bahwa fosfor masuk ke perairan sebagai bahan organik terlarut tersebut adalah dari sumber-sumber yang sama dengan nitrogen: kotoran, pembuangan industri,
run off pertanian, buangan hewan dan tanaman serta hewan yang membusuk, juga dari pengunaan deterjen oleh masyarakat.
5.2.5 Total Suspended Solid TSS
Perlu dicatat bahwa kondisi perairan di kolam, danau, aliran atau sungai berubah secara frekuensi. Diketahui bahwa setelah hujan lebat, sungai sering
tampak berwarna coklat dan berlumpur, sebagian besar berasal dari partikel- partikel tanah terlarut yang masuk sungai melalui run off permukaan. Terkadang
kolom air tampak kotor bila terjadi percampuran massa air oleh aksi gelombang pada waktu angin kencang atau badai, sehingga mengocok sedimen-sedimen
dasar. Semua perubahan yang tampak pada perairan adalah berhubungan dengan
material tersuspensi dan material terlarut dalam air. Bahkan dalam kondisi normal material-material tersebut akan nampak di perairan tetapi, oleh karena
konsentrasinya kecil maka sering tidak dapat dilihat jelas kehadirannya. Para ahli biologi tertarik untuk mengetahui total konsentrasi dari material tersuspensi dan
terlarut dalam air adalah karena dua alasan yaitu: 1 dengan bantuan informasi parameter ini, maka dapat dideterminasi produktivitas dalam kolom air, dimana
turut mendukung kehidupan dalam air; 2 dengan mengukur total konsentrasi material tersuspensi dan terlarut pada beberapa tahun, hari, dan pada banyak titik
dalam kolom air maka mereka akan mendapatkan “norms” untuk kolom air tersebut. Bila tiba-tiba terjadi peningkatan dari “norms” tersebut mengindikasikan
masalah dengan pembuangan limbah rumah tangga serta pembuangan limbah industri yang ilegal Andrews et al. 1972. Dengan demikian parameter ini
penting di dalam penelitian tentang pencemaran. Total suspended solid atau padatan tersuspensi total untuk rata-rata tiap
stasiun berkisar antara 0,030–0,039 mgl, sedangkan dari rata-rata tiap musim berkisar antara 0,006 –0,054 mgl Gambar 57. Ketentuan dalam Kepmen LH
No.512004, menetapkan bahwa ambang batas total padatan tersuspensi untuk ekosistem karang sebesar 20 mgl, mangrove sebesar 80 mgl, dan lamun sebesar
20 mgl, sedangkan berdasarkan kriteria mutu air sesuai PP No.822001, untuk air kelas I semua peruntukan adalah sebesar 50 mgl. Dengan demikian nilai TSS di
perairan sungai saat penelitian ini sangat kecil. Sehingga pengaruhnya ke ekosistem yang ada hampir tidak ada.
Ket: sd rata-rata semua stasion= 0,004 sdrata-rata semua musim=0,021
Gambar 57 TSS rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai
5.2.6 Masalah Sampah dan Sungai
Di Indonesia masalah sampah dan sungai mempunyai keterikatan yang sangat erat. Tidak peduli sungai besar atau kecil semua dimanfaatkan sebagai
tempat pembuangan sampah padat, berbagai limbah cair baik dari industri maupun rumah tangga. Sungai yang sehat dan indah dengan kesan sejuk karena airnya
yang bersih dan jernih agak sulit didapatkan di kota. Justru sebaliknya pemandangan sungai yang berwarna hitam dan keruh, penuh sampah dan bau
sering dijumpai. Masalah sampah dikenal sebagai masalah yang sulit dipecahkan, sehingga dikhawatirkan akan menjadi persoalan lingkungan yang serius, oleh
sebab itu masalah sampah menarik untuk dikaji, selain menimbulkan persoalan lingkungan, juga dapat memicu permasalahan yang mengganggu stabilitas baik
dibidang ekonomi, tenaga kerja, keamanan, kesehatan dan keindahan tata ruang kota.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis
Ecolink 1996 dalam http:pedulisampah.orgblog..., 2008. Secara garis besar,
TSS Rata-rata tiap Stasion di Perairan Sungai
0.034 0.038
0.030 0.039
0.000 0.010
0.020 0.030
0.040 0.050
S.Air Bsr Halong
S.Waerekan S.Waetonahitu S.Waeheru
Stasion
T SS
m g
l di
s ung
a i
TSS Rata-rata tiap Musim di Perairan Sungai
0.034
0.006 0.048
0.054
0.000 0.010
0.020 0.030
0.040 0.050
0.060
M.T imur Agust06
M.Pancaroba IIOkt06
M.Barat Jan07 M.Pancaroba
IMart07
Musim
T SS
m g
l di
s ung
a i