tersebut menghambat fungsi zooxantellae yang selanjutnya menghambat pertumbuhan karang. Kekeruhan ini juga akan menghambat difusi oksigen ke
polip karang, hal ini tentunya akan mematikan organisma karang. Terumbu karang yang hidup berdekatan dengan muara sungai yang mengalami banjir, juga
akan mati karena sedimentasi maupun penurunan salinitas.
6.4.2 Flushing Time waktu dirus
Volume laut yang besar menjadikannya sebagai tempat pembuangan material-material yang tidak diinginkan. Demikian juga dengan daerah estuari
selalu dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah, khususnya untuk limbah cair. Oleh karena itu sejak perkembangan penduduk serta industri yang
kian marak hal ini menjadi masalah serius. Introduksi metode produksi industri baru menambah daftar potensial bahan buangan berbahaya dan daerah estuari
sebagai areal dumping. Oleh karena itu pengelolaan kesehatan ekosistem estuari sangat diperlukan. Salah satu pendekatan untuk mengelola estuari adalah konsep
flushing time Tomezak 2000. Dijelaskan bahwa konsep flushing time digunakan untuk mengevaluasi
dimana, bagaimana dan berapa kuantitas substansi yang dapat terbuang ke laut lepas. Ditambahkan, pengetahuan tentang flushing time dapat menyediakan
beberapa petunjuk bagaimana menangani kecelakaan tumpahan minyak atau bahan toksik serta merancang prosedur untuk kondisi berbahaya. Flushing time
atau waktu dirus adalah waktu pembilasan dari massa air tawar oleh air laut, merupakan salah satu aspek dari proses percampuran yang penting untuk
mengetahui penyebaran dari suatu bahan yang dibuang atau ditimbun di perairan pantai. Dengan asumsi bahwa laju air tawar yang di dirus sama dengan limpasan
sungai, maka untuk kasus tertentu, seperti perairan teluk atau perairan semi tertutup lainnya, perairan tersebut dapat dianggap sebagai baskom yang
sederhana, dimana pada bagian hulunya limpasan air tawar dari sungai yang masuk, sedangkan pada bagian hilirnya terjadi aliran dua lapis yaitu massa air dari
perairan teluk mengalir ke laut lepas di lapisan permukaan dan massa air laut mengalir masuk ke teluk di lapisan bawah permukaan Dahuri 1996.
Berdasarkan hasil analisis, nilai flushing time total dari ke empat sungai yang ada di teluk adalah 1,02 jam, sedangkan rata-ratanya adalah 0,25 jam Tabel
45. Dengan demikian dalam waktu ¼ jam massa air laut dapat membilas massa air tawar dari sungai-sungai tersebut. Demikian halnya dengan nilai flushing time
sungai Air Besar Halong sangat kecil 0,03 jam dibanding sungai-sungai lainnya, diikuti sungai Waeheru 0,11 jam. Dengan waktu dirus atau bilas yang kecil
tersebut, maka penyebaran bahan-bahan buangan yang berasal dari setiap muara sungai ke laut akan cepat sekali. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran nilai
tertinggi maupun terendah parameter yang diukur ternyata menyebar pada beberapa tempat yang berbeda-beda.
Tabel 45 Perhitungan flushing time menggunakan pendekatan Dahuri et al.1996
Stasion t2
t2 t2
VS2-S1S2R VS2-S1S2R
VS2-S1S2R detik
jam jam
S.Air Bsr Halong 10,861
0,03017 0,03
S.Waerekan 85,119
0,23644 0,24
S.Waetonahitu 229,108
0,63641 0,64
S.Waeheru 40,705
0,11307 0,11
Total FT 365,794
1,01609 1,02
Rerata 91,448
0,25402 0,25
Keterangan : S2 = rerata salinitas air laut tiap musim, S1 = rerata salinitas air sungai tiap musim,
R atau Q = debit rerata tiap musim untuk tiap sungai, Vm3 = Vol. air DAS dari perkalian luas penampang m2 x kedalaman
segmen DAS m
6.4.3 Pengaruh Flushing Time waktu dirus terhadap Sedimentasi
Penyebaran partikel sedimen yang masuk ke dalam kolom air dipengaruhi oleh faktor oseanografi perairan misalnya kecepatan arus. Makin besar kecepatan
arus dalam teluk akan membantu membawa atau memindahkan partikel sedimen tersebut menjauhi sumber. Partikel-partikel sedimen ini akan tersebar baik secara
horizontal maupun secara vertikal dalam kolom air tergantung pada kecepatan arus yang mengatur proses percampuran massa air. Sebaliknya jika kecepatan
arusnya rendah maka partikel sedimen tersebut cenderung mengendap pada muara-muara sungai atau pada pantai.
Selain itu pendekatan lain untuk melihat seberapa cepat kemungkinan partikel-partikel sedimen yang masuk ke laut itu menyebar, dapat dijelaskan
dengan hasil perhitungan Flushing Time Waktu Dirus. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa makin kecil nilai Flushing Time maka semakin cepat
muatan partikel halus akan di bawah ke tempat lain. Faktor lain yang cukup berpengaruh juga adalah karakteristik sungai. Diketahui bahwa secara umum
sungai-sungai yang bermuara di TAD merupakan sungai-sungai kecil, sehingga volume air yang masuk ke laut dengan cepat dapat terbilas, khususnya untuk
sedimen melayang akan mudah berpindah ke tempat lain, sedangkan sedimen partikel besar secara gravitasi akan tenggelam dan mengendap di dasar perairan.
6.4.4 Pengaruh Flushing Time waktu dirus terhadap Kapasitas Asimilasi
Diketahui bahwa flushing time merupakan pendekatan yang dipakai untuk melihat berapa besar waktu yang diperlukan untuk massa air tawar dibilas oleh
massa air laut. Nilai ini juga dapat memberi petunjuk bagaimana bahan atau zat- zat yang masuk dari sungai itu dapat dengan cepat terbilas dan terbawa menjauh
dari sumbernya. Dalam hubungannya dengan kemampuan suatu ekosistem untuk menerima limbah, maka nilai flushing time ini juga sangat mempengaruhi. Makin
kecil waktu dirus flushing time, maka makin cepat juga bahan atau zat pencemar masuk ke perairan, dengan demikian kapasitas asimilasi suatu perairan juga makin
besar. Selain itu kemungkinan terakumulasi suatu bahan pencemar dalam kolom
air juga akan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kegiatan di perairan ini. Oleh karena itu makin besarnya kemampuan teluk untuk mengasimilasi
bahan-bahan pencemar yang masuk tidak berarti memberi kesempatan untuk siapa saja untuk menambah jumlah bahan pencemar yang masuk. Akan tetapi justru
informasi ini memberi masukan bagi pengembangan wilayah perairan teluk dengan usaha-usaha yang ramah lingkungan atau usaha dengan sistem
pengelolaan limbah yang tepat, sehingga beban masukan dapat dikendalikan dan tidak melebihi kapasitas asimilasinya.