Komunitas Terumbu Karang Perspektif Ekologi dalam Pencemaran Pesisir dan Laut

Bagian terbesar dari curah hujan lebih, mengalir selama periode hujan dan sebagian sesudah periode hujan; dan 3 aliran air tanah adalah air yang menginfiltrasi ke dalam tanah, mencapai permukaan air tanah dan bergerak menuju sungai dalam beberapa hari, beberapa minggu atau lebih. Jumlah curah hujan masing-masing bulan musim pengambilan sampel terlihat pada Tabel 22, dimana musim barat Januari memberikan kontribusi curah hujan yang tertinggi 140,6 mm, akan tetapi ternyata debit aliran di empat sungai yang ada pada musim barat ternyata malah yang terkecil dari musim- musim yang lain. Demikian juga tergambar pada rata-rata kecepatan aliran yang cenderung kecil untuk semua musim dan sungai. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan diameter, besarnya serta lama waktu hujan. Selain itu dikatakan bahwa aliran air tanah merupakan dasar hidrograf, maka aliran ini disebut juga debit aliran dasar yang hanya berubah sedikit selama musim kering dan basah sepanjang tahun. Tabel 22 Jumlah curah hujan tiap musim selama penelitian Musim Jumlah CH mm M.timur Agustus,06 71,4 M.pancaroba II Oktober,06 6,6 M.barat Januari,07 140,6 M.pancaroba I Maret,07 77,2 Total 295,8

5.2 Kualitas Kimia Sungai

5.2.1 pH

Perairan alami yang tidak tercemar menunjukkan kisaran pH dari 3,0– 11 atau bahkan lebih; pH diantara 5,0–9,0 umumnya mendukung keanekaragaman spesies dan kisaran ini betul-betul dipertimbangkan untuk diterima Alabaster dan Lloyd 1980, diacu dalam Abel 1989. pH merupakan parameter determinasi penting di dalam pola distribusi spesies akuatik, yang dapat dilihat pada penelitian tentang komunitas invertebrata pada perairan sungai yang tidak tercemar Sutcliffe dan Carrick 1973; Sutcliffe 1983; Haines 1981, diacu dalam Abel 1989. Umumnya pola penurunan keanekaragaman spesies bersamaan dengan penurunan nilai pH. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa perubahan kecil dari pH dapat membuat perubahan besar di dalam struktur komunitas. Hasil penelitian didapatkan, pH pada perairan sungai untuk semua musim dan stasion berkisar antara 5,00-8,85. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan sungai masih berada dalam kisaran yang ditolelir organisma akuatik. Kisaran pH berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut berkisar antara 7-8.5 Kepmen LH No.51 2004, dengan demikian kualitas air yang mengalir dari sungai-sungai tersebut nilai pH-nya tidak akan mengganggu keberadaan komunitas biota air yang ada. Selain itu berdasarkan PP 822001, nilai pH untuk peruntukan air golongan A, B, C dan D berkisar antara 5–9. Kisaran nilai pH inipun masih dapat ditolelir oleh organisma akuatik. Nilai pH rendah pada musim pancaroba II sebagian besar berasal dari nilai pH sungai Waetonahitu yang juga rendah. Debit aliran Waetonahitu yang besar pada musim ini, serta kedalaman segmen turut mempengaruhi nilai pH rendah sungai ini. Apalagi akumulasi atau pemusatan kegiatan pembuangan sampah rumah tangga dan penempatan pipa saluran pembuangan dari perumahan serta perkandangan yang mengarah ke sungai.

5.2.2 Salinitas

Pengaruh salinitas terhadap toksisitas banyak mendapat perhatian sejak beranekaragam bahan polutan yang mengalir masuk ke perairan laut. Kebanyakan racun diikan berkurang pada kisaran salinitas air laut antara 30– 40, yaitu bila perairan sangat isotonik dengan cairan dalam tubuh ikan. Selain itu dilaporkan bahwa toksisitas logam Cadmium meningkat dengan meningkatnya salinitas. Herbert dan Wakeford 1964, diacu dalam Abel 1989, mengemukakan bahwa Zn menjadi kurang toksiknya di ikan dalam medium isotonik karena berkurangnya stres osmoregulatori selama tidak tercemar. Skidmore 1970, diacu dalam Abel 1989 menunjukkan bahwa ikan trout teracuni Zn di perairan tawar yang berada pada kondisi osmotik normal dan keseimbangan ionik, dan ikan yang mati berkaitan dengan kerusakan insan. Sementara itu nilai salinitas yang diperoleh dari rata-rata tiap stasion berkisar antara 2,49–6,98 PSU, sedangkan dari rata-rata tiap musim berkisar antara 2,25–8,30 PSU Gambar 54. Kisaran-kisaran di atas mengindikasikan kurangnya pengaruh laut ke sungai-sungai tersebut selama penelitian, padahal waktu pengambilan sampelnya semua pada waktu air bergerak pasang. Bila dikaitkan dengan kecepatan rata-rata aliran yang sangat kecil, tentunya mengindikasikan bahwa proses pencampuran massa air sungai dan laut dibagian hilir juga kecil. Hal ini akan sangat mempengaruhi nilai salinitas maupun nilai parameter lainnya. Dengan nilai salinitas yang demikian kecil hanya bisa ditolelir oleh organisma air tawar atau payau. Ket: sd rata-rata semua stasion=2,233 sd rata-rata semua musim=2,647 Gambar 54 Salinitas rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai

5.2.3 NO

3 Nitrat sebagai salah satu parameter indikator bahan organik juga dianalisis di sungai. Oleh karena untuk menganalisis beban pencemaran organik, maka konsentrasi beberapa parameter indikator dari sungai harus dianalisis, selain debit masing-masing sungai. Hasil analisis terhadap nilai NO 3 di perairan sungai berdasarkan rata-rata tiap stasion berkisar antara 0,081–0,239 mgl, sedangkan rata-rata tiap musim berkisar antara 0,001–0,262 mgl Gambar 55. Berdasarkan PP 822001 maka nilai NO 3 untuk kriteria kelas satu yaitu air dengan kualitas terbaik dan bersifat multi peruntukan air minum, prasaranasarana rekreasi, budidaya ikan air tawar, dan sebagainya adalah 10 mgl. Dengan demikian konsentrasi NO 3 di perairan ini sangat kecil. Sebaliknya apabila merujuk pada Kepmen LH No.512004, maka batas NO 3 untuk biota laut adalah 0,008 mgl, dengan demikian hasil penelitian menjelaskan bahwa input NO 3 dari perairan sungai sudah melebihi ambang batas yang ditentukan untuk kehidupan biota laut. Salinitas Rata-rata tiap Stasion di Perairan Sungai 3.19 6.98 6.32 2.49 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 S.Air Bsr Halong S.Waerekan S.Waetonahitu S.Waeheru Stasion S al in itas P S U Salinitas Rata-rata tiap Musim di Perairan Sungai 2.25 5.12 3.32 8.30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 M.T imurAgust06 M.pancaroba IIOkt06 M.BaratJan07 M.pancaroba IMart07 Musim Sa li ni ta s P SU di s ung a i Ket: sd rata-rata semua stasion=0,07 sd rata-rata semua musim=0,11 Gambar 55 NO 3 rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai Diketahui bahwa nitrogen merupakan salah satu nutrien yang sangat terkenal. Unsur ini hadir di dalam protein. Dikatakan bahwa protein menjadi bagian utama dalam komposisi organisme planktonik yang merupakan komponen dasar pada semua jaring makanan akuatik. Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa rata-rata plankton mengandung 50 protein; kandungan nitrogen berkisar antara 7-10 Andrews et al. 1972. Tiga sumber utama nitrogen di alam adalah berasal dari atmosfer, senyawa-senyawa anorganik nitrat, nitrit dan amonia, dan senyawa-senyawa organik protein, urea dan asam urik. Kebanyakan tumbuhan sebelum dapat mengabsorbsi nitrogen, harus membentuk nitrat N0 3 - . Transformasi ini yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen, baik secara kimia maupun biologis. Kebanyakan NO 3 yang ada di alam itu ditemukan dalam tanah dan di air yang terbentuk secara biologis. Di lingkungan perairan, fiksasi nitrogen dilakukan oleh sejumlah spesies bakteri yang hidup bebas serta beberapa spesies algae biru-hijau. Sekali NO 3 diserap oleh tumbuh-tumbuhan, nitrogen akan digunakan untuk mensintesa protein-protein tumbuhan. Kemudian herbivor-herbivor tersebut mentransformasi protein ini menjadi protein hewani. Dengan demikian apabila tanaman dan hewan mati, organisma dekomposer mengkonversi nitrogen dalam protein menjadi bentuk amonia NH 3 dan NH 4 + . Sehingga sering bau tidak sedap sering tercium dari kotoran hewan piaraan dan tumpukan sampah. Kehadiran sejumlah kandang hewan di bagian pinggir sungai, serta saluran-saluran WC yang mengarah ke aliran sungai maupun ke tepi pantai turut memberi masukan. NO3 Rata-Rata Tiap Stasion di Perairan Sungai 0.146 0.108 0.239 0.081 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 S.Air Bsr Halong S.Waerekan S.Waetonahitu S.Waeheru S tasion N O 3 mg l d i s u n gai 0.205 0.106 0.262 0.001 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 M.T imur Agust06 M.Pancaroba II Okt06 M.Barat Jan07 M.Pancaroba IMart07 Musim N 3 m g l di s ung a i