Masalah Sampah dan Sungai

6.1.5 Biochemical Oxygen Demand BOD di Perairan Laut

Parameter berikutnya yang dipakai untuk melihat pengaruh biologis yang diamati dari penggunaan oksigen untuk proses respirasi oleh mikroba aerob adalah BOD. Abel 1989 mengemukakan bahwa besarnya buangan organik diekspresikan oleh nilai biological oxygen demand BOD. Biological oxygen demand BOD didefenisikan sebagai kuantitas penggunaan oksigen dalam miligram per liter, yang berlangsung selama degradasi mikrobiologis bahan buangan yang mengandung bahan organik. Dilanjutkan bahwa asumsi dasar penggunaan metode BOD 5 adalah bahwa oksigen sebagian besar dikonsumsi oleh mikroorganisme aerobik selama metabolisma bahan organik. Nilai BOD seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, menggambarkan dekomposisi bahan organik lemak, protein, selulosa secara biologis. Selanjutnya mikroorganisme memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai makanan energi dan untuk proses metabolisma itulah dibutuhkan oksigen. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar, sejak diketahui bahwa banyak juga bahan buangan mengandung senyawa- senyawa yang secara kimiawi mengalami reduksi dan oksidasi melalui reaksi kimia. Untuk alasan ini maka sering perlu melakukan analisis lain, seperti chemical oxygen demand COD, dalam rangka mendapatkan ketelitian hasil dari pengaruh-pengaruh buangan tersebut atau sebagai koreksi terhadap kebenaran nilai BOD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir di semua musim nilai BOD relatif kecil yaitu berkisar antara 1,247-3,964 mgl. Nilai BOD tertinggi ditemukan pada musim timur, sedangkan berdasarkan nilai rata-rata BOD tiap stasion didapatkan bahwa stasion 6 enam merupakan stasion dengan BOD tertinggi yaitu 3,415 mgl Gambar 66. Sementara berdasarkan baku mutu kualitas air nilai ambang batas BOD untuk biota laut adalah 20 mgl Kepmen LH.RI.No.51.2004, dan BOD perairan alami berkisar antara 0,5-7,0 mgl Jeffries dan Mills, 1996 diacu dalam Effendi 2003. Sedangkan perairan yang telah mengalami pencemaran adalah perairan dengan nilai BOD lebih dari 10 mgl UNESCOWHOUNEP 1992. Selain itu berdasarkan PP No.82.2001, kriteria mutu air kelas dua dan tiga budidaya, perikanan dan rekreasi, ambang batas nilai BOD yaitu 3 dan 6 mgl. Kriteria inipun menunjukkan hasil penelitian ini hanya satu stasion stasion 6 dan satu musim timur yang nilai BOD ada dalam kisaran nilai ambang, sedangkan yang lainnya semua lebih kecil. Selain itu sebaran konsentrasi BOD tiap stasion dan tiap musim Lampiran 8a,b,c,d, tidak menunjukkan variabilitas nilai yang besar. Akan tetapi pada beberapa stasion seperti pada musim timur 5,669 mgl dan musim pancaroba I 4,909 mgl merupakan yang tertinggi dibandingkan lainnya. Namun dapat dikatakan bahwa hampir seluruh perairan TAD pada saat penelitian relatif memiliki variabilitas nilai BOD yang hampir sama kisaran nilai yang tidak besar. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh adalah sangat kecil, hal ini mengindikasikan bahwa dari pendekatan nilai BOD, kondisi perairan TAD belum tercemar bahan organik. Akan tetapi bila dikaitkan dengan informasi nilai minyak dan lemak ternyata telah terjadi pencemaran bahan organik di perairan TAD. Hal ini mungkin terjadi karena dalam perairan banyak terdapat bahan atau senyawa- senyawa toksik, sehingga kemungkinan mematikan mikroorganisma pengurai tersebut dalam perairan. Dengan demikian proses penguraian bahan organik juga menjadi terhambat. Selanjutnya untuk mendapatkan ketegasan status kualitas perairan yang lebih jelas maka dipakai pendekatan yang diusulkan oleh Lee et al. 1978. Lee et al. 1978 diacu dalam http:www.redaksidamandiri 2003, BOD 5 merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Ket: sd rata-rata semua stasion = 0,434 sd rata-rata semua musim = 1,189 Gambar 66 BOD rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD Perairan dengan nilai BOD 5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologik BOD Rata-rata tiap Stasion di Perairan TAD 2.041 2.2832.3782.2592.153 3.415 1.9461.871 2.068 2.365 1.836 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10 ST 11 Stasion BO D mg l d i l au t BOD Rata-rata tiap Musim di Perairan TAD 3.964 1.802 1.938 1.247 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 M.T imur Agust06 M.Pancaroba II Okt06 M.Barat Januari07 M.Pancaroba I Maret07 Musim B O D m g l d i la u t dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan sampai tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi aerob, dan dapat menyebabkan kematian organisme akuatik. Lebih lanjut Lee et al. 1978 membagi tingkat pencemaran suatu perairan dengan penilaian berdasarkan nilai BOD 5 , seperti pada Tabel 28. Berdasarkan pendekatan Tabel 28, kondisi kualitas perairan TAD berkisar dari tidak tercemar sampai kondisi tercemar sedang, lebih memperjelas hasil analisis minyak dan lemak. Melihat kenyataan bahwa pendekatan BOD untuk melihat kehadiran limbah organik dalam perairan agak sulit dibuktikan maka selanjutnya perlu pembuktian dengan menganalisis nilai COD. Tabel 28 Status kualitas air berdasarkan nilai BOD 5 Lee et al. 1978 No. Nilai BOD 5 ppm Status Kualitas Air 1 ≤ 2,9 Tidak tercemar 2 3,0 – 5,0 Tercemar ringan 3 5,1 – 14,9 Tercemar sedang 4 ≥ 15 Tercemar berat

6.1.6 Chemical Oxygen Demand COD di Perairan Laut

Gas terurai dalam perairan yang perlu mendapat perhatian adalah oksigen O 2 , karbon dioksida CO 2 , dan nitrogen N. Dari perspektif biologi, kandungan gas oksigen di dalam air merupakan salah satu unsur penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam lingkungan kehidupan akuatik. Dengan kata lain, besar atau kecilnya muatan oksigen di dalam air dapat dijadikan indikator ada atau tidaknya pencemaran di suatu perairan. Dengan demikian pengukuran besarnya biochemical oxygen demand BOD dan atau chemical oxygen demand COD perlu dilakukan untuk menentukan status muatan oksigen di dalam air Asdak 2003. Chemical oxygen demand diukur dengan menambahkan oksidator kuat seperti potasium permanganat KMnO 4 atau potasium dikromat K 2 Cr 2 O 7 dengan asam sulfurik H 2 SO 4 ke sampel air Clark 1986. Kalium dikromat dapat mengoksidasi bahan organik secara sempurna apabila berlangsung dalam suasana asam dan suhu tinggi. Biasanya pengujian COD dilakukan apabila dalam perairan terdapat bahan organik yang sulit terdegradasi secara biologi, sehingga pengujian dengan nilai BOD akan sulit terdeteksi. Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan industri. Dikatakan bahwa perairan dengan nilai COD tinggi tidak baik untuk kegiatan perikanan dan pertanian. Nilai COD yang kurang dari 20 mgl mengindikasikan perairan yang tidak tercemar, sedangkan nilai COD yang lebih dari 200 mgl mengindikasikan perairan yang telah tercemar UNESCOWHOUNEP 1992. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata tiap musim nilai COD di perairan TAD berkisar antara 29,35-45,20 mgl dan nilai COD tertinggi ditemukan pada musim pancaroba I 45,30 mgl diikuti musim barat 44,83 mgl. Sedangkan nilai COD berdasarkan rata-rata tiap stasion berkisar antara 26,59 – 60,85 mgl Gambar 67. Menyimak penjelasan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa perairan TAD telah tercemar bahan organik dan stasion yang memiliki nilai COD tertinggi dibanding stasion lain adalah stasion 3 tiga diikuti stasion 8 delapan. Tentunya keberadaan nilai COD yang demikian berhubungan erat dengan aktivitas baik dari daratan maupun di laut sendiri. Selain itu pola arus dalam teluk juga menentukan penyebaran bahan-bahan organik tersebut. Ket : sd rata-rata semua stasion = 11,541 sd rata-rata semua musim= 7,558 Gambar 67 COD rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD Oleh karena itu lebih jelas dapat dilihat peta sebaran nilai COD pada Lampiran 9a,b,c,d, sebaran nilai COD pada tiap musim bervariasi dari yang terendah hingga tertinggi, dengan variabilitas nilai yang berbeda-beda. Misalnya, musim timur dan pancaroba II variabilitas nilai COD sangat besar yakni dari 8,00 CO D Rata-rata tiap Stasion di Perairan TAD 28.59 49.37 60.85 28.58 35.71 45.56 27.58 51.69 26.59 40.67 33.71 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10 ST 11 Stasion C OD m g l d i lau t COD Rata-rata tiap Musim di Perairan TAD 36.58 29.35 44.83 45.20 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 M.TimurAgust06 M.Pancaroba IIOkt06 M.BaratJan07 M.Pancaroba IMart07 Musim C O D m g l d i la u t mgl stasion 7 dan 11 hingga 92,00 mgl stasion 3 dan dari 8,78 mgl stasion 9 hingga 45,14 mgl. Sedangkan nilai COD pada musim barat variabilitasnya kecil sekali dibandingkan lainnya. Kondisi sebaran seperti ini mengindikasikan selain aktivitas masyarakat maka faktor oseanografi juga turut mempengaruhi.

6.1.7 Total Suspended Solid TSS di Perairan Laut

Dari defenisinya TSS adalah jumlah material dalam volume air, dengan demikian seperti dijelaskan sebelumnya, kenaikan nilai TSS dalam perairan mengindikasikan potensial masalah. Hasil penelitian TSS di perairan laut TAD berdasarkan rata-rata tiap stasion berkisar antara 0,024 – 0,027 mgl, sedangkan rata-rata tiap musim berkisar antara 0,012 – 0,037 mgl Gambar 68. Nilai-nilai ini juga sangat kecil karena masih di bawah ambang TSS. Baku mutu padatan tersuspensi total untuk ekosistem karang dan lamun adalah 20 mgl, sedangkan mangrove 80 mgl, dengan demikian hasil penelitian ini masih ditolerir oleh kehidupan ketiga ekosistem tersebut. Akan tetapi konsentrasi parameter ini di alam dapat menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produksi primer perairan menurun, dan akhirnya menyebabkan terganggu keseluruhan rantai makanan http:www.redaksidamandiri 2003. Peningkatan kandungan TSS dalam air dapat mengakibatkan penurunan kedalaman eufotik, sehingga kedalaman perairan produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan buangan, serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air, oleh karena itu pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna perairan. Ket : sd rata-rata semua stasion = 0,001 sd rata-rata tiap musim = 0,011 Gambar 68 TSS rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD

6.1.8 Konsentrasi Polycyclic Aromatic Hydrocarbons PAH’s Air Laut

Polycyclic Aromatic Hydrocarbons PAH’s merupakan kelompok hidrokarbon yang mengandung 2 dua atau lebih cincin karbon yang terikat bersama. PAH’s adalah bahan yang umum berada dalam bahan bakar dan minyak pelumas fuels and lubricating oils. PAH’s teradsorbsi kuat sekali ke partikel tanah, banyak dikenal bersifat karsinogenik, PAH’s yang ringan bioakumulasinya lebih mudah dibandingkan PAH’s berat. Banyak PAH’s mempunyai sifat yang sangat mudah menguap; kelompok dengan cincin karbon yang sedikit akan lebih mudah menguap dan cepat sekali terdegradasi Manahan 1994. Di bawah ini ada beberapa contoh PAH’s yang umum dikenal Gambar 69. Diketahui bahwa aktivitas yang terjadi di dalam teluk selain oleh penduduk sekitar, juga oleh kehadiran dua buah PLTD baik di Poka maupun di Galala, ditambahkan dengan aktivitas perhubungan laut yang telah menjadi pemandangan setiap hari, tentunya tidak dapat dijamin bahwa perairan teluk suatu ketika terancam terkena dampak akibat kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Potensi terjadi ceceran minyak dalam teluk akan terus terjadi dari waktu ke waktu, dan akan membahayakan ekosistem teluk secara keseluruhan. TS S Rata-rata tiap S tasion di Perairan TAD 0.027 0.027 0.0260.0260.026 0.026 0.029 0.026 0.025 0.025 0.024 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10 ST 11 S tasion TS S mg l d i l au t TSS Rata-rata tiap Musim di Perairan TAD 0.021 0.012 0.037 0.035 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0.040 M.T imur Agust06 M.Pancaroba IIOkt06 M.Barat Jan07 M.Pancaroba IMaret07 Musim T SS m g l di l a ut