Substansi Teknis Penataan Ruang

faktor penyakit yang dapat mengancam kesehatan masyarakat; rekreasi: sejauh mana keberadaan kawasan lindung dapat digunakan sebagai tempat rekreasi masyarakat; budaya ;estetika; konflik kepentingan; keamanan; aksesibilitas; penelitian dan pendidikan sejauh mana kekayaan karakteristik ekologis dapat digunakan sebagai sumber penelitian dan Iptek; kesadaran publik. ii. Kriteria Ekologis, terdiri atas 8 unsur meliputi: keragaman hayati; kealamian; ketergantungan spesies terhadap lokasi; keterwakilan; keunikan; integritas; produktivitas; kerentanan. iii. Kriteria Ekonomi, terdiri atas 5 unsur meliputi: spesies penting; kepentingan perikanan; bentuk ancaman; manfaat ekonomi dan pariwisata. Mengacu pada pertimbangan kriteria-kriteria ini, maka berdasarkan hasil penelitian bahwa kemungkinan penurunan kualitas lingkungan tidak hanya berdampak terhadap kondisi kualitas air saja akan tetapi juga terhadap ekosistem perairan teluk secara keseluruhan dan kehidupan berbagai komunitas yang berkembang di dalam teluk ini. Keunikan ekosistem terbatas ini membuatnya banyak dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan dan penelitian, rekreasi dan budidaya perikanan. Oleh karena itu, kehadiran beberapa komuditi bernilai ekonomis penting mengharuskan untuk melindungi wilayah ini dari kerusakan yang lebih parah. Prospek pengembangan wilayah teluk adalah untuk usaha-usaha perikanan serta untuk parawisata yaitu dengan memanfaatkan panorama teluk. Kedua hal ini memiliki potensi ekonomi yang dapat menjadi sumber pendapatan daerah maupun masyarakat. Selain itu kemudahan akses ke teluk juga menjadi pertimbangan untuk membuat kawasan lindung di wilayah perairan TAD. Selanjutnya pengusulan wilayah pemanfaatan juga dibuat berdasarkan beberapa kriteria sesuai peruntukannya, antara lain: 1. Kriteria kawasan budidaya perikanan, misalnya keramba jaring apung untuk budidaya kerapu, kakap dan beronang dibuat dengan beberapa pertimbangan meliputi: faktor keamanan, arus pantai dan arus pasang surut, salinitas, suhu, oksigen terlarut, kandungan logam berat dan berbagai bahan pencemaran lain yang berbahaya, arah angin, batimetri, substrat, kecerahan, mudah dijangkau dengan alat transportasi dan akses pasar yang mudah dijangkau. 2. Kriteria kawasan zone penangkapan ikan pelagis didasarkan pada kriteria perencanaan tata ruang untuk kegiatan perikanan tangkap yang mana zone perairan diklasifikasikan atas 3 wilayah yaitu: a Jalur penangkapan Ia 0–3 Mil Laut dan Jalur penangkapan Ib 3–6 Mil Laut; b Jalur penangkapan ikan II : dengan batas 6–12 Mil Laut; c Jalur penangkapan ikan III dengan batas 12 mil laut – ZEE. Perairan TAD memenuhi syarat sebagai jalur penangkapan Ia yang diperuntukan bagi peralatan penangkapan menetap dan peralatan tidak menetap yang tidak dimodifikasi, dengan kapal perikanan tanpa motor dengan panjang 10m. Penentuan zonasi penangkapan ikan pelagis di perairan TAD didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan spasial dan ekologis sebagai berikut : a. Dimensi perairan Teluk b. Konsentrasi zonasi budidaya diperuntukan khusus untuk budidaya ikan sistem KJA didasarkan pada rencana TTR kota Ambon sebelumnya. c. Jalur transportasi dan pelayaran kapal TNI AL, Polair, kapal Riset LIPI, armada Nusantara Fishery, kapal Ferry yang terkonsentrasi di perairan Teluk. d. Letak lokasi terhadap zone budidaya dan jalur pelayaran dan transportasi Poka-Galala, dan terhadap basis pangkalan Pelabuhan TNI AL, Polair, LIPI, Ferry Poka dan Galala. e. Faktor hidrooseanografi TAD kualitas air, arus, gelombang. f. Batimetri dan substrat dasar Berdasarkan kriteria itu, maka zone penangkapan ikan dimaksud adalah zona penangkapan ikan pelagis kecil seperti : ikan umpan Stolephorus sp. dan Sardinella sp., dan kawalinya Selar sp.. Peralatan yang digunakan adalah : pancing tangan, bagan apung, tangguk scope net. 3. Kriteria jalur pelayaran. Kriteria lebar alur pelayaran ditetapkan berdasarkan pertimbangan dimensi lebar kapal dan aktivitas pelabuhan. Lebar alur pelayaran ditetapkan 100-150 m sebagai ruang berlayar masuk dan keluar pelabuhan sebagai area tidak diperbolehkan untuk ditempati peralatan penangkapan menetap bagan, KJA,