Suhu Kondisi Fisik Perairan Laut dan Permasalahannya

94 NANIA NEGERILAMA LATERI PASSO LATTA HALONG WAIHERU HUNUT BATUKONENG RUMAHT POKA GALALA PASSO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 -3 .6 6 °L S -3 .6 4 °L S -3 .6 2 °L S 128.19°BT 128.21°BT 128.23°BT 128.25°BT PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PADA MUSIM TIMUR JULI Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007 LEGENDA P. Ambon Desa Jalan Sungai Dermaga Suar 1 Posisi Stasiun Arus Periode Pasang Arus Periode Surut Arus Angin Timur Tenggara Front Oseanik Mangrove Pasir Pemukiman Hutan Sekunder 0.0 0.5 1.0 1.5 Kilometer Pasir Berlumpur Teluk Ambon Dalam -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 -3 -1 Kedalaman Laut m 95 NANIA NEGERILAMA LATERI PASSO LATTA HALONG WAIHERU HUNUT BATUKONENG RUMAHT POKA GALALA PASSO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 -3 .6 6 °L S -3 .6 4 °L S -3 .6 2 °L S 128.19°BT 128.21°BT 128.23°BT 128.25°BT PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PADA MUSIM PERALIHAN 2 NOVEMBER Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007 LEGENDA P. Ambon Desa Jalan Sungai Dermaga Suar 1 Posisi Stasiun Arus Periode Pasang Arus Periode Surut Arus Angin Selatan Daya Front Oseanik Mangrove Pasir Pemukiman Hutan Sekunder 0.0 0.5 1.0 1.5 Kilometer Pasir Berlumpur Teluk Ambon Dalam -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 -3 -1 Kedalaman Laut m 96 NANIA NEGERILAMA LATERI PASSO LATTA HALONG WAIHERU HUNUT BATUKONENG RUMAHT POKA GALALA PASSO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 -3 .6 6 °L S -3 .6 4 °L S -3 .6 2 °L S 128.19°BT 128.21°BT 128.23°BT 128.25°BT PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PADA MUSIM BARAT JANUARI Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007 LEGENDA Teluk Ambon Dalam P. Ambon Desa Jalan Sungai Dermaga Suar 1 Posisi Stasiun Arus Periode Pasang Arus Periode Surut Arus Angin Utara - Barat Laut Front Oseanik Mangrove Pasir Pemukiman Hutan Sekunder 0.0 0.5 1.0 1.5 Kilometer Pasir Berlumpur -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 -3 -1 Kedalaman Laut m 97 NANIA NEGERILAMA LATERI PASSO LATTA HALONG WAIHERU HUNUT BATUKONENG RUMAHT POKA GALALA PASSO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 -3 .6 6 °L S -3 .6 4 °L S -3 .6 2 °L S 128.19°BT 128.21°BT 128.23°BT 128.25°BT PETA POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PADA MUSIM PANCAROBA 1 MARET Sumber : Citra Ikonos Kota Ambon, Landsat 7 ETM+ Lapangan 2006-2007 LEGENDA P. Ambon Desa Jalan Sungai Dermaga Suar 1 Posisi Stasiun Arus Periode Pasang Arus Periode Surut Arus Angin Selatan Daya Front Oseanik Mangrove Pasir Pemukiman Hutan Sekunder 0.0 0.5 1.0 1.5 Kilometer Pasir Berlumpur Teluk Ambon Dalam -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 -3 -1 Kedalaman Laut m Tabel 13 Kondisi hidrologi perairan Teluk Dalam Ambon tahun 1974 – 1975 Bulan Suhu air o C Salinitas PSU Oksigen terlarut mg l Mei 1974 28,59 32,53 4,18 Juni 27,49 31,15 3,84 Juli 26,26 29,24 4,44 Agustus 26,58 29,94 4,26 September 27,90 32,87 4,34 Oktober 28,79 33,08 3,14 November 30,72 32,04 3,22 Desember 30,74 33,09 3,68 Januari 1975 29,40 32,84 5,96 Februari 28,32 33,59 3,30 Maret 29,17 32,71 4,08 April 29,98 31,79 4,18 Sumber : P3O LIPI- Ambon Kisaran suhu untuk organisme laut seperti karang yaitu 20-30 o C, mangrove yaitu 28-32 o C dan lamun yaitu 28-30 o C Kepmen LH.No.51.2004. Dengan demikian kisaran suhu hasil penelitian masih berada dalam kisaran yang ditolelir oleh organisme laut. Berdasarkan para ahli kisaran nilai ini menunjukkan karakteristik perairan teluk yang semi tertutup, dimana pengaruh sungai sangat dominan. Musim dengan nilai suhu terendah diperoleh pada musim timur padahal diketahui curah hujan tertinggi berada pada musim barat. Nilai standart deviasi suhu yang didapat mengekspresikan simpangan yang kecil, kemungkinan kondisi perawanan pada saat sampling menyebabkan penetrasi cahaya matahari terhalang, dengan demikian proses pemanasan massa air permukaan juga terhambat, sehingga nilai suhu yang didapat hampir seragam pada setiap stasion. Sebaran suhu tiap stasion dan tiap musim juga dapat dilihat pada Gambar 17, 18, 19 dan 20, dimana variabilitas suhu untuk musim timur, barat dan pancaroba I lebih kecil dibandingkan di musim pancaroba II. Secara keseluruhan nilai suhu suatu perairan dipengaruhi oleh curah hujan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin dan suhu udara. Ket: sd rata-rata semua stasion=0,58 sd rata-rata semua musim= 2,17 Gambar 16 Suhu rata-rata tiap stasion dan tiap musim di TAD 4.1.3 Kecerahan Partikel tersuspensi sangat berpengaruh terhadap kecerahan serta warna air. Kecerahan juga berhubungan dengan produktivitas perairan. Umumnya kecerahan yang rendah berkorelasi erat dengan tingginya produktivitas perairan. Penetrasi cahaya tidak dapat lebih jauh ke dalam kolom air karena tingginya konsentrasi materi-materi tersuspensi. Perairan yang kaya nutrien biasanya memacu pertumbuhan algae, blooming fitoplankton akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam perairan. Hal ini akan mengganggu kehidupan organisme lain dalam perairan. Selain itu tingginya materi-materi tersuspensi dalam kolom air sangat tergantung pada derasnya hujan sehingga terjadi erosi yang membawa materi-materi tersebut ke perairan laut. Disamping buangan- buangan rumah tangga yang tidak terkendalikan juga memberi sumbangan terhadap rendahnya jarak pandang atau kedalaman secchi disk. Kecerahan atau kedalaman visibility perairan teluk Ambon menurut Wenno 1989, bervariasi dari nilai minimum 0,7 m TAD sampai nilai maksimum 32 m TAL. Rendahnya nilai kecerahan di perairan TAD ada kaitannya dengan tingginya curah hujan dan luapan sungai Guru-Guru serta beberapa anak sungai yang berdekatan. Variasi nilai kecerahan di teluk Ambon TA sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Nilai kecerahan minimum terjadi pada musim timur pada bulan Agustus. Sedangkan tingkat kekeruhan turbidity perairan TAD mengalami perubahan secara eksponensial sejalan dengan perubahan kedalaman Wenno 1989. Penyebab kekeruhan di TAD didominasi oleh butiran partikel renik yang Suhu Rata-rata tiap Stasion di Perairan TAD 28.2328.28 27.70 28.2328.0828.3028.23 28.33 29.40 29.73 28.50 26.50 27.00 27.50 28.00 28.50 29.00 29.50 30.00 ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10 ST 11 Stasion S u h u R a ta -r a ta o C Suhu Rata-rata tiap Musim di Perairan TAD 26.00 27.27 30.58 29.95 23.00 24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 M.T imur Agust06 M.Pancaroba IIOkt06 M.Barat Jan07 M.Pancaroba IMaret07 Musim S u h u R a ta -r a ta o C Gbr Ini belum diganti berasal dari aliran sungai pada musim timur dengan curah hujan tinggi dan erosi tanah dari daerah pertanian maupun lokasi pemukiman. Hasil penelitian Pemkot Ambon dan Unpatti 2002, mendapatkan nilai kekeruhan pada kedalaman 10 m berkisar dari 0,38–1,0 FTU dan pada kedalaman 30–40 m mencapai 1,0 FTU. Kondisi ini menjelaskan bahwa semakin ke dasar nilai kekeruhan semakin tinggi, karena material sedimen umumnya didominasi oleh partikel lumpur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kecerahan tiap stasion di perairan TAD berkisar antara 5,8–8,9 m Tabel 14, sedangkan rata-rata kecerahan tiap musim berkisar antara 4,9–8,6 m Tabel 15. Dengan melihat kedalaman maksimum TAD yaitu 30–40m, tentunya nilai kecerahan yang didapat sangat rendah. Hal ini berhubungan dengan berbagai aktivitas baik yang dilakukan di darat maupun di laut sendiri. Stasion-stasion dengan tingkat kecerahan rendah ditemukan pada stasion 1 depan sungai Waeruhu Galala, stasion 5 depan sungai Waerekan Lateri, dan stasion 10 antara Bt.Koneng dan PLTD-Poka. Aktivitas di daerah sepanjang aliran sungai Waeruhu Galala menjadi sangat menonjol ditambahkan dengan sedimentasi yang sudah sangat menjorok ke arah laut, demikian juga kebiasaan membuang sampah di perairan sungai ini. Tabel 14 Kecerahan rata-rata tiap stasion di perairan TAD Stasiun Kedalaman secchi disk m ST1 5,9 ST2 8,9 ST3 8,3 ST4 6,1 ST5 5,8 ST6 7,8 ST7 6,6 ST8 6,3 ST9 8,5 ST10 5,9 ST11 7,3 Selain itu rendahnya nilai kecerahan perairan di depan sungai Waerekan Lateri, kemungkinan akibat aktivitas penambangan pasir sepanjang sungai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sedimentasi pada bagian muara sungai. Selain itu debit sedimen yang dihasilkan dari sungai Waerekan juga relatif tinggi. Aktivitas pembuangan sampah di sekitar daerah ini, khusus pada komunitas mangrove yang berada di perairan pantainya, juga turut mempengaruhi nilai kecerahan perairan sekitarnya.Selanjutnya kecerahan rata-rata tiap musim menunjukkan bahwa walaupun curah hujan tertinggi terjadi pada musim barat yang ditunjukkan dengan kecerahan yang rendah dibanding musim lainnya, akan tetapi pada musin timur justru kecerahan merupakan yang terendah. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan diameter butiran air hujan pada saat sampling, terjadi hujan lebat sehari sebelum sampling serta lamanya waktu hujan. Tabel 15 Kecerahan rata-rata tiap musim di perairan TAD Musim Kedalaman secchi dish m M.Timur Agustus06 4,9 M.Pancaroba II Oktober06 8,0 M.Barat Januari07 6,5 M.Pancaroba I Maret07 8,6

4.1.4 Total Suspended Solid TSS

Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi diameter1µm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter 0,45 µm. Total Suspended Solid terdiri dari lumpur, pasir halus, jazat- jazat renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah erosi yang terbawa ke dalam badan air. Padatan tersuspensi dalam air terdiri atas jaringan hidup dan mati fitoplankton dan zooplankton, lumpur, kotoran manusia dan hewan, tanaman dan hewan yang membusuk, serta buangan limbah industri. Kenaikan tiba-tiba TSS dapat berarti erosi tanah akibat hujan deras. Selain itu diperkirakan waktu hujan deras ada buangan dari tempat pertanian, pemanfaatan lahan atas untuk pembangunan jaringan jalan dan pemukiman juga akan meningkatkan partikel dalam kolom air. Pemandangan terjadinya transport material padat dari lahan darat akibat pembangunan yang menghasilkan perubahan warna air perairan dapat terlihat pada Gambar 21. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Sebaran spasial TSS pada musim timur terlihat terkonsentrasi pada perairan Negeri Lama, Nania dan Waeheru. Musim pancaroba II memperlihatkan sebaran TSS menyebar merata hampir diseluruh perairan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Musim barat TSS juga menyebar merata di seluruh perairan kecuali pada perairan Negeri Lama, Nania, Passo dan Poka- Galala memiliki konsentrasi lebih tinggi. Sedangkan musim pancaroba I sebaran spasial TSS juga merata hampir diseluruh perairan kecuali pada daerah Passo,Negeri Lama, Nania dan Galala-Poka konsentrasi TSS lebih tinggi. Secara keseluruhan sebaran nilai TSS dalam perairan TAD relatif sama di seluruh stasiun pengamatan Gambar 22, 23, 24 dan 25. Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara http:www.redaksidamandiri 2003: 1 Menghalangi dan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga menghambat fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen ke dalam kolom air. 2 Secara langsung TSS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring insang. Menurut Arisandi 2001, padatan tersuspensi yang tinggi akan menimbulkan kekeruhan yang mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut dalam kolom air, yang selanjutnya mengganggu suplai oksigen bagi organisma air, seperti nekton biota yang hidup di kolom air dan bergerak secara aktif seperti ikan. Gambar 21 Dampak kegiatan pembangunan di lahan darat keperubahan warna perairan laut.

4.1.5 Analisis Tekstur Sedimen

Analisis parameter fisik yang diteliti dalam rangka melihat secara umum kondisi substrat pada perairan pantai TAD adalah dengan pendekatan analisis tekstur sedimen. Analisis ini selain dapat memberi gambaran pengaruh kondisi oseanografi pola arus, ombak, tetapi juga menggambarkan kondisi organisme yang hidup berdasarkan tipe substrat perairan. Hasil penelitian menunjukkan, persentase rata-rata diameter ukuran butiran sedimen tertinggi di perairan TAD tersebar pada semua perairan pantai dan umumnya didominasi oleh diameter ukuran 0,250 mm diikuti diameter 4,00 mm Gambar 26, sedangkan persentase diameter terkecil yaitu pada ukuran 0,038 mm. Perairan pantai Poka 33,2 , Waeheru 31,3 , Nania 31,2 , Negeri Lama 29,3 , Passo 34,9 , Lateri 26,1 , Latta 22,1 , Halong 31,2 , dan Galala 25,1 , adalah perairan-perairan pantai dengan dominasi diameter ukuran 0,250 mm Gambar 27. Dari gambaran sebaran diameter butiran sedimen tiap lokasi, maka terlihat sebaran ukuran sedimen dengan diameter kecil relatif lebih dominan dibanding diameter besar. Hal ini menjelaskan kondisi perairan pantai TAD adalah termasuk pantai bersubstrat lunak. Nybakken 1992 menjelaskan bahwa pantai yang bersubstrat lunak lumpur dan pasir, cenderung memiliki keanekaragaman jenis fauna bentos yang kecilsedikit, dibandingkan dengan pantai yang bersubstrat keras batu dan karang. Akan tetapi perairan bersubstrat lunak dapat berperan di dalam meredam pukulan ombak serta dapat menjadi habitat yang baik bagi pertumbuhan mangrove dan lamun. Selain itu perairan dengan tipe substrat seperti ini sering digambarkan sebagai perairan dengan materi organik yang kaya. Variasi ukuran sedimen tentunya terbentuk karena pola kecepatan arus di dalam Teluk Ambon Dalam, yang relatif melemah masuk dari Teluk Ambon Luar dengan kecepatan 0,5 mdetik. Dalam kaitan dengan penelitian ini maka, kondisi arus lemah dengan tipe substrat yang demikian berpotensi untuk mengakumulasi semua bahan-bahan pencemar yang masuk di perairan pantai TAD. Gambar 26 Persentase diameter ukuran butiran sedimen di perairan pantai

4.2 Kondisi Kimia Perairan Laut dan Permasalahannya

4.2.1 pH

Banyak bahan buangan, khususnya yang tidak diolah, sangat asam atau alkalin sifatnya. Semua perairan alami mempunyai kapasitas buffering, yang mampu mengabsorb asam atau input-input alkalin tanpa mengalami perubahan nilai pH. Kapasitas buffer tersebut biasanya diekspresikan dalam bentuk asam kemampuan untuk menetralisir alkalis dan alkalinitas kemampuan untuk menetralisir asam-asam dari air, serta dideterminasi dengan indikator yang sesuai. Kapasitas buffer dari air melebihi input buangan, pH air akan berubah. Ditambahkan juga, rupanya perubahan kecil saja pada nilai pH dapat mengakibatkan pengaruh besar terhadap toksisitas dari polutan seperti ammonia, sehingga pengaruhnya ke tingkat pencemarannya dapat berubah, tergantung nilai pH. Pada pH tinggi ammonia lebih toksik. Alasannya adalah ammonia yang tidak terionisasi mempunyai toksisitas yang tinggi sedangkan ion ammonium mempunyai toksisitas yang rendah dan proporsi ammonia yang tidak terionisasi dalam larutan meningkat cepat dengan pH; dengan demikian toksisitas ammonia sekitar 10x tingginya pada pH 8 dibanding pada pH 7. Akan tetapi walaupun nilai Distribusi Persentase Rata-Rata Butiran Sedimen Perairan TAD 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 G ala la H al on g L atta L at er i Pa ss o N eg er i L am a H un ut N an ia W ai he ru K at e- K at e A ir G uru -G uru B at u K on en g Po ka Stasion P r e s e nt a s e U kur a n B ut ir a n Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Gambar 27 Sebaran persentase rata-rata diameter ukuran sedimen di tiap perairan pantai di TAD Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Poka 12.6, 13 5.0, 5 6.7, 7 19.3, 19 33.2, 33 10.4, 10 8.7, 9 3.4, 3 0.8, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Batu Kone ng 40.2, 39 11.9, 12 9.6, 10 13.0, 13 13.3, 13 4.9, 5 4.7, 5 1.9, 2 0.5, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse n tase Rata-Rata Di ame te r Bu ti ran S e di me n Pe rai ran pan tai Ai r Gu ru - Gu ru 31.0, 32 11.2, 11 10.2, 10 13.4, 13 9.4, 19 6.1, 6 5.8, 6 2.3, 2 0.5, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Kate -Kate 26.3, 26 11.2, 11 9.0, 9 15.1, 15 21.1, 21 7.6, 8 6.5, 7 2.4, 2 0.8, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse n tase Rata-Rata Di am e te r Bu ti ran S e di m e n Pe rai ran pan tai W ai h e ru 20.4, 20 6.7, 7 6.0, 6 18.4, 18 31.3, 32 8.0, 8 6.0, 6 2.8, 3 0.4, 0 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse n tase Rata-Rata Di ame te r Bu ti ran S e di me n Pe rai ran pan tai Ne ge ri Lama 20.2, 20 7.4, 7 5.8, 6 13.9, 14 29.3, 29 10.3, 10 9.5, 10 2.6, 3 0.9, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Late ri 11.5, 12 6.9, 7 10.9, 11 16.3, 16 26.1, 25 12.6, 13 11.9, 12 2.9, 3 0.8, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse n tase Rata-Rata Di ame te r Bu ti ran S e di me n Pe rai ran pan tai Latta 16.4, 16 7.1, 7 7.9, 8 13.1, 13 22.1, 22 15.0, 15 13.9, 14 3.8, 4 0.8, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse ntase Rata-Rata Diame te r Butiran Se dime n Pe rairan pantai Halong 10.1, 10 6.8, 7 9.6, 10 19.4, 19 31.2, 31 11.4, 11 8.8, 9 2.1, 2 0.6, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse ntase Rata-Rata Diame te r Butiran Se dime n Pe rairan pantai Galala 15.4, 15 6.8, 7 8.5, 8 14.2, 14 25.1, 26 18.5, 18 8.7, 9 2.1, 2 0.7, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038 Pe rse ntase Rata-Rata Diame te r Butiran Se dime n Pe rairan pantai Galala 15.4, 15 6.8, 7 8.5, 8 14.2, 14 25.1, 26 18.5, 18 8.7, 9 2.1, 2 0.7, 1 Φ mm 4.000 Φ mm 2.000 Φ mm1.000 Φ mm 0.425 Φ mm 0.250 Φ mm 0.125 Φ mm 0.063 Φ mm 0.038 Φ mm 0.038