Selain itu pendekatan lain untuk melihat seberapa cepat kemungkinan partikel-partikel sedimen yang masuk ke laut itu menyebar, dapat dijelaskan
dengan hasil perhitungan Flushing Time Waktu Dirus. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa makin kecil nilai Flushing Time maka semakin cepat
muatan partikel halus akan di bawah ke tempat lain. Faktor lain yang cukup berpengaruh juga adalah karakteristik sungai. Diketahui bahwa secara umum
sungai-sungai yang bermuara di TAD merupakan sungai-sungai kecil, sehingga volume air yang masuk ke laut dengan cepat dapat terbilas, khususnya untuk
sedimen melayang akan mudah berpindah ke tempat lain, sedangkan sedimen partikel besar secara gravitasi akan tenggelam dan mengendap di dasar perairan.
6.4.4 Pengaruh Flushing Time waktu dirus terhadap Kapasitas Asimilasi
Diketahui bahwa flushing time merupakan pendekatan yang dipakai untuk melihat berapa besar waktu yang diperlukan untuk massa air tawar dibilas oleh
massa air laut. Nilai ini juga dapat memberi petunjuk bagaimana bahan atau zat- zat yang masuk dari sungai itu dapat dengan cepat terbilas dan terbawa menjauh
dari sumbernya. Dalam hubungannya dengan kemampuan suatu ekosistem untuk menerima limbah, maka nilai flushing time ini juga sangat mempengaruhi. Makin
kecil waktu dirus flushing time, maka makin cepat juga bahan atau zat pencemar masuk ke perairan, dengan demikian kapasitas asimilasi suatu perairan juga makin
besar. Selain itu kemungkinan terakumulasi suatu bahan pencemar dalam kolom
air juga akan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kegiatan di perairan ini. Oleh karena itu makin besarnya kemampuan teluk untuk mengasimilasi
bahan-bahan pencemar yang masuk tidak berarti memberi kesempatan untuk siapa saja untuk menambah jumlah bahan pencemar yang masuk. Akan tetapi justru
informasi ini memberi masukan bagi pengembangan wilayah perairan teluk dengan usaha-usaha yang ramah lingkungan atau usaha dengan sistem
pengelolaan limbah yang tepat, sehingga beban masukan dapat dikendalikan dan tidak melebihi kapasitas asimilasinya.
6.5 Penentuan Status Pencemaran
6.5.1 Metode Indeks Storet
Pendekatan metode indeks storet, neraca massa dan index pencemaran digunakan untuk menganalisis status pencemaran yang sebenarnya telah terjadi
diteluk Ambon. Nilai maksimum, minimum dan rata-rata yang dipergunakan
merupakan hasil tabulasi dari nilai rata-rata semua stasiun dari tiap musim. Kemudian setelah diskorkan, dijumlahkan untuk menentukan status berdasarkan
ketentuan yang disebutkan sebelumnya. Pada kasus teluk Ambon di pakai
pendekatan parameter air yang terukur di laut. Selanjutnya hasil analisis terhadap
parameter air di perairan laut seperti pada Tabel 46, menunjukkan bahwa berdasarkan skor yang didapatkan jumlah skor nilai adalah sebesar -106. Hal ini
berarti kualitas air di perairan TAD sudah termasuk kelas D, dengan kategori buruk atau telah tercemar berat, karena skornya telah lebih besar dari -31.
Tabel 46 Status mutu kualitas air menurut sistem nilai Storet di perairan laut untuk biota laut.
No. Parameter
Satuan Baku
Mutu Hasil
Maksimum Pengukuran
Minimum Rata - Rata
Total Skor
FISIKA
1 Suhu air
°C 28-30
32,000 25,000
28,450 -2
2 TSS
mgl 20-80
0,040 0,010
0,026 3
Kecerahan m
5 10,000
4,000 7,011
-8
KIMIA
1 pH
7-8,5 8,519
7,400 8,146
2 Salinitas
PSU 33 - 34
36,000 25,000
33,432 -4
3 DO
mgl 5
9,200 3,410
7,100 -4
4 BOD
mgl 20
5,669 0,428
2,238 -20
5 COD
mgl 92,000
8,000 38,988
6 PO4
mgl 0,015
0,266 -0,008
0,04 -16
7 NO3
mgl 0,008
0,273 0,045
0,110 -20
8 TOM
mgl 24,648
0,000 8,288
9 Minyak Lemak
mgl 1
227,500 0,100
18,489 -16
10 pAH
mgl 0,003
0,035 0,002
0,033 -16
jumlah -106
Berdasarkan representasi masing-masing parameter seperti yang disebutkan di bawah ini, menunjukkan perairan TAD tidak dapat ditolelir lagi
oleh biota laut atau perairan ini ada dalam status berbahaya. Dengan kondisi yang demikian maka, kegiatan perikanan dan budidaya yang sering dilakukan pada