Baku Mutu Air Buangan Limbah Effluent Standards Baku Mutu Lingkungan Perairan Ambient Standards

Berdasarkan uraian tentang keberadaan wilayah-wilayah ekologis yang ada di teluk tersebut, maka diusulkan juga kawasan penyangga buffer. Kawasan penyangga yang direncanakan adalah 25m dari area mangrove, 100m dari pantai, 200-400m dari dermaga dan 25m dari air sungai Gambar 100. Penetapan wilayah atau kawasan ini adalah untuk menunjang perencanaan perlindungan wilayah bagi kelestarian keanekaragaman sumber daya yang ada di wilayah perairan TAD secara keseluruhan. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian, terindentifikasi kawasan- kawasan yang berpotensi mengalami permasalahan lingkungan. Kawasan tersebut adalah: 1 Wilayah ekologis TAD Wilayah sekeliling TAD mulai dari pantai Galala, Halong, Latta, Lateri, Passo, Negeri Lama, Hunut, Waeheru, Batu Koneng, Poka- Rumah tiga, selama ini menjadi pantai-pantai yang terus mendapat tekanan pembuangan limbah domestik banyak produk sampah, maupun dari hasil buangan aktivitas kapal-kapal dalam teluk. 3 Akresi sepanjang pantai Galala ke arah Passo Umumnya perairan pantai bagian barat TAD Galala, Lateri dan Passo terjadi akresi oleh karena input sedimen dari darat terus bertambah akibat pembangunan perumahan yang terus berlangsung pada lahan atas. 4 Abrasi yang terjadi sepanjang pantai dari Negeri Lama sampai Tanjung Marthafons Rumah Tiga, khususnya pada garis pantai yang tidak memiliki tumbuhan penutup dengan batuan penyusun pantai yang agak lapuk dan lereng pantai relatif curam. Kondisi pantai seperti ini berpotensi terjadi abrasi, bila pada bagian barat pantai TAD terus mendapat tekanan sedimentasi. 5 Potensi bahan buangan mengandung minyak banyak didapati menempel pada substrat sekitar PLN Poka, Kate-Kate, Lateri dan Galala. 6 Selain potensi limbah panas ditemukan pada perairan sekitar PLN Poka dan Galala. Limbah ini akan memberikan dampak terhadap kematian mangrove pada kawasan ini, serta organisme bentos yang hidup pada atau dalam sedimen.

8.2.2.3 Zonasi Lahan Atas

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada Bab VII bahwa niat baik pemerintah daerah telah ditunjukkan dengan disusunnya rencana tata ruang wilayah, walaupun sampai sekarang belum disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah masih Ranperda. Hal ini terlihat dari rencana tata ruang wilayah yang mulai dibuat dari tahun 2004 akan tetapi hingga berkali-kali dirubah sampai 2009 ini Draf Akademiknya baru dibuat Rancangan Peraturan Daerah Ranperda, sementara itu makin bertambah saja permasalahan pembangunan yang sulit diketahui atau bahkan sulit dikendalikan. Salah satu contoh permasalahan pembangunan yang sudah terjadi sebagiannya dapat dipelajari dari hasil penelitian ini. Teluk Ambon Dalam tidak merupakan bagian yang direncanakan khusus dalam RTRW akan tetapi sebagian telah tersirat di dalam dokumennya, khusus yang berkaitan dengan ekosistem produktif di dalamnya. Teluk Ambon dengan multifungsi yang diperankannya selama ini, berpotensi terkontaminasi salah satu produk aktivitas-aktivitas tersebut. Dugaan terjadinya pencemaran lingkungan dapat dibuktikan dari representasi parameter biologis ekologis maupun kimia yang diteliti. Kerusakan ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang yang terjadi tentunya perlu dipulihkan guna keberlanjutan sumber daya alam laut yang sangat tergantung pada ekosistem-ekosistem ini. Apalagi pada beberapa sisi teluk yang ada hutan mangrove direncanakan sebagai kawasan perlindungan, selain itu wilayah TAD juga diarahkan sebagai daerah budidaya, penangkapan ikan, serta pertahanan dan keamanan.