Analisis Tekstur Sedimen Kondisi Fisik Perairan Laut dan Permasalahannya

waktu pembilasan atau percampuran terjadi. Sebaliknya perairan dengan ciri-ciri tenang cenderung terjadi akumulasi nutrien, sehingga terjadi blooming alga di perairan dengan demikian akan mempengaruhi konsentrasi klorofil. Chlorophyll Concentration – Jan 16 2007 Gambar 39 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan Januari 2007

4.3 Perspektif Ekologi dalam Pencemaran Pesisir dan Laut

4.3.1 Kondisi Biologi Perairan TAD

Sejak awal abad terakhir ini, masalah pencemaran lingkungan perairan oleh sejumlah bahan-bahan kimia serta pengaruh-pengaruhnya terhadap ekosistem sudah merupakan issue yang tersebar di kota-kota bahkan hingga di seluruh dunia. Worm and Duffy 2003 diacu dalam Jasen et al.2007 menyatakan bahwa ada 3 tiga aspek mendasar dalam ekosistem: i kuantitas, yang dijelaskan dengan biomassa dan produktivitas, ii kualitas, dinyatakan dengan komposisi jenis dan kekayaan, dan iii stabilitas, maksudnya waktu yang konstan, resistan daya tahan terhadap perubahan lingkungan, atau kondisi pemulihan sesudah tergganggu. Dalam kaitan dengan upaya untuk melihat seberapa jauh pengaruh berbagai aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan pesisir dan laut, maka perspektif ekologi merupakan salah satu pendekatan yang sifatnya kualitatif atau semi kuantitatif juga dipakai dalam penelitian ini. Komponen biologis yang teramati dalam penelitian ini adalah komunitas mangrove, padang lamun, terumbu karang, ikan dan bentos. 4.3.2 Komunitas Mangrove 4.3.2.1 Kerapatan Mangrove Tumbuhan mangrove sebagaimana tumbuhan lainnya mengkonversi cahaya matahari dan nutrien menjadi jaringan bahan organik melalui proses fotosintesa. Oleh karena itu mangrove merupakan sumber makanan potensial, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Dilaporkan bahwa di Indonesia tercatat ada 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian kurang lebih hanya ada 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove Bengen 2002. Kehadiran komunitas ini pada suatu perairan tidak hanya memainkan peranan ekologisnya saja, tetapi juga sebagai peredam gelombang, angin, badai, perangkap sedimen serta pelindung pantai. Oleh karena itu seyogyanya perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak. Keberadaan komunitas mangrove di TAD telah ada sejak lama bahkan sering dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Sejalan dengan bertambahnya penduduk maka kecenderungan pemanfaatan areal pada dan sekitar hutan mangrove baik langsung maupun tidak langsung sulit terhindarkan. Oleh karena itu kemungkinan terjadi perubahan pada struktur komunitas mangrove dapat saja terjadi. Hal ini dapat diperhatikan dari beberapa nilai ekologis yang terukur. Hasil penelitian Pemkot Ambon dan Unpatti 2002, hutan mangrove pada Desa Passo tercatat seluas 6,84 ha dengan kerapatan yang tinggi, terdiri atas Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora stylosa, R. mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzera littorea, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Nypa fruticans dan Acanthus ilicifolius. Jenis Nypa fruticans dan Acanthus ilicifolius banyak dijumpai pada perairan ini terutama pada daerah yang dekat dengan pemukiman penduduk. Pada Perairan Desa Latta dan Halong terdapat komunitas mangrove yang terdiri atas Rhizophora stylosa, R. mucronata, dan Avicenia