3 tonthn M.Timur Agustus 2006 M.Pancaroba II Oktober 2006 M.Barat Januari 2007 M.Pancaroba I Maret 2007 S. Air Bsr. Halong 1,645 0,788 0,262 0,001 S.Waerekan 4,598 0,179 0,132 0,008 S.Waetonahitu 4,216 0,938 100,655 0,186 S.Waeheru 1,525 0,451 0,416 0,012 Rata-rata 2,996 0,589 25,366 0,052 sd 1,637 0,341 50,192 0,090 Keterangan : hasil perhitungan BL tiap sungai Aktivitas penggunaan pupuk untuk kegiatan pertanian oleh penduduk sekitar bantaran sungai juga berpotensi dalam menyumbangkan nitrat di perairan. Ketersediaan nitrogen yang diperlukan untuk mensintesa protein tumbuhan diketahui berasal baik dari senyawa organik maupun dari anorganik termasuk nitrat. Berdasarkan analisis hubungan antara beban pencemaran bahan organik dengan besarnya konsentrasi limbah indikator NO 3 yang ada di perairan laut, ternyata tiap musim menunjukkan keeratan hubungan yang berbeda-beda. Untuk menjelaskan hubungan ini, hanya musim timurlah yang menunjukkan hubungan yang signifikan yaitu Y=0.0049X+0.0383 dengan R 2 =0.8286 Gambar 74. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di laut juga dipengaruhi oleh beban masukan nitrat dari darat sungai. Selanjutnya dalam Gambar 74 juga terlihat, grafik pendugaan kapasitas asimilasi ternyata lebih besar dibandingkan baku mutu NO 3 untuk biota laut, berarti bahwa masukan beban limbah NO 3 dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perairan TAD telah tercemar bahan organik. Gambar 74 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di TAD dengan indikator NO 3 Tingginya pencemaran nitrat merupakan implementasi limbah domestik dan pertanian. Diketahui bahwa banyak faktor berpengaruh pada perilaku limbah di lingkungan perairan laut, antara lain, sifat fisik-kimia limbah dan dinamika air laut. Sifat fisik-kimia limbah yang khas menyebabkan beberapa jenis limbah tertentu larut dalam air, lainnya larut dalam lemak. Dinamika air laut yang membantu penyebaran unsur-unsur kimia yang penting bagi kehidupan di laut. Pergerakan dan sirkulasi air menyebabkan limbah tersebut berpindah dari satu tempat pembuangan ke tempat lainnya, dan selanjutnya dalam perjalanannya terjadi perubahan konsentrasi limbah pada suatu lokasi dan waktu tertentu. Perubahan perilaku bisa dengan menguap, melarut, terdispersi. Demikian halnya dengan nitrat juga akan melewati proses-proses biologi terencerkan dan terurai baik langsung terjadi di sungai ataupun setelah masuk ke laut sehingga mempengaruhi konsentrasinya. Gocke 1975 diacu dalam Supriharyono 2007 menjelaskan bahwa di dalam proses biodegradasi ada kecenderungan proses penguraian limbah domestik organik lebih lambat terjadi di perairan laut dibandingkan perairan tawar. Artinya bahwa proses penguraian oleh bakteri dipengaruhi juga oleh kadar garam salinitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri sangat cepat pada nilai salinitas 0 PSU setelah 7 jam inkubasi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keberadaan nitrat di teluk secara umum dipengaruhi oleh faktor fisik- kimia dan biologi baik yang terjadi di sungai maupun yang terjadi di laut. Lebih lanjut bila dicermati fluktuasi nilai NO 3 dari tahun 1984-1988, 2004, 2006 2007 Gambar 75, trend kisaran nilai NO 3 mulai dari yang berada dibawah baku mutu hingga di atas baku mutu. Hal ini berarti beban kegiatan disekitar teluk terus menerus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga membuat nilai NO 3 terus meningkat. G ambar 75 Tren NO 3 di TAD tahun 1984-2007