Suhu Kondisi Fisik Perairan Laut dan Permasalahannya
94
NANIA NEGERILAMA
LATERI
PASSO LATTA
HALONG
WAIHERU HUNUT
BATUKONENG RUMAHT
POKA GALALA
PASSO
1 2
3 4
5
6 7
8 9
10 11
-3 .6
6 °L
S
-3 .6
4 °L
S
-3 .6
2 °L
S
128.19°BT 128.21°BT
128.23°BT 128.25°BT
PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
PADA MUSIM TIMUR JULI
Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007
LEGENDA
P. Ambon
Desa Jalan
Sungai Dermaga
Suar
1
Posisi Stasiun
Arus Periode Pasang Arus Periode Surut
Arus Angin Timur Tenggara Front Oseanik
Mangrove Pasir
Pemukiman Hutan Sekunder
0.0 0.5
1.0 1.5
Kilometer
Pasir Berlumpur
Teluk Ambon Dalam
-45 -40
-35 -30
-25 -20
-15 -10
-5 -3
-1
Kedalaman Laut m
95
NANIA NEGERILAMA
LATERI
PASSO LATTA
HALONG
WAIHERU HUNUT
BATUKONENG RUMAHT
POKA GALALA
PASSO
1 2
3 4
5
6 7
8 9
10 11
-3 .6
6 °L
S
-3 .6
4 °L
S
-3 .6
2 °L
S
128.19°BT 128.21°BT
128.23°BT 128.25°BT
PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
PADA MUSIM PERALIHAN 2 NOVEMBER
Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007
LEGENDA
P. Ambon
Desa Jalan
Sungai Dermaga
Suar
1
Posisi Stasiun
Arus Periode Pasang Arus Periode Surut
Arus Angin Selatan Daya Front Oseanik
Mangrove Pasir
Pemukiman Hutan Sekunder
0.0 0.5
1.0 1.5
Kilometer
Pasir Berlumpur
Teluk Ambon Dalam
-45 -40
-35 -30
-25 -20
-15 -10
-5 -3
-1
Kedalaman Laut m
96
NANIA NEGERILAMA
LATERI
PASSO LATTA
HALONG
WAIHERU HUNUT
BATUKONENG RUMAHT
POKA GALALA
PASSO
1 2
3 4
5
6 7
8 9
10 11
-3 .6
6 °L
S
-3 .6
4 °L
S
-3 .6
2 °L
S
128.19°BT 128.21°BT
128.23°BT 128.25°BT
PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
PADA MUSIM BARAT JANUARI
Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007
LEGENDA
Teluk Ambon Dalam
P. Ambon
Desa Jalan
Sungai Dermaga
Suar
1
Posisi Stasiun
Arus Periode Pasang Arus Periode Surut
Arus Angin Utara - Barat Laut Front Oseanik
Mangrove Pasir
Pemukiman Hutan Sekunder
0.0 0.5
1.0 1.5
Kilometer
Pasir Berlumpur
-45 -40
-35 -30
-25 -20
-15 -10
-5 -3
-1
Kedalaman Laut m
97
NANIA NEGERILAMA
LATERI
PASSO LATTA
HALONG
WAIHERU HUNUT
BATUKONENG RUMAHT
POKA GALALA
PASSO
1 2
3 4
5
6 7
8 9
10 11
-3 .6
6 °L
S
-3 .6
4 °L
S
-3 .6
2 °L
S
128.19°BT 128.21°BT
128.23°BT 128.25°BT
PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
PADA MUSIM PANCAROBA 1 MARET
Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007
LEGENDA
P. Ambon
Desa Jalan
Sungai Dermaga
Suar
1
Posisi Stasiun
Arus Periode Pasang Arus Periode Surut
Arus Angin Selatan Daya Front Oseanik
Mangrove Pasir
Pemukiman Hutan Sekunder
0.0 0.5
1.0 1.5
Kilometer
Pasir Berlumpur
Teluk Ambon Dalam
-45 -40
-35 -30
-25 -20
-15 -10
-5 -3
-1
Kedalaman Laut m
Tabel 13 Kondisi hidrologi perairan Teluk Dalam Ambon tahun 1974 – 1975
Bulan Suhu air
o
C Salinitas
PSU Oksigen terlarut
mg l
Mei 1974 28,59
32,53 4,18
Juni 27,49
31,15 3,84
Juli 26,26
29,24 4,44
Agustus 26,58
29,94 4,26
September 27,90
32,87 4,34
Oktober 28,79
33,08 3,14
November 30,72
32,04 3,22
Desember 30,74
33,09 3,68
Januari 1975 29,40
32,84 5,96
Februari 28,32
33,59 3,30
Maret 29,17
32,71 4,08
April 29,98
31,79 4,18
Sumber : P3O LIPI- Ambon
Kisaran suhu untuk organisme laut seperti karang yaitu 20-30
o
C, mangrove yaitu 28-32
o
C dan lamun yaitu 28-30
o
C Kepmen LH.No.51.2004. Dengan demikian kisaran suhu hasil penelitian masih berada dalam kisaran yang
ditolelir oleh organisme laut. Berdasarkan para ahli kisaran nilai ini menunjukkan karakteristik
perairan teluk yang semi tertutup, dimana pengaruh sungai sangat dominan. Musim dengan nilai suhu terendah diperoleh pada musim timur padahal diketahui
curah hujan tertinggi berada pada musim barat. Nilai standart deviasi suhu yang didapat mengekspresikan simpangan yang kecil, kemungkinan kondisi perawanan
pada saat sampling menyebabkan penetrasi cahaya matahari terhalang, dengan demikian proses pemanasan massa air permukaan juga terhambat, sehingga nilai
suhu yang didapat hampir seragam pada setiap stasion. Sebaran suhu tiap stasion dan tiap musim juga dapat dilihat pada
Gambar 17, 18, 19 dan 20, dimana variabilitas suhu untuk musim timur, barat dan pancaroba I lebih kecil dibandingkan di musim pancaroba II. Secara keseluruhan
nilai suhu suatu perairan dipengaruhi oleh curah hujan, lama penyinaran matahari,
kecepatan angin dan suhu udara.
Ket: sd rata-rata semua stasion=0,58 sd rata-rata semua musim= 2,17
Gambar 16 Suhu rata-rata tiap stasion dan tiap musim di TAD
4.1.3
Kecerahan
Partikel tersuspensi sangat berpengaruh terhadap kecerahan serta warna air. Kecerahan juga berhubungan dengan produktivitas perairan. Umumnya
kecerahan yang rendah berkorelasi erat dengan tingginya produktivitas perairan. Penetrasi cahaya tidak dapat lebih jauh ke dalam kolom air karena
tingginya konsentrasi materi-materi tersuspensi. Perairan yang kaya nutrien biasanya memacu pertumbuhan algae, blooming fitoplankton akan menghambat
penetrasi cahaya ke dalam perairan. Hal ini akan mengganggu kehidupan organisme lain dalam perairan. Selain itu tingginya materi-materi tersuspensi
dalam kolom air sangat tergantung pada derasnya hujan sehingga terjadi erosi yang membawa materi-materi tersebut ke perairan laut. Disamping buangan-
buangan rumah tangga yang tidak terkendalikan juga memberi sumbangan terhadap rendahnya jarak pandang atau kedalaman secchi disk.
Kecerahan atau kedalaman visibility perairan teluk Ambon menurut Wenno 1989, bervariasi dari nilai minimum 0,7 m TAD sampai nilai
maksimum 32 m TAL. Rendahnya nilai kecerahan di perairan TAD ada kaitannya dengan tingginya curah hujan dan luapan sungai Guru-Guru serta
beberapa anak sungai yang berdekatan. Variasi nilai kecerahan di teluk Ambon TA sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Nilai kecerahan minimum terjadi
pada musim timur pada bulan Agustus. Sedangkan tingkat kekeruhan turbidity perairan TAD mengalami
perubahan secara eksponensial sejalan dengan perubahan kedalaman Wenno 1989. Penyebab kekeruhan di TAD didominasi oleh butiran partikel renik yang
Suhu Rata-rata tiap Stasion di Perairan TAD
28.2328.28 27.70
28.2328.0828.3028.23 28.33
29.40 29.73
28.50
26.50 27.00
27.50 28.00
28.50 29.00
29.50 30.00
ST 1
ST 2
ST 3
ST 4
ST 5
ST 6
ST 7
ST 8
ST 9
ST 10
ST 11
Stasion
S u
h u
R a
ta -r
a ta
o C
Suhu Rata-rata tiap Musim di Perairan TAD
26.00 27.27
30.58 29.95
23.00 24.00
25.00 26.00
27.00 28.00
29.00 30.00
31.00
M.T imur Agust06
M.Pancaroba IIOkt06
M.Barat Jan07
M.Pancaroba IMaret07
Musim
S u
h u
R a
ta -r
a ta
o C
Gbr Ini belum diganti
berasal dari aliran sungai pada musim timur dengan curah hujan tinggi dan erosi tanah dari daerah pertanian maupun lokasi pemukiman. Hasil penelitian Pemkot
Ambon dan Unpatti 2002, mendapatkan nilai kekeruhan pada kedalaman 10 m berkisar dari 0,38–1,0 FTU dan pada kedalaman 30–40 m mencapai 1,0 FTU.
Kondisi ini menjelaskan bahwa semakin ke dasar nilai kekeruhan semakin tinggi, karena material sedimen umumnya didominasi oleh partikel lumpur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kecerahan tiap stasion di perairan TAD berkisar antara 5,8–8,9 m Tabel 14, sedangkan rata-rata
kecerahan tiap musim berkisar antara 4,9–8,6 m Tabel 15. Dengan melihat kedalaman maksimum TAD yaitu 30–40m, tentunya nilai kecerahan yang didapat
sangat rendah. Hal ini berhubungan dengan berbagai aktivitas baik yang dilakukan di darat maupun di laut sendiri. Stasion-stasion dengan tingkat kecerahan rendah
ditemukan pada stasion 1 depan sungai Waeruhu Galala, stasion 5 depan sungai Waerekan Lateri, dan stasion 10 antara Bt.Koneng dan PLTD-Poka. Aktivitas
di daerah sepanjang aliran sungai Waeruhu Galala menjadi sangat menonjol ditambahkan dengan sedimentasi yang sudah sangat menjorok ke arah laut,
demikian juga kebiasaan membuang sampah di perairan sungai ini.
Tabel 14 Kecerahan rata-rata tiap stasion di perairan TAD
Stasiun Kedalaman secchi disk m
ST1 5,9
ST2 8,9
ST3 8,3
ST4 6,1
ST5 5,8
ST6 7,8
ST7 6,6
ST8 6,3
ST9 8,5
ST10 5,9
ST11 7,3
Selain itu rendahnya nilai kecerahan perairan di depan sungai Waerekan Lateri, kemungkinan akibat aktivitas penambangan pasir sepanjang sungai. Hal ini
dapat dilihat dengan adanya sedimentasi pada bagian muara sungai. Selain itu debit sedimen yang dihasilkan dari sungai Waerekan juga relatif tinggi.
Aktivitas pembuangan sampah di sekitar daerah ini, khusus pada komunitas mangrove yang berada di perairan pantainya, juga turut mempengaruhi
nilai kecerahan perairan sekitarnya.Selanjutnya kecerahan rata-rata tiap musim menunjukkan bahwa walaupun curah hujan tertinggi terjadi pada musim barat
yang ditunjukkan dengan kecerahan yang rendah dibanding musim lainnya, akan tetapi pada musin timur justru kecerahan merupakan yang terendah. Hal ini
kemungkinan berhubungan dengan diameter butiran air hujan pada saat sampling, terjadi hujan lebat sehari sebelum sampling serta lamanya waktu hujan.
Tabel 15 Kecerahan rata-rata tiap musim di perairan TAD
Musim Kedalaman secchi dish m
M.Timur Agustus06 4,9
M.Pancaroba II Oktober06 8,0
M.Barat Januari07 6,5
M.Pancaroba I Maret07 8,6