Rencana dan Arahan Pengelolaan Kawasan Pariwisata Bahari
Diketahui bahwa setiap kegiatan manusia, seperti pemukiman, industri, peternakan, pertanian dan kegiatan pembangunan lainnya baik dalam skala besar
atau kecil selalu menghasilkan limbah. Dalam konteks pengelolaan pencemaran pesisir dan laut lebih dimaksudkan untuk mengendalikan jenis dan produksi
limbah yang dapat dibuang atau tidak dapat dibuang ke pesisir dan laut. Pandangan ini tidak berarti bahwa laut dapat dijadikan sebagai tempat semua
sampah dari darat, akan tetapi laut juga bukan merupakan daerah yang sama sekali terbebas dari berbagai limbah buangan. Langkah menghentikan berbagai produksi
limbah dapat diartikan sama dengan melarang berbagai kegiatan manusia atau bahkan kegiatan pembangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu pengelolaan
pencemaran pesisir dan laut menjadi hal penting di dalam keberlanjutan berbagai kegiatan pembangunan tersebut, termasuk kegiatan pemanfaatan TAD yang
selama ini sudah dilakukan. Posisi strategis perairan TAD yang semi tertutup tersebut memberikan
peluang untuk dimanfaatkan sebagai pelabuhan pangkalan TNI Angkatan Laut. Posisi TAD yang terlindung, juga memberi peluang dibangunnya beberapa
dermaga di sekitar perairan ini. Gambar 94 menjelaskan berbagai pemanfaatan TAD saat ini antara lain untuk pelabuhan kapal ikan, pelabuhan kapal ferry,
tambatan kapal niaga dan kapal ikan, tambatan kapal rakyat, pelabuhan kapal POLAIR, pelabuhan kapal riset BKPI, Perum Perikani, PLN Poka dan Galala.
Selain itu kehadiran ekosistem produktif memberikan daya tarik tersendiri untuk mengembangkan berbagai usaha perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Perairan TAD juga sejak lama telah digunakan sebagai kawasan penangkapan ikan dan lokasi budidaya dengan keramba jaring apung khususnya untuk ikan
baronang Gambar 94. Oleh karena itu kegiatan atau fasilitas yang sudah ada selama ini di perairan TAD seharusnya dapat memberikan nilai tambah terhadap
prospek pengembangan teluk ke depan. Akan tetapi justru sebaliknya akibat terbukanya peluang pemanfaatan oleh berbagai pihak untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya, maka aspek kesehatan dan kebersihan lingkungan menjadi sebuah slogan atau bahkan wacana saja, tanpa implementasi.
Selanjutnya gambaran umum perairan sungai dan laut TAD Bab IV dan V dan kondisi beban pencemaran di TAD Bab VI, menjelaskan bahwa secara
umum kondisi kualitas lingkungan perairan TAD tercemar ringan sampai berat. Lebih jelas terlihat pada tampilan gambar-gambar luas lokasi yang diduga terkena
pencemaran bahan organik Tabel 55 dengan pendekatan beberapa parameter indikator seperti pada Gambar 95, 96, 97, 98 dan 99. Berdasarkan kriteria-kriteria
kondisi kualitas perairan dengan pendekatan nilai oksigen terlarut, maka luasan area yang tercemar ringan adalah sebesar 185,2 ha atau 1,852 km
2
yaitu pada stasion 9, 10 dan 11, sedangkan area yang tidak tercemar adalah 433,5 ha atau
4,335 km
2
Gambar 95. Pendekatan parameter indikator NO
3
menunjukkan luas area yang tercemar bahan organik di perairan TAD adalah sebesar 618,8 ha atau
6,188 km
2
Gambar 96. Demikian juga dengan pendekatan parameter PO
4
dengan jelas menunjukkan luas area yang tercemar bahan organik dengan indikator PO
4
adalah hanya sebesar 80,41 ha atau 0,8041 km
2
, sedangkan yang tidak tercemar adalah sebesar 538,60 ha atau 5,386 km
2
Gambar 97. Selanjutnya berdasarkan kriteria kualitas air dengan pendekatan minyak dan lemak, maka luas
wilayah TAD yang tercemar adalah sebesar 607,0 ha atau 6,07 km
2
dan yang tidak tercemar adalah 11,44 ha atau 0,1144 km
2
Gambar 98. Sedangkan luas area yang telah tercemar bahan organik dengan pendekatan parameter indikator COD adalah
sebesar 618,8 ha atau 6,188 km
2
Gambar 99. Penjelasan gambar-gambar ini ditambahkan dengan hasil analisis beban
pencemaran dari sungai, darat dan laut, hasil analisis Storet dan Indeks Pencemaran menunjukkan bahwa kondisi perairan TAD telah tercemar ringan
sampai berat. Kondisi ini juga diperkuat dengan kondisi biologi seperti angka kerusakan hutan mangrove dan lamun serta representasi kondisi fauna bentos
yang mengarah pada kondisi adanya tekanan ekologis akibat tingginya intensitas pemanfaatan wilayah teluk selama ini.
Tabel 55 Perkiraaan luas lokasi yang terkena pencemaran bahan organik dengan pendekatan beberapa parameter indikator.
Parameter Luas Lokasi km
2
Tercemar Tidak tercemar
DO 1,852 185,2 ha
4,335 433,5 ha NO
3
6,188 618,8 ha PO
4
0,8041 80,41 ha 5,386 538,6 ha
Minyak Lemak 6,070 607,0 ha
0,114 11,44 ha COD
6,188 618,8 ha
Keterangan : Gambar 95, 96, 97, 98 dan 99
Berdasarkan Kepmen Lingkungan Hidup No.512004 untuk kriteria kualitas air bagi peruntukan budidaya biota laut Tabel 56 ada banyak parameter yang dapat
dipakai sebagai indikator untuk menilai kualitas airnya dan beberapa diantaranya digunakan dalam penelitian ini. Tabel ini menjelaskan bahwa ada beberapa
parameter yang masih dapat ditolelir oleh biota laut, akan tetapi beberapa parameter penting justru tidak memperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya dan
perikanan karena sudah melewati nilai baku mutu yang ditentukan. Demikian juga dengan cuplikan contoh parameter kualitas air bagi peruntukan perairan
pelabuhan, ternyata juga ada beberapa parameter yang sudah melebihi baku mutu
Tabel 57.
Tabel 56 Contoh kriteria bagi peruntukan budidaya perikanan biota laut dan hasil pengukuran beberapa parameter air dari penelitian ini
Parameter Unit
Baku mutu yang diinginkan
Hasil Penelitian Peruntukan
Fisika 1. Kecerahan
m 5
4 – 5 budidaya
2. Kebauan alami
3. Kekeruhan NTU
Nephelometric Turbidity Unit
5 4. Padatan tersuspensi
TSS mgl
20-80 0.010-0.040
budidaya 5. Sampah
nihil 6. Suhu
o
C Alami 28-32
25-32 budidaya
7. Lapisan minyak nihil
Ada Kimia
1. pH 7 – 8,5
7,4 – 8,5 budidaya
2. Salinitas PSU
alami 33-34 25-36
budidaya 3. DO
mgl 5
3,4-9,2 budidaya
4. BOD
5
mgl 20
0,428-5,669 budidaya
5. Amonia total NH4- N
mgl 0,3
6. Fosfat PO
4
mgl 0,015
-0,008-0,266 Bisa-tdk bisa
budidaya 7. Nitrat NO
3
mgl 0,008
0,045-0,273 tdk bisa budidaya
8. Sianida CN mgl
0,5 9. Sulfida H
2
S mgl
0,01 10.PAH
mgl 0,003
0,002-0,035 tdk bisa budidaya
11.Senyawa Fenol total mgl
0,002 12.PCB
mgl 0,01
13.Surfaktan deterjen mgl MBAS
1 14.Minyak lemak
mgl 1
0,100-35,205 tdk bisa budidaya
15.Pestisida mgl
0,001 16.TBT
mgl 0,001
Logam terlarut : 17. Raksa Hg
mgl 0,001
18. Kromiun Cr mgl
0,005 0,02-0,32
tdk bisa budidaya 19. Arsen As
mgl 0,012
Biologi 1. E.Coliform faecal
MPS100 ml 200
2. Coliform total MPS100 ml
1000 Kepmen Lingkungan Hidup No.512004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut budidaya perikanan
Mainassy 2005
Tabel 57 Contoh cuplikan beberapa parameter hasil penelitian yang diperlukan untuk perairan pelabuhan
Parameter Unit
Kriteria Kepmen LH.No.512004
Hasil penelitian Suhu
o
C alami
25-32 TSS
mgl 80
0,010-0,040 Kecerahan
m 3
4 -10 Salinitas
PSU alami
25 - 36 pH
6,5-8,5 7,400-8,519
Lapisan minyak mgl
Nihil Minyak Lemak
mgl 5
0,100- 35,205 PAH
mgl 0,003
0,002-0,035 Logam terlarut
• Timbal Pb mgl
0,05 0,03-0,38
Keterangan : Mainassy 2005
Budidaya laut merupakan salah satu usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber dayanya dalam area terbatas baik di alam terbuka maupun
tertutup. Tempat untuk budidaya laut, demikian pula untuk air tawar, harus memiliki kesesuaian alami tertentu, terutama persediaan air yang sangat cukup,
misalnya suhu, salinitas atau kesuburan yang sesuai Bardach et al. 1972, diacu dalam Romimohtarto 2008. Akan tetapi permasalahan lingkungan yang terjadi
di perairan laut adalah ketika setiap pengguna merasa berhak atas perairan laut yang terbatas ini, karena pandangan laut sebagai miliki bersama.Sehingga
persediaan air dengan kualitas yang diinginkan oleh organisme atau biota yang akan dipelihara menjadi kurang atau tidak tersedia lagi, akibat setiap pengguna
berebutan menggunakan wilayah terbatas ini untuk berbagai kepentingan. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa TAD dengan posisi strategisnya, ke
depan memiliki nilai strategis yang harus dipertahankan dan dikembangkan bagi kesejahteraan banyak orang khususnya masyarakat kota Ambon yang berdiam
disekitarnya. Teluk Ambon memiliki nilai tersendiri bagi para nelayan yang hidupnya sangat bergantung pada perairan ini. Demikian juga dengan pemerintah
maupun para pengusaha di kota Ambon, kelihatannya akhir-akhir ini semakin tertarik untuk mengembangkan wilayah TAD ke depan sebagai sumber
pendapatan daerah. Oleh karena itu pertanyaan yang harus dijawab yaitu akankah hasil penelitian ini memberi ultimatum terakhir bagi para nelayan untuk tidak lagi
beroperasi di TAD?, atau akankah penelitian ini memberi rekomendasi bahwa kualitas lingkungan yang diperoleh lewat penelitian ini masih baik untuk kegiatan
perikanan?.
kegiatan seperti PLN atau pelabuhan dihentikan dan dipindahkan? Tentu saja tidak demikian, justru penelitian ini memberikan peringatan kepada seluruh
pengguna teluk agar seluruh aktivitas yang dilakukan hendaknya tidak mengesampingkan nilai kelestarian lingkungan, termasuk kesadaran menjaga
kebersihan lingkungan teluk. Oleh karena itu usulan penetapan zona baik untuk menjaga kelestarian sumber daya lingkungan perairan maupun untuk pemanfaatan
lain coba diberikan dalam penelitian ini, agar dikemudian hari gambaran kondisi