kemungkinan berhubungan dengan kondisi fisik tumbuhan yang relatif besar sehingga lebih tahan terhadap perubahan-perubahan fisik perairan yang terjadi.
Bentuk daun yang lebar serta lebih besar dibanding jenis lainnya, membuat jenis E.acoroides mampu bersaing di dalam memanfaatkan cahaya matahari untuk
fotosintesa. Selain itu E.acoroides juga mampu menahan diri terhadap gempuran ombak setiap saat, mengingat tempat hidup tumbuhan ini biasanya pada daerah
dangkal. Ditinjau dari peranan ekologis ekosistem lamun untuk usaha perikanan,
maka jenis E.acoroides yang berdaun lebar serta panjang memainkan peran yang sangat penting bagi beberapa sumber daya laut ekonomis penting seperti, udang,
kepiting dan ikan yaitu sebagai nursery ground, feeding ground dan spawning ground. Sementara itu Setyono 1993 menjelaskan bahwa jenis T.hemprichii,
H.pinifolia dan H.ovalis merupakan makanan bagi beberapa jenis biota laut, seperti moluska Strombus gigas, kepiting Uca sp., bulu babi Diadema
antilarum, ikan Siganus sp., Scarus sp., dan Acanthurus sp., kura-kura Chelonia midas dan lumba-lumba Dugong dugong.
Dengan demikian apabila tingkat kerusakan tidak terdeteksi secara awal maka akan sangat sulit untuk memulihkannya lagi. Apalagi substrat sebagai
habitat tempat hidup sampai terkontaminasi berbagai bahan buangan yang sudah sulit untuk dieliminir. Oleh karena itu status ekosistem lamun perlu diketahui,
guna mencari cara penanganan yang tepat.
Gambar 44 Persen penutupan jenis lamun di perairan TAD
Persen Penutupan Lamun di Perairan TAD
30.81 72.5
75 75
75 75
57.5 67.9
26.3 54.2
30.5 13
25.5 27.8
20 40
60 80
.P.Poka P.Waiheru
P.Lateri P.Halong
P.Galala
S tasion
P e
r se
n P e
nut upa
n
Cymodocea rotundata Enhalus acoroides
Halodule pinifolia Halophyla ovata
Halophyla ovalis Thalassia hempricii
4.3.4 Komunitas Terumbu Karang
Ekosistem khas daerah tropis lainnya yang menjadi perhatian di perairan TAD adalah ekosistem karang. Ekosistem terumbu karang mempunyai
produktivitas organik yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan terumbu karang untuk menahan nutrien dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk
menampung segala masukan dari luar. Sebagai contoh; zooxanthellae dalam jaringan karang dapat mencegah terjadinya kehilangan nutrien. Setiap nutrien
yang dihasilkan oleh karang sebagai hasil metabolisma dapat digunakan langsung oleh tumbuhan tanpa mengedarkannya terlebih dahulu ke dalam perairan
Nybakken 1992. Terumbu karang memiliki keragaman jenis yang tinggi dan sebagian besar
dari jenis tersebut bernilai ekonomis penting. Hal ini dimungkinkan karena variasi yang besar dari habitat yang terdapat dalam ekosistem terumbu karang.
Kondisi ini yang menyebabkan terbentuknya jaringan makan yang cukup besar, karena asosiasi kompleks yang ada dalam ekosistem ini. Terumbu karang
merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan akibat kegiatan manusia, dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama. Namun sebaliknya
ada pendapat yang mengemukakan bahwa terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, tidak mapan dan mampu memperbaiki dirinya sendiri dari
gangguan alami. Kasus yang terjadi di P. Banda, Maluku, menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang mampu memperbaiki dirinya dalam waktu yang relatif
cepat jika parameter-parameter lingkungan utamanya sangat mendukung, misalnya tingginya tingkat kecerahan dan tidak ada run off bahan polutan dan
sedimen dari daratan Dahuri 2003. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 1985 ditemukan bahwa
pertumbuhan karang di perairan TAD dijumpai mulai dari batas antara rataan terumbu dan tubir reef margin dan daerahnya sangat sempit. Hasil inventarisasi
mencatat 43 jenis karang batu yang termasuk 15 suku. Sedangkan hasil transek didapatkan di Halong 13 jenis karang, di Kate-Kate di dapatkan 9 jenis dan di
Poka 7 jenis. Jenis-jenis karang yang dominan di Halong adalah Oulophyllia crispa, Porites lutea, Trachyphyllia geoffroyi, Favites fluxuosa dan Labophyllia
hemprichii. Di Kate-Kate jenis yang dominan adalah Porites lutea dan Favites
fluxuosa. Sedangkan di Poka jenis yang dominan adalah Porites lutea, P. lichen, Labophyllia hemprichii dan Goniopora lobata Sutarna 1989. Selanjutnya
dijelaskan bahwa dari proporsi karang batu dan karang lunak maka Poka memiliki proporsi karang batu yang tertinggi yaitu 56,2 , diikuti Halong sebesar 32,5
dan yang terkecil Kate-Kate adalah 23,1 . Dari hasil analisis disimpulkan bahwa kondisi karang di perairan TAD tergolong baik sampai jelek serta
pertumbuhannya kurang baik. Kondisi terumbu karang pada tahun 1985 berada dalam kondisi kategori baik, dan dalam tahun 1997 diperoleh terumbu karang
berada dalam kondisi sedang hingga buruk dengan persentase tutupan karang hidup antara 25–50 Sutarna 1985 Leatemia 1997.
Pemkot Ambon dan Unpatti 2002, menemukan bahwa terumbu karang pantai fringing reef tersebar di beberapa lokasi TAD dengan kondisi terumbu
yang relatif baik pada beberapa tahun silam yaitu di perairan pesisir Halong Batu- Batu, sekitar lokasi dermaga Ferry Poka dan sekitar lokasi Lateri. Pertambahan
jumlah penduduk dengan berbagai kebutuhan lahan untuk pemukiman dan penyediaan fasilitas umum serta aktivitas rumah tangga dan infrastruktur
penunjang lainnya menyebabkan sedimentasi dan buangan sampahlimbah yang meningkat dari waktu ke waktu, sehingga terumbu karang di kedua lokasi perairan
pesisir ini hilang. Hasil pengamatan menunjukkan dasar perairan di kedua lokasi ini yang umumnya ditempati oleh koloni berbagai spesies karang serta organisma
bentik penghuni terumbu karang relatif telah tertutup sedimen, yang berasal dari daratan sekitar.
Selanjutnya setelah 22 tahun sejak penelitian tersebut maka penelitian ini justru mendapatkan bahwa komunitas karang di perairan TAD telah mengalami
degradasi hingga hanya tinggal sekitar 23,7 , walaupun pada lokasi tertentu masih dalam kondisi relatif baik. Hal ini karena sebagian besar telah tertutup
lumpur. Kerusakan terumbu karang terbesar di wilayah Ekologis Teluk Ambon Dalam disebabkan oleh proses sedimentasi dan siltasi yang mengakibatkan
kematian terumbu karang di beberapa tempat di Teluk Dalam yakni di Halong dan Tanjung Tiram Poka, dimana sudah tidak ditemukan komunitas karang di Teluk
Dalam. Tingginya laju transport material padat yang terbawa dari daratan bila musim hujan ke perairan TAD telah membuat tingginya kekeruhan, sehingga
mengganggu penetrasi cahaya. Kondisi ini justru sangat mempengaruhi proses fotosintesa zooxanthella yang bersimbiosis dengan polip karang. Dengan
hilangnya ekosistem terumbu karang di perairan TAD tentunya berdampak ke hilangnya rantai makanan yang terbentuk di ekosistem terumbu karang selama ini.
Keadaan seperti ini sangat mengkuatirkan bagi ketersediaan sumber daya laut seperti komunitas ikan. English et al. 1997 dalam http:regional.coremap
2006, walaupun memiliki kompleksitas dan keanekaragaman hayati yang tinggi, namun ekosistem terumbu karang tidak stabil, karena sensitif terhadap gangguan
yang timbul, baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia. 4.3.5 Komunitas Ikan
Komunitas ikan merupakan sumber daya laut yang penting untuk dipelihara dan dilestarikan bagi kepentingan generasi selanjutnya. Walaupun ada
banyak sumber daya laut di perairan Maluku khususnya perairan P.Ambon, namun komunitas ikan tetap merupakan salah satu sumber daya favorit di daerah
ini. Oleh karena itu seyogyanya sumber daya ikan perlu mendapat perhatian tersendiri di dalam mengelolanya demi keberlanjutan sumber daya ini ke depan.
Keberadaannya komunitas yang sangat tergantung pada kualitas suatu perairan karena hidup selamanya dalam kolom air ini, tentunya akan sangat terganggu
apabila suatu perairan ditemukan telah tercemar. Contoh sederhana, masuknya material-matrial padat yang larut dalam air sehingga membuat perairan menjadi
keruh telah mengganggu sistem pernapasan hewan ini. Tutup bukanya insang setiap saat sangat berpotensi menempelkan berbagai partikel tersebut pada
lamella-lamella insang, apalagi kalau bahannya minyak akan sangat sulit dihindari. Bahaya-bahaya inilah yang mendorong penelitian ini juga mencermati
kondisi ikan yang ada di Teluk Ambon. Hasil penelitian dengan menggunakan jaring insang dasar yang
dioperasikan pagi dan senja telah mendapatkan bahwa ada 23 jenis ikan yang tersebar pada 3 tiga daerah penangkapan. Adapun jumlah individu berkisar
antara 85–101 ekor Tabel 17. Sedangkan berat individu berkisar antara 11,350- 13,060 gr. Daerah di muara sungai atau pada perairan estuari merupakan perairan
yang menghasilkan tangkapan baik jumlah individu maupun berat individu yang lebih besar dibandingkan dengan daerah penangkapan dengan dasar perairan