Jumlah Tegakan Jenis Lamun di Perairan TAD

selain jenis pekerjaan lainnya yang 56,54 , persentase pegawai negeri sipil hadir dengan 14,38 Gambar 53. Sedangkan persentase angkatan kerja laki-laki sebesar 64,44 dan perempuan sebesar 35,56 . Dan yang bukan angkatan kerja didominasi oleh kelompok perempuan yakni 64,37 Tabel 20, perempuan sebagai ibu rumah tangga ternyata cukup besar yakni 96,86 . Variasi jenis pekerjaan demikian berarti sebagian masyarakat tergolong kelompok menengah ke bawah. Dengan demikian agak sulit untuk memaksakan masyarakat merubah kebiasaan mereka menjaga kebersihan lingkungan. Ada banyak hasil analisis yang membuktikan bahwa kemiskinan merupakan salah satu kendala di dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Padahal ketidakpedulian terhadap kesehatan lingkungan juga akan berdampak ke kesehatan masyarakat itu sendiri. Tabel 19 Persentase pengetahuan masyarakat tentang ekosistem produktif Persentase Pengetahuan masyarakat tentang ekosistem- ekosistem penting di perairan Tahu tidak tahu tidak jawab Pengetahuan tentang hutan mangrove 77,19 12,50 10,31 Pengetahuan tentang bahaya pengrusakan hutan mangrove 84,06 8,44 7,50 Pengetahuan tentang padang lamun 65,00 19,69 15,31 Pengetahuan tentang bahaya pengrusakan padang lamun 62,19 21,56 16,25 Pengetahuan tentang terumbu karang 70,31 14,38 15,31 Pengetahuan tentang bahaya pengrusakan terumbu karang 80,31 8,44 11,25 Gambar 53 Persentase jenis pekerjaan penduduk di sekitar TAD 5.23 6.21 7.19 0.33 0.33 7.52 14.38 2.29 56.54 Buruh tani Petani pemilik Nelayan Buruh pabrik Buruh pelabuhan UKL warungkios PNS T NIPolri Lainnya Dari persentase angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan antara laki- laki dan perempuan ternyata tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara 44,74 – 55,26 . Hal ini tentu jika dianalisis kemungkinan akan berdampak terhadap perilaku masyarakat yang akan menyediakan waktunya untuk memikirkan perubahan apa yang sudah terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena waktunya lebih banyak akan tersita untuk memikirkan bagaimana melanjutkan hidup ini jika pekerjaannya belum ada. Lebih baik waktunya digunakan untuk mencari pekerjaan dari pada memikirkan masalah-masalah lingkungan yang belakangan ini menjadi perhatian banyak pihak. Oleh karena itu peranan pemerintah diharapkan dapat memberi pengertian dan pendampingan terhadap masyarakat, jika ingin keberlanjutan program pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan berhasil. Tabel 20 Penduduk usia kerja 15 tahun ke atas menurut kegiatan utama dan jenis kelamin Kegiatan Utama Lak-laki Perempuan Angkatan kerja : Bekerja Mencari pekerjaan 20,350 16,263 4,087 64,44 72,46 44,74 11,230 6,182 5,048 35,56 27,54 55,26 Bukan Angkatan kerja: Sekolah Mengurus rumah tangga Lainnya 10,396 8,090 305 2,001 35,63 50,34 3,14 64,61 18,782 7,982 9,704 1,096 64,37 49,66 96,86 35,39 Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Teluk Ambon Baguala Thn 2002-2005 V KONDISI UMUM PERAIRAN SUNGAI

5.1 Sungai sebagai Media Alir Berbagai Limbah

5.1.1 Kualitas Fisik Sungai

Seperti uraian-uraian sebelumnya yang mengemukakan bahwa perubahan kualitas air perairan laut tidak selamanya karena aktivitas di laut saja, akan tetapi sebagian besar juga akibat aktivitas yang dilakukan di lahan atas. Input limbah domestik merupakan salah satu sumber terjadinya pencemaran limbah organik di laut dan sedimentasi sebagai akibat peningkatan pembangunan berbagai fasilitas umum, misalnya pembangunan perumahan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat,dan sebagainya. Dalam kaitan dengan konsep pembangunan berkelanjutan maka ada beberapa prinsip dasar yang menjadi prasyarat yang harus dicapai, antara lain: a lingkungan yang lestari, b sosial yang serasi, dan c ekonomi yang sehat. Indikator lingkungan yang lestari adalah tersedianya dan berfungsinya sumber daya alam, antara lain, hutan, lahan, air tawar, pesisir dan laut, serta udara Machbub 2004. Sumber daya air sebagai komponen lingkungan sangat penting di dalam menunjang pembangunan berkelanjutan, Namun kenyataannya banyak daerah aliran sungai di seluruh Indonesia justru sudah mengalami perubahan baik fisik maupun kimia. Berdasarkan pandangan Manitoba 1992 dalam Mitchel at al. 2003 bahwa pembangunan berkelanjutan hendaknya berbasis pada wawasan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam hal ini lingkungan harus bersih, aman dan sehat. Persoalannya adalah ketika pengembangan suatu wilayah apakah dilihat secara utuh dalam kesatuan ekonomi, sosial, lingkungan dan ekologi ataukah tidak. Oleh karena perubahan tata guna lahan wilayah akan menimbulkan keseimbangan baru yang biasanya berupa peningkatan bencana di sub wilayah tersebut. Dengan demikian menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah untuk mengatur kompensasi terhadap perubahan tata guna lahan tersebut agar daya dukung lingkungan tetap terjaga. Akibat perubahan-perubahan yang dikemukakan tersebut maka baik kondisi fisik maupun kualitas sumber daya airpun terganggu. Bencana banjir, tanah longsor, erosi dan sedimentasi disepanjang perairan pantai hingga pencemaran lingkungan yang cukup parah menjadi fenomena yang tidak asing lagi di negara ini. Sampah dan limbah buangan baik domestik maupun industri sudah sangat sulit dikendalikan. Kualitas air di bagian hilir DAS juga sudah bergeser dari nilai-nilai alami akibat masukan bahan-bahan buangan tersebut terus menerus.

5.1.2 Karakteristik Sungai

Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Daerah pengaliran sebuah sungai adalah tempat presipitasi itu mengkonsentrasi ke sungai. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir, debit pengaliran dasar, dan seterusnya Sosrodarsono dan Takeda 2003. Diketahui bahwa air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Air mengalir di atas permukaan tanah namun air juga mengalir di dalam tanah. Aliran air sangat tergantung oleh kondisi tata guna lahan di permukaan bumi Kodoatie dan Sjarief 2005. Bila tidak ada daerah yang bisa menyerap dan daerah yang bisa menahan laju aliran maka pada waktu musim penghujan air akan mengalir langsung ke laut. Sebaliknya bila musim kemarau debit air menjadi kecil sehingga beberapa wilayah terjadi kekeringan. Biasanya pada kedua musim ini terjadi perbedaan debit yang sangat besar untuk beberapa sungai. Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa debit aliran sungai Waetonahitu Passo merupakan yang tertinggi di semua musim kecuali pada musim barat Januari menempati urutan kedua setelah sungai Air Besar Halong. Akan tetapi secara keseluruhan rata-rata debit aliran sungai Waetonahitu merupakan yang