Status Kualitas Perairan sebagai Dasar Penyusunan Zonasi TAD

maka berikut ini di usulkan langkah pengendalian berdasarkan sumber pencemaran itu sendiri. Untuk mengendalikan pencemaran yang bersumber dari aktivitas rumah tangga di usulkan untuk menggunakan langkah dan teknologi yang di pakai oleh masyarakat peduli sampah Indonesia sebagai yang diuraikan berikut ini. Kwadrati 2007 dalam http:pedulisampah.orgblog~3RbwPvqtT3Q8 2008, menjelaskan bahwa penanganan sampah dari segi teknologi tidak akan tuntas hanya dengan menerapkan satu metode saja tetapi harus dengan kombinasi dari berbagai metode yang kemudian dikenal sebagai sistem pengelolaan sampah terpadu. Sistem pengelolaan sampah terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah reduce, daur ulang recycle dan pemanfaatan kembali reuse, pengkomposan, pembakaran incinerate dan pembuangan akhir landfilling. Pengelolaan sampah sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak dari sumber sampai dengan pembuangan akhir. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan sampah terpadu adalah: penanganan sampah pada sumbernya yaitu semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Penanganan sampah di sumbernya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Penanganan sampah pada tahap ini dapat mengendalikan timbulan sampah. Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan sorting, yaitu memilah antara sampah organik, anorganik dan sampah berbahaya B3. Sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali reuse contohnya : menggunakan kembali botol dan wadah kemasan produk untuk penyimpanan daripada membeli baru dan tidak membuang barang yang masih layak digunakan namun memberikannya kepada yang membutuhkan. Selain itu dapat di daur ulang misalnya kaleng bekas susu untuk membuat mainan atau mempersilahkan pemulung mengambilnya untuk didaur ulang. Sampah organik dapat memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu dijadikan kompos atau pakan ternak. Sedangkan sampah berbahaya harus ditangani secara khusus untuk menetralisirkannya dari pengaruh bahan pencemaran. Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses daur ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan berbahaya. Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbunan sampah reduce Kwadrati 2008 dalam http:pedulisampah.orgblog~3RbwPvqtT3Q82008.

8.3.3 Pengendalian Limbah Industri

Selanjutnya limbah dari kegiatan industri juga perlu diperhatikan, oleh karena produksi limbah industri biasanya mengandung limbah B3. Diketahui bahwa setiap limbah yang dihasilkan oleh suatu perusahan menjadi kewajiban pengusaha untuk mengelolanya agar limbah yang dihasilkan tidak membahayakan lingkungan sekitarnya. Artinya limbahnya harus memenuhi baku mutu air buangan effluent standards. Untuk melaksanakan tujuan tersebut oleh Ginting 2007 diperkenalkan penggunaan teknologi bersih clean technology yang menerapkan prinsip sebagai berikut: • Penghematan bahan baku Prinsip ini berdasarkan pada pemikiran bahwa untuk penunjang proses produksi dibutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk melengkapi bahan baku tersebut. Kedua bahan inilah yang menjadi potensi terjadinya pencemaran, karena sifat bahan penolong yang berbahaya dan beracun. Penggunaan bahan baku dalam jumlah yang relatif banyak akan menghasilkan bahan pencemar yang banyak pula sehingga membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih tinggi. Akibatnya sumber daya alam sebagai bahan baku akan terkerus dan makin berkurang, demikian juga dengan tingkat kerusakan lingkungan. Oleh karena kecepatan pemanfaatan lebih cepat dari kesempatan pemulihan sumber daya alam dan lingkungan tersebut. Langkah penghematan penggunaan bahan baku dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan karena tingginya tingkat eksploitasi sumber daya alam. • Minimalisasi limbah Limbah cair merupakan limbah yang ikut dalam proses produksi baik dalam bahan baku maupun dalam bahan penolong yang pada akhir produksi dibuang. Oleh karena itu ada dua hal penting disini yaitu penghematan penggunaan air sebagai bahan penolong, artinya gunakan air sesuai kebutuhan jangan berlebihan dan kedua yaitu perbaikan proses produksi agar limbah yang dihasilkan mengandung senyawa pencemar sekecil mungkin. Meminimalkan limbah berarti mengurangi resiko lingkungan dan resiko terhadap manusia. • Pencegahan Langkah pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan adalah dengan penerapan teknologi yang tepat untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Pilihan teknologi dapat diantisipasi dengan AMDAL. Analisis ini meliputi evaluasi dan informasi yang diberikan lingkungan baik bagi industri yang sudah maupun rencana baru. Usaha pencegahan, pengendalian dan penanggulangan pencemaran serta dampak lain yang ditimbulkan yaitu dengan pendekatan teknologi, ekonomi dan institusional. • Daur ulang Recycle Daur ulang diartikan sebagai penggunaan ulang bahan-bahan yang sudah terbuang. Bila penggunaan kembali pada saat yang relatif singkat maka daur ulang ini dapat meningkatkan efisiensi pabrik sampah kertas dan plastik. Dalam konteks TAD maka metode ini diusulkan untuk pabrik kertas. • Reuse Pengendalian pencemaran akibat industri secara teknis umumnya dilakukan dengan peralatan yang sesuai. Sampah-sampah pabrik diolah dahulu sebelum dibuang. Air buangan diolah dengan cara yang lebih teknis sehingga memenuhi baku mutu air buangan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Misalnya untuk limbah dari PLN sebaiknya menerapkan metode reuse ini, sehingga limbah air panas dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. • Recovery Recovery limbah adalah pemungutan bahan-bahan buangan atau limbah yang masih mempunyai nilai ekonomis kemudian diproses lagi secara teknologi untuk tujuan tertentu dan menghasilkan hasil yang lain dari semula. Misalnya limbah logam dapat di proses dan dibentuk menjadi bentuk lain yang bernilai ekonomis. • Instalasi Pengolah Air Limbah IPAL Pengendalian pencemaran yang dikenal masyarakat adalah menggunakan instalasi pengolahan limbah. Pengolahan limbah ini seperti sistem pabrik, karena limbah sendiri sebagai bahan baku. Instalasi ini menggunakan bermacam metode, tergantung pada jenis bahan pencemar, volume limbah yang diolah, baku mutu buangan. Untuk kasus TAD metode ini disarankan dibangun di hotel, restoran, kantor, sekolah dan kawasan pemukiman baru.

8.3.4 Pengendalian Limbah Pertanian

Limbah pertanian yang dimaksud adalah limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk nitrogen dan fosfat untuk tujuan penyuburan tanah dan tanaman, sehingga potensi terjadi eutrofikasi ekosistem pesisir dan laut. Eutrofikasi merupakan permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah fosfat dan nitrat. Air dikatakan euotropik bila konsentrasi total fosfat dalam air berada pada kisaran 35-100 µgl images.suplirahim.multiply.content.com...pencemaran. Fosfat di alam itu berasal 17 berasal dari kegiatan pertanian disamping kurang lebih 23 berasal dari limbah rumah tangga. Eutrofikasi yang terjadi dalam perairan selain memberi dampak positif kepada peningkatan pertumbuhan mikroorganisme atau mikroalgae tetapi juga dampak negatif yaitu terjadinya penurunan kandungan oksigen terlarut tentu hal ini akan membahayakan kehidupan organisme yang membutuhkannya. Oleh karena itu diperlukan langkah pencegahan atau pengendalian dalam mengatasi masalah ini antara lain: • Mekanisme penggunaan pupuk organik menjadi alternatif mencapai produktivitas optimum. Upaya pengembangan budidaya organik terus dilakukan dewasa ini untuk mengatasi penggunaan pupuk N dan P. Penggunaan jasad renik penambat nitrogen udara, baik yang hidup bebas maupun yang hidup bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi legum, terbukti dapat mengurangi banyak kebutuhan pupuk nitrogen buatan. Pendauran ulang sisa atau limbah hayati, baik melalui pencernaan ternak yang menghasilkan kotoran ternak atau pupuk kandang, melalui pengomposan yang menghasilkan kompos, maupun melalui perombakan biologi langsung dalam tanah yang merupakan pupuk hijau, tidak sedikit mengurangi kebutuhan pupuk buatan, khususnya pupuk N dan P www.bsi.ac.d?lang=inid=77. • Langkah pengendalian yang lain yaitu melalui kebijakan perindustrian Indonesia yaitu dengan mengimbau para pengusaha industri sabun dan deterjen untuk tidak lagi menggunakan additive agent yang mengandung fosfat dalam produk-produk deterjen. Demikian juga untuk industri makanan dan minuman dianjurkan untuk tidak menggunakan aditif fosfat images.suplirahim.multiply.content.com... pencemaran. IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1 Hasil analisis beban pencemaran terhadap beberapa parameter kualitas lingkungan menunjukkan bahwa dari sumber-sumber sungai, darat maupun laut ternyata masing-masing memberikan kontribusi limbah dengan persentase yang berbeda-beda. Akan tetapi semua sumber tersebut memberi gambaran tentang besarnya beban pencemaran akibat akumulasi berbagai kegiatan yang selama ini dilakukan di dan sekitar teluk, sehingga status Teluk Ambon Dalam dikatakan telah tercemar. Hal ini juga ditunjang dengan hasil analisis terhadap komponen biologi seperti mangrove, lamun dan bentos yang walaupun memerlukan waktu yang relatif lama untuk mengalami perubahan akibat pencemaran, akan tetapi analisis terhadap komponen ini menunjukkan adanya tekanan akibat pemanfaatan yang telah dilakukan selama ini. 2 Berdasarkan pendekatan parameter indikator didapatkan bahwa kapasitas asimilasi perairan TAD lebih kecil dari beban pencemaran. Hal ini berarti terbuka kemungkinan bahwa perairan TAD telah mengalami pencemaran lingkungan. 3 Hasil analisis terhadap debit aliran dan muatan sedimen didapatkan bahwa pola dan tingkat sedimentasi sangat bervariasi berdasarkan musim serta sumbangan dari karakteristik fisik masing-masing sungai yang dianalsis. 4 Teluk Ambon Dalam diusulkan tetap memiliki kawasan konservasi suaka alam, kawasan konservasi dan preservasi, serta kawasan konservasi dan rehabilitasi. Sedangkan untuk kepentingan pemanfaatan maka TAD juga dapat tetap dipakai sebagai lokasi kegiatan budidaya dan penangkapan serta wisata pancing. Akan tetapi dengan usulan mengurangi jumlah unit KJA yang beroperasi dan sebaiknya hanya untuk jenis ikan. 5 Untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang sudah terjadi maka strategi pengelolaan pencemaran TAD adalah dengan strategi pengurangan beban limbah dengan pendekatan teknologi reuse, recycle dan reduce, sosial budaya, ekonomi, hukum dan kelembagaan, pengusulan zonasi TAD dan lahan atas termasuk penataan jaringan pengairan dan pengendalian pencemaran 9.2 Saran Mengamati potensi TAD yang ada serta ketertarikan berbagai pihak untuk memanfaatkannya, maka demi keberlanjutan ekosistem ini di masa depan, para pengguna termasuk pemerintah disarankan untuk kembali mematuhi instrumen hukum yang dapat mengendalikan seluruh proses pemanfaatan teluk secara bijaksana. Selain itu intrumen teknis yang digambarkan dalam penelitian ini juga dapat membantu menjawab permasalahan meningkatnya beban limbah dari masing-masing sumber. DAFTAR PUSTAKA Abel P.D. 1989. Water Pollution Biology. Departement of Biology Sunderland Polytechnic. Chichester : Ellis Horwood Limited Publisher. 231p. Abbott R. T. 1991. Shell of South Asia. Singapore : Graham Brash. 145p. Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. : Penerbit Andi. Hal: 17 Achmad R. 2005. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. : Penerbit Andi. Hal: 171 Andrew W.A, D. K. Moore and A.C. LeRoy. 1972. A Guide to The Study of Environmental Pollution. Ontario: Publication Prentice-Hall of Canada, Ltd, Scarborough. 260p. Anna S. 1999. Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Teluk Jakarta.. Thesis Program Pasca Sarjana.IPB. Bogor. Hal:135. Anyakora C, M.Arbabi and H.Coker. 2008. A Screen for Benzoapyrene in Fish Samples from Crude Oil Polluted Environments. American Journal of Environmental Sciences 42:145-150p.Science Publications. http:www.scipub.orgfulltexdajes. Arisandi 2001. http:ecoton.terranet. Arisandi P. 2002. Limbah Aneka Kimia Nusantara Musnahkan Kehidupan Biota Air Jatim Butuh Gubernur baru guna Pulihkan Kali Surabaya. aradinovyahoo.com 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. Asdak C. 2002. Kualitas Air dan Kematian Massal Ikan. http:www.pikiran- rakyat.comcetak030404Cakrawalaindex.htm Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta.: Gadjah Mada University Press. Hal: 614. Apperley L.W and A.J. Raudkivi. 1989. The Entrainment of Sediment by The Turbulent Flow of Water. Hydrobiologia Journal. Belgium : Kluwer Academic Publ. 39-49p Bacci E. 1994. Ecotoxicology of Organic Contamination. Boca Raton Ann Arbor London Tokyo : Lewis Publ. 165p. Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Ekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan.Lembata, Nusa Tenggara Timur. Hal: 157. Bengen D.G. 2001. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor: PKSPL-IPB dan Coastal Resources Management Project Coastal Resources Center University of Rhode Island. 159p. Bengen D.G. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: PKSPL-IPB. Hal:56. Bengen D.G. 2004. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor : PKSPL-IPB. Hal: 56. Beegan C. 2005. Development of Sediment Quality Objective for California’s Enclose Bays and Estuaries. Journal of Hydraulic Engineering, Vol.131, No.1. Bhowmik N.G and J.R. Adams. 1989. Successional changes in Habitat Caused by Sedimentation in Navigation Pools. Hydrobiologia Journal. Belgium: Kluwer Academic Publ. Bidang Pengembangan Informasi dan Kemitraan Lingkungan BPIKL –KLH RI 2005. Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta. Cicin-Sain B And R.W. Knecht 1998. Integrated Coastal and Ocean Management, Concepts and Practices. Washington D.C, Covelo, California: Island Press. 517p. Clark R.B. 1986. Marine Pollution. Oxford : Clarendon Press. 209p. Dahuri R, J.Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta. : PT. Pradnya Paramita. Hal: 328. Dahuri R. 1997. Coastal and Marine Pollution. Paper presented at Workshop on Program Leadership for Environment and Development LEAD, Yayasan Pembangunan Berkelanjutan. Dahuri R. 1999. Mitigasi Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Lautan. Makala Seminar Nasional tentang Teknologi Pengolahan Limbah dan Pengelolaan Lingkungan. BPPT Jakarta. Dahuri R. 2000 . Analisa Environmental Governance di Bidang Kelautan. Paper. Dahuri R. 2000. Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia LISPI. Jakarta. Hal:145. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.. Hal: 410. Dahuri R. 2009. Melirik Ekonomi Kelautan. www.sirkulasikoranjakarta.com Darmono 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Hal : 179. Davis D and D.F. Gartside. 2001. Challenges for Economic Policy in Sustainable Management of Marine Nature Resources. Journal Ecological Economics. Elsevier Science. Den Hartoc C. 1970. The Seagrass of the World. Amsterdam: North Holland Publishing Company. Amsterdam. 275p. Departemen Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku. 2007. Laporan Tahunan DKP - Maluku tahun 2006. Ambon: DKP. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Negara Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 342002 tentang Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan.2001. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil. Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir.Jakarta: DKP. Diha M.A Dan S.E.Rahim 2001. Permasalahan Pengelolaan DAS Musi yang berhubungan dengan Pewilayahan. Jurnal. Lingkungan Pembangunan 214; Hal: 340-348. Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I. Jakarta : Penerbit PT. Sarana Graha. Hal : 111. Dharma B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia. Indonesia Shells Vol. II. Wiesbaden : Verlag Christa Hemmen. Hal: 135. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku dan Universitas Pattimura Ambon. 2003. Data dan Informasi Sumberdaya Perikanan Provinsi Maluku. Ambon: DKP-UNPATTI Djajadiningrat S.T dan H. H. Amir. 1991. Penilaian secara cepat sumber-sumber pencemaran air, tanah dan udara. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal: 148. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal:258 Fachrul M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Hal:198. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Freedman 1995. Benthic Invertebrates Various Surveys have Demostrated. Environmental Ecology.The Ecological Effect of Pollution. Book.google.co.idbook?isbn=0122665422 Francioni E, A.De L.R. Wagener, A.L. Scofield, M.H. Depledge dan B.Cavalier. 2007. Evaluation of The Mussel Perna perna as a Biomonitor of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon PAH Exposure and Effects. angelardc.puc-rio.br A. de L.R. Wagener. htt: www.elsevier.comlocatemarpolbul Marine Pollution Bulletin 54 2007 329–338p. Ford A. 1999. Modelling the Environment An Introduction to System Dynamic Models of Environmental Systems. Washington : Island Press Geyer R.A 1980. Marine Environmental Pollution 1. Elsivier Scintific Amsterdam : Publ.Company. Gesamp 1989. Atmospheric input of Trace Species to the World Ocean. Athens: GESAMP Working Group No.14,X1X4. Gerlach S.A. 1981. Marine Pollution Diagnosis and Therapy. Spinger-Verlag, Berlin Heidelberg New York. 217p. Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Limbah Industri. http:www.yrama-widya.co.id. Bandung Hal: 73-82. Guitart C, N. Garci’a-Flor, J. M. Bayona and J. Albaige’s. 2007. Occurrence and fate of polycyclic aromatic hydrocarbons in the coastal surface microlayer.albqamcid.csic.es J.Albaige´s. www.elsevier.comlocatemarpolbul Marine Pollution Bulletin 54 2007 Hal: 186–194. Hadi A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Hadiwiardjo B.H. 1997. ISO 14001 Paduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Hal: 304. Hamzah M.S dan L.F Wenno. 1987. Sirkulasi Arus di Teluk Ambon. Teluk Ambon I, Biologi, Perikanan, Oseanografi dan Geologi. Ambon: BPPSDL-PPPO-LIPI. Hal: 91-101. Holden and Marsden. 1969. PAHs Analysis Methods. www.scribd.com... Environmental- Protection –Agency-ecossl-pah. http:pedulisampah.orgblog~3RbwPvqtT3Q82008 . Pengelolaan Sampah Terpadu. Waste Management Journal. http:www.Dephut.co.id. 2002. Kerusakan Lingkungan Hidup. Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta. http:www.redaksidamandiri 2003. http:regional.coremap 2006. Survei Potensi dan Pemetaan Kondisi Terumbu Karang Lokasi Coremap II Kabupaten Selayar. http:www.science.jrank.orgpages5398Polyclic.Aromatic Hydocarbon.html. Journal http:www.iptek.net.idindmnu.2008 http:digilib.upi.edupascasubmittedetd http:www.abdulkadirsalam.comindex2.php?option=com_contentdo http:www.elsevier.comlocatemarpolbul Marine Pollution Bulletin 54. 2007. 214–225pp. http:images.suplirahim.multiply.content.com...pencemaran. Jurnal Pencemaran Alam Sekitar. http:massofa.wordpress.com2008 http:www.bsi.ac.id?lang=inid=77. Bina Sarana Informatika Journal Official WebsiteTridarma Ilmu Tanah Jasen S, V.Veit, G.Dudel and A. Altenburger. 2007. On Ecological Perspective in Aquatic Ecotoxicology Approaches and Challenges. GfO Ecological Society of Germany, Austria and Switzerland Journal. Published:Elsivier. Jensen, J.R., 1996. Introductory Digital Image Processing. A Remote Sensing Perspective. Second Edition. Prentice Hall, New Jersey. 316 pp. Johnson,R.A and D.W.Wichern. Applied Multivariate Statistical Analysis.New Prentice Hall, Englewood. Jersey. 359p. Kartahadimadja F.A.A dan J.I. Pariwono. 1994. Penyebaran Padatan Tersuspensi dan Perubahan Bentuk Pantai di Muara Sungai Cimandiri, Teluk Pelabuhan Ratu, Ditenjau dari Citra Penginderaan Jauh. Jurnal Ilmu- Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Vol.II,No 1.