maka berikut ini di usulkan langkah pengendalian berdasarkan sumber pencemaran itu sendiri. Untuk mengendalikan pencemaran yang bersumber dari
aktivitas rumah tangga di usulkan untuk menggunakan langkah dan teknologi yang di pakai oleh masyarakat peduli sampah Indonesia sebagai yang diuraikan
berikut ini. Kwadrati 2007 dalam http:pedulisampah.orgblog~3RbwPvqtT3Q8
2008, menjelaskan bahwa penanganan sampah dari segi teknologi tidak akan tuntas hanya dengan menerapkan satu metode saja tetapi harus dengan kombinasi
dari berbagai metode yang kemudian dikenal sebagai sistem pengelolaan sampah terpadu. Sistem pengelolaan sampah terpadu tersebut setidaknya
mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah reduce, daur ulang recycle dan pemanfaatan kembali reuse, pengkomposan, pembakaran
incinerate dan pembuangan akhir landfilling. Pengelolaan sampah sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak dari sumber
sampai dengan pembuangan akhir. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan sampah terpadu
adalah: penanganan sampah pada sumbernya yaitu semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.
Penanganan sampah di sumbernya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Penanganan sampah pada
tahap ini dapat mengendalikan timbulan sampah. Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan sorting, yaitu memilah
antara sampah organik, anorganik dan sampah berbahaya B3. Sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali reuse contohnya : menggunakan kembali botol dan
wadah kemasan produk untuk penyimpanan daripada membeli baru dan tidak membuang barang yang masih layak digunakan namun memberikannya kepada
yang membutuhkan. Selain itu dapat di daur ulang misalnya kaleng bekas susu untuk membuat mainan atau mempersilahkan pemulung mengambilnya untuk
didaur ulang. Sampah organik dapat memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu dijadikan kompos atau pakan ternak. Sedangkan sampah berbahaya harus
ditangani secara khusus untuk menetralisirkannya dari pengaruh bahan pencemaran. Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses
daur ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan berbahaya. Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk
mereduksi besarnya timbunan sampah reduce Kwadrati 2008 dalam http:pedulisampah.orgblog~3RbwPvqtT3Q82008.
8.3.3 Pengendalian Limbah Industri
Selanjutnya limbah dari kegiatan industri juga perlu diperhatikan, oleh karena produksi limbah industri biasanya mengandung limbah B3. Diketahui
bahwa setiap limbah yang dihasilkan oleh suatu perusahan menjadi kewajiban pengusaha untuk mengelolanya agar limbah yang dihasilkan tidak membahayakan
lingkungan sekitarnya. Artinya limbahnya harus memenuhi baku mutu air buangan effluent standards. Untuk melaksanakan tujuan tersebut oleh Ginting
2007 diperkenalkan penggunaan teknologi bersih clean technology yang menerapkan prinsip sebagai berikut:
• Penghematan bahan baku Prinsip ini berdasarkan pada pemikiran bahwa untuk penunjang proses
produksi dibutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk melengkapi bahan baku tersebut. Kedua bahan inilah yang menjadi potensi terjadinya
pencemaran, karena sifat bahan penolong yang berbahaya dan beracun. Penggunaan bahan baku dalam jumlah yang relatif banyak akan
menghasilkan bahan pencemar yang banyak pula sehingga membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih tinggi. Akibatnya sumber daya alam
sebagai bahan baku akan terkerus dan makin berkurang, demikian juga dengan tingkat kerusakan lingkungan. Oleh karena kecepatan pemanfaatan
lebih cepat dari kesempatan pemulihan sumber daya alam dan lingkungan tersebut. Langkah penghematan penggunaan bahan baku dapat mencegah
timbulnya kerusakan lingkungan karena tingginya tingkat eksploitasi sumber daya alam.
• Minimalisasi limbah Limbah cair merupakan limbah yang ikut dalam proses produksi baik
dalam bahan baku maupun dalam bahan penolong yang pada akhir produksi dibuang. Oleh karena itu ada dua hal penting disini yaitu
penghematan penggunaan air sebagai bahan penolong, artinya gunakan air sesuai kebutuhan jangan berlebihan dan kedua yaitu perbaikan proses
produksi agar limbah yang dihasilkan mengandung senyawa pencemar sekecil mungkin. Meminimalkan limbah berarti mengurangi resiko
lingkungan dan resiko terhadap manusia. • Pencegahan
Langkah pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan adalah dengan penerapan teknologi yang tepat untuk mengelola limbah yang dihasilkan
dari suatu kegiatan. Pilihan teknologi dapat diantisipasi dengan AMDAL. Analisis ini meliputi evaluasi dan informasi yang diberikan lingkungan
baik bagi industri yang sudah maupun rencana baru. Usaha pencegahan, pengendalian dan penanggulangan pencemaran serta dampak lain yang
ditimbulkan yaitu dengan pendekatan teknologi, ekonomi dan institusional.
• Daur ulang Recycle Daur ulang diartikan sebagai penggunaan ulang bahan-bahan yang sudah
terbuang. Bila penggunaan kembali pada saat yang relatif singkat maka daur ulang ini dapat meningkatkan efisiensi pabrik sampah kertas dan
plastik. Dalam konteks TAD maka metode ini diusulkan untuk pabrik kertas.
• Reuse Pengendalian pencemaran akibat industri secara teknis umumnya
dilakukan dengan peralatan yang sesuai. Sampah-sampah pabrik diolah dahulu sebelum dibuang. Air buangan diolah dengan cara yang lebih
teknis sehingga memenuhi baku mutu air buangan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Misalnya untuk limbah dari PLN sebaiknya
menerapkan metode reuse ini, sehingga limbah air panas dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
• Recovery Recovery limbah adalah pemungutan bahan-bahan buangan atau limbah
yang masih mempunyai nilai ekonomis kemudian diproses lagi secara teknologi untuk tujuan tertentu dan menghasilkan hasil yang lain dari
semula. Misalnya limbah logam dapat di proses dan dibentuk menjadi bentuk lain yang bernilai ekonomis.
• Instalasi Pengolah Air Limbah IPAL Pengendalian pencemaran yang dikenal masyarakat adalah menggunakan
instalasi pengolahan limbah. Pengolahan limbah ini seperti sistem pabrik, karena limbah sendiri sebagai bahan baku. Instalasi ini menggunakan
bermacam metode, tergantung pada jenis bahan pencemar, volume limbah yang diolah, baku mutu buangan. Untuk kasus TAD metode ini disarankan
dibangun di hotel, restoran, kantor, sekolah dan kawasan pemukiman baru.
8.3.4 Pengendalian Limbah Pertanian
Limbah pertanian yang dimaksud adalah limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk nitrogen dan fosfat untuk
tujuan penyuburan tanah dan tanaman, sehingga potensi terjadi eutrofikasi ekosistem pesisir dan laut. Eutrofikasi merupakan permasalahan lingkungan
yang diakibatkan oleh limbah fosfat dan nitrat. Air dikatakan euotropik bila konsentrasi total fosfat dalam air berada pada kisaran 35-100 µgl
images.suplirahim.multiply.content.com...pencemaran. Fosfat di alam itu berasal 17 berasal dari kegiatan pertanian disamping kurang lebih 23 berasal
dari limbah rumah tangga. Eutrofikasi yang terjadi dalam perairan selain memberi dampak positif kepada peningkatan pertumbuhan mikroorganisme atau
mikroalgae tetapi juga dampak negatif yaitu terjadinya penurunan kandungan oksigen terlarut tentu hal ini akan membahayakan kehidupan organisme yang
membutuhkannya. Oleh karena itu diperlukan langkah pencegahan atau pengendalian dalam
mengatasi masalah ini antara lain: • Mekanisme penggunaan pupuk organik menjadi alternatif mencapai
produktivitas optimum. Upaya pengembangan budidaya organik terus dilakukan dewasa ini untuk mengatasi penggunaan pupuk N dan P.
Penggunaan jasad renik penambat nitrogen udara, baik yang hidup bebas maupun yang hidup bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi
legum, terbukti dapat mengurangi banyak kebutuhan pupuk nitrogen
buatan. Pendauran ulang sisa atau limbah hayati, baik melalui pencernaan ternak yang menghasilkan kotoran ternak atau pupuk
kandang, melalui pengomposan yang menghasilkan kompos, maupun melalui perombakan biologi langsung dalam tanah yang merupakan
pupuk hijau, tidak sedikit mengurangi kebutuhan pupuk buatan, khususnya pupuk N dan P www.bsi.ac.d?lang=inid=77.
• Langkah pengendalian yang lain yaitu melalui kebijakan perindustrian Indonesia yaitu dengan mengimbau para pengusaha industri sabun dan
deterjen untuk tidak lagi menggunakan additive agent yang mengandung fosfat dalam produk-produk deterjen. Demikian juga
untuk industri makanan dan minuman dianjurkan untuk tidak menggunakan aditif fosfat images.suplirahim.multiply.content.com...
pencemaran.
IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 Hasil analisis beban pencemaran terhadap beberapa parameter kualitas
lingkungan menunjukkan bahwa dari sumber-sumber sungai, darat maupun laut ternyata masing-masing memberikan kontribusi limbah
dengan persentase yang berbeda-beda. Akan tetapi semua sumber tersebut memberi gambaran tentang besarnya beban pencemaran akibat akumulasi
berbagai kegiatan yang selama ini dilakukan di dan sekitar teluk, sehingga status Teluk Ambon Dalam dikatakan telah tercemar. Hal ini juga
ditunjang dengan hasil analisis terhadap komponen biologi seperti mangrove, lamun dan bentos yang walaupun memerlukan waktu yang
relatif lama untuk mengalami perubahan akibat pencemaran, akan tetapi analisis terhadap komponen ini menunjukkan adanya tekanan akibat
pemanfaatan yang telah dilakukan selama ini.
2 Berdasarkan pendekatan parameter indikator didapatkan bahwa kapasitas
asimilasi perairan TAD lebih kecil dari beban pencemaran. Hal ini berarti terbuka kemungkinan bahwa perairan TAD telah mengalami pencemaran
lingkungan.
3 Hasil analisis terhadap debit aliran dan muatan sedimen didapatkan bahwa
pola dan tingkat sedimentasi sangat bervariasi berdasarkan musim serta sumbangan dari karakteristik fisik masing-masing sungai yang dianalsis.
4 Teluk Ambon Dalam diusulkan tetap memiliki kawasan konservasi suaka
alam, kawasan konservasi dan preservasi, serta kawasan konservasi dan rehabilitasi. Sedangkan untuk kepentingan pemanfaatan maka TAD juga
dapat tetap dipakai sebagai lokasi kegiatan budidaya dan penangkapan serta wisata pancing. Akan tetapi dengan usulan mengurangi jumlah unit
KJA yang beroperasi dan sebaiknya hanya untuk jenis ikan. 5
Untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang sudah terjadi
maka strategi pengelolaan pencemaran TAD adalah dengan strategi pengurangan beban limbah dengan pendekatan teknologi reuse, recycle
dan reduce, sosial budaya, ekonomi, hukum dan kelembagaan, pengusulan zonasi TAD dan lahan atas termasuk penataan jaringan
pengairan dan pengendalian pencemaran
9.2
Saran
Mengamati potensi TAD yang ada serta ketertarikan berbagai pihak untuk memanfaatkannya, maka demi keberlanjutan ekosistem ini di masa depan, para
pengguna termasuk pemerintah disarankan untuk kembali mematuhi instrumen hukum yang dapat mengendalikan seluruh proses pemanfaatan teluk secara
bijaksana. Selain itu intrumen teknis yang digambarkan dalam penelitian ini juga dapat membantu menjawab permasalahan meningkatnya beban limbah dari
masing-masing sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Abel P.D. 1989. Water Pollution Biology. Departement of Biology Sunderland
Polytechnic. Chichester : Ellis Horwood Limited Publisher. 231p. Abbott R. T. 1991. Shell of South Asia. Singapore : Graham Brash. 145p.
Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. : Penerbit Andi. Hal: 17
Achmad R. 2005. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. : Penerbit Andi. Hal: 171 Andrew W.A, D. K. Moore and A.C. LeRoy. 1972. A Guide to The Study of
Environmental Pollution. Ontario: Publication Prentice-Hall of Canada, Ltd, Scarborough. 260p.
Anna S. 1999. Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Teluk Jakarta.. Thesis Program Pasca Sarjana.IPB. Bogor. Hal:135.
Anyakora C, M.Arbabi and H.Coker. 2008. A Screen for Benzoapyrene in Fish Samples from Crude Oil Polluted Environments. American
Journal of Environmental Sciences 42:145-150p.Science Publications. http:www.scipub.orgfulltexdajes.
Arisandi 2001. http:ecoton.terranet. Arisandi P. 2002. Limbah Aneka Kimia Nusantara Musnahkan Kehidupan Biota
Air Jatim Butuh Gubernur baru guna Pulihkan Kali Surabaya. aradinovyahoo.com 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos sebagai Indikator
Kualitas Perairan Pesisir. Asdak C. 2002. Kualitas Air dan Kematian Massal Ikan. http:www.pikiran-
rakyat.comcetak030404Cakrawalaindex.htm Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta.:
Gadjah Mada University Press. Hal: 614. Apperley L.W and A.J. Raudkivi. 1989. The Entrainment of Sediment by The
Turbulent Flow of Water. Hydrobiologia Journal. Belgium : Kluwer Academic Publ. 39-49p
Bacci E. 1994. Ecotoxicology of Organic Contamination. Boca Raton Ann Arbor London Tokyo : Lewis Publ. 165p.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Ekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan.Lembata,
Nusa Tenggara Timur. Hal: 157.
Bengen D.G. 2001. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor: PKSPL-IPB dan Coastal Resources Management Project Coastal
Resources Center University of Rhode Island. 159p. Bengen D.G. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Bogor: PKSPL-IPB. Hal:56. Bengen D.G. 2004. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor :
PKSPL-IPB. Hal: 56. Beegan C. 2005. Development of Sediment Quality Objective for California’s
Enclose Bays and Estuaries. Journal of Hydraulic Engineering, Vol.131, No.1.
Bhowmik N.G and J.R. Adams. 1989. Successional changes in Habitat Caused by Sedimentation in Navigation Pools. Hydrobiologia Journal. Belgium:
Kluwer Academic Publ. Bidang Pengembangan Informasi dan Kemitraan Lingkungan BPIKL –KLH RI
2005. Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta. Cicin-Sain B And R.W. Knecht 1998. Integrated Coastal and Ocean
Management, Concepts and Practices. Washington D.C, Covelo, California: Island Press. 517p.
Clark R.B. 1986. Marine Pollution. Oxford : Clarendon Press. 209p. Dahuri R, J.Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta. : PT. Pradnya Paramita. Hal: 328.
Dahuri R. 1997. Coastal and Marine Pollution. Paper presented at Workshop on Program Leadership for Environment and Development LEAD,
Yayasan Pembangunan Berkelanjutan. Dahuri R. 1999. Mitigasi Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Lautan. Makala
Seminar Nasional tentang Teknologi Pengolahan Limbah dan Pengelolaan Lingkungan. BPPT Jakarta.
Dahuri R. 2000 . Analisa Environmental Governance di Bidang Kelautan. Paper. Dahuri R. 2000. Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan Untuk Kesejahteraan
Rakyat. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia LISPI. Jakarta. Hal:145.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.. Hal: 410.
Dahuri R. 2009. Melirik Ekonomi Kelautan. www.sirkulasikoranjakarta.com Darmono 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Hal : 179.
Davis D and D.F. Gartside. 2001. Challenges for Economic Policy in Sustainable Management of Marine Nature Resources. Journal Ecological
Economics. Elsevier Science. Den Hartoc C. 1970. The Seagrass of the World. Amsterdam: North Holland
Publishing Company. Amsterdam. 275p. Departemen Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku. 2007. Laporan Tahunan
DKP - Maluku tahun 2006. Ambon: DKP. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2002. Keputusan
Menteri Negara Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 342002 tentang Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan.2001. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil. Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir.Jakarta:
DKP. Diha M.A Dan S.E.Rahim 2001. Permasalahan Pengelolaan DAS Musi yang
berhubungan dengan Pewilayahan. Jurnal. Lingkungan Pembangunan 214; Hal: 340-348.
Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I. Jakarta : Penerbit PT. Sarana Graha. Hal : 111.
Dharma B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia. Indonesia Shells Vol. II. Wiesbaden : Verlag Christa Hemmen. Hal: 135.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku dan Universitas Pattimura Ambon. 2003. Data dan Informasi Sumberdaya Perikanan Provinsi
Maluku. Ambon: DKP-UNPATTI Djajadiningrat S.T dan H. H. Amir. 1991. Penilaian secara cepat sumber-sumber
pencemaran air, tanah dan udara. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal: 148.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal:258
Fachrul M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Hal:198.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Freedman 1995. Benthic Invertebrates Various Surveys have Demostrated.
Environmental Ecology.The Ecological Effect of Pollution. Book.google.co.idbook?isbn=0122665422
Francioni E, A.De L.R. Wagener, A.L. Scofield, M.H. Depledge dan B.Cavalier. 2007. Evaluation of The Mussel Perna perna as a Biomonitor of
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon PAH Exposure and Effects. angelardc.puc-rio.br A. de L.R. Wagener. htt:
www.elsevier.comlocatemarpolbul Marine Pollution Bulletin 54 2007 329–338p.
Ford A. 1999. Modelling the Environment An Introduction to System Dynamic Models of Environmental Systems. Washington : Island Press
Geyer R.A 1980. Marine Environmental Pollution 1. Elsivier Scintific Amsterdam : Publ.Company.
Gesamp 1989. Atmospheric input of Trace Species to the World Ocean. Athens: GESAMP Working Group No.14,X1X4.
Gerlach S.A. 1981. Marine Pollution Diagnosis and Therapy. Spinger-Verlag, Berlin Heidelberg New York. 217p.
Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Limbah Industri. http:www.yrama-widya.co.id. Bandung Hal: 73-82.
Guitart C, N. Garci’a-Flor, J. M. Bayona and J. Albaige’s. 2007. Occurrence and fate of polycyclic aromatic hydrocarbons in the coastal
surface microlayer.albqamcid.csic.es
J.Albaige´s. www.elsevier.comlocatemarpolbul Marine Pollution Bulletin 54 2007
Hal: 186–194.
Hadi A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Hadiwiardjo B.H. 1997. ISO 14001 Paduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Hal: 304. Hamzah M.S dan L.F Wenno. 1987. Sirkulasi Arus di Teluk Ambon. Teluk
Ambon I, Biologi, Perikanan, Oseanografi dan Geologi. Ambon: BPPSDL-PPPO-LIPI. Hal: 91-101.
Holden and Marsden. 1969. PAHs Analysis Methods. www.scribd.com... Environmental- Protection –Agency-ecossl-pah.
http:pedulisampah.orgblog~3RbwPvqtT3Q82008 . Pengelolaan Sampah Terpadu. Waste Management Journal.
http:www.Dephut.co.id. 2002. Kerusakan Lingkungan Hidup. Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta.
http:www.redaksidamandiri 2003. http:regional.coremap 2006. Survei Potensi dan Pemetaan Kondisi Terumbu
Karang Lokasi Coremap II Kabupaten Selayar. http:www.science.jrank.orgpages5398Polyclic.Aromatic Hydocarbon.html.
Journal http:www.iptek.net.idindmnu.2008
http:digilib.upi.edupascasubmittedetd http:www.abdulkadirsalam.comindex2.php?option=com_contentdo
http:www.elsevier.comlocatemarpolbul Marine Pollution Bulletin 54. 2007.
214–225pp. http:images.suplirahim.multiply.content.com...pencemaran. Jurnal Pencemaran
Alam Sekitar. http:massofa.wordpress.com2008
http:www.bsi.ac.id?lang=inid=77. Bina Sarana Informatika Journal Official
WebsiteTridarma Ilmu Tanah Jasen S, V.Veit, G.Dudel and A. Altenburger. 2007. On Ecological Perspective
in Aquatic Ecotoxicology Approaches and Challenges. GfO Ecological Society
of Germany, Austria and Switzerland Journal. Published:Elsivier.
Jensen, J.R., 1996. Introductory Digital Image Processing. A Remote Sensing Perspective. Second Edition. Prentice Hall, New Jersey. 316 pp.
Johnson,R.A and D.W.Wichern. Applied Multivariate Statistical Analysis.New Prentice Hall, Englewood. Jersey. 359p.
Kartahadimadja F.A.A dan J.I. Pariwono. 1994. Penyebaran Padatan Tersuspensi dan Perubahan Bentuk Pantai di Muara Sungai Cimandiri, Teluk
Pelabuhan Ratu, Ditenjau dari Citra Penginderaan Jauh. Jurnal Ilmu- Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Vol.II,No 1.