Tingginya pencemaran nitrat merupakan implementasi limbah domestik dan pertanian. Diketahui bahwa banyak faktor berpengaruh pada perilaku limbah
di lingkungan perairan laut, antara lain, sifat fisik-kimia limbah dan dinamika air laut. Sifat fisik-kimia limbah yang khas menyebabkan beberapa jenis limbah
tertentu larut dalam air, lainnya larut dalam lemak. Dinamika air laut yang membantu penyebaran unsur-unsur kimia yang penting bagi kehidupan di laut.
Pergerakan dan sirkulasi air menyebabkan limbah tersebut berpindah dari satu tempat pembuangan ke tempat lainnya, dan selanjutnya dalam perjalanannya
terjadi perubahan konsentrasi limbah pada suatu lokasi dan waktu tertentu. Perubahan perilaku bisa dengan menguap, melarut, terdispersi. Demikian halnya
dengan nitrat juga akan melewati proses-proses biologi terencerkan dan terurai baik langsung terjadi di sungai ataupun setelah masuk ke laut sehingga
mempengaruhi konsentrasinya. Gocke 1975 diacu dalam Supriharyono 2007 menjelaskan bahwa di
dalam proses biodegradasi ada kecenderungan proses penguraian limbah domestik organik lebih lambat terjadi di perairan laut dibandingkan perairan tawar.
Artinya bahwa proses penguraian oleh bakteri dipengaruhi juga oleh kadar garam salinitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri sangat
cepat pada nilai salinitas 0 PSU setelah 7 jam inkubasi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keberadaan nitrat di teluk secara umum dipengaruhi oleh faktor
fisik- kimia dan biologi baik yang terjadi di sungai maupun yang terjadi di laut. Lebih lanjut bila dicermati fluktuasi nilai NO
3
dari tahun 1984-1988, 2004, 2006 2007 Gambar 75, trend kisaran nilai NO
3
mulai dari yang berada dibawah baku mutu hingga di atas baku mutu. Hal ini berarti beban kegiatan disekitar teluk
terus menerus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga membuat nilai NO
3
terus meningkat.
G ambar 75 Tren NO
3
di TAD tahun 1984-2007
6.2.2 PO
4
Indikator bahan organik lain yang diukur beban pencemaran selain nitrat adalah fosfat. Hasil analisis beban pencemaran dari tiap sungai menunjukkan
bahwa untuk musim timur, pancaroba I dan II, tidak terlalu bervariasi kecuali pada musim barat Tabel 32. Pada musim barat sumbangan beban pencemaran
dari sungai Waetonahitu merupakan yang terbesar dibandingkan sungai lain. Hal ini membuat variabilitas beban pencemaran pada musim barat juga lebih tinggi,
dibandingkan musim lainnya. Secara umum hasil analisis grafik hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi fosfat di laut, menunjukkan bahwa tiap musim
menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel ini. Akan tetapi hubungan yang signifikan lebih nampak pada musim pancaroba I yang ditunjukkan oleh
Y=0.0051X+0.019 dan R
2
= 0.7191 Gambar 76. Hal ini berarti hampir semua aktivitas masyarakat disekitar teluk baik dalam bentuk limbah domestik,
perternakan maupun pertanian telah mempengaruhi konsentrasi fosfat di laut.
Tabel 32 Beban pencemaran BL indikator PO
4
dari sungai-sungai
Sungai Beban Pencemaran Indikator PO4 tonthn
M.Timur Agustus 2006
M.Pancrb.II Oktober 2006
M.Barat Januari 2007
M.Pancarb.I Maret 2007
S. Air Bsr. Halong 0,2251
0,1183 0,1871
0,2469 S.Waerekan
0,5603 0,1185
0,2402 3,7021
S.Waetonahitu 0,8392
0,5460 11,9668
0,3721 S.Waeheru
0,3497 0,8290
0,2786 0,1847
Rata-rata 0,4936
0,4029 3,1682
1,1264 sd
0,2688 0,3483
5,8659 1,7189
Keterangan : hasil perhitungan BL tiap sungai
Selanjutnya berdasarkan grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi dengan pendekatan fosfat, ternyata juga telah berada diatas
baku mutu untuk biota laut Gambar 76. Kondisi ini menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran organik di perairan TAD akibat intensitas pemanfaatan yang
kian hari semakin tinggi. Pemanfaatan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan WC juga memberi sumbangan keperubahan nilai fosfat, demikian juga dengan
kegiatan peternakan dan pertanian.
Gambar 76 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di TAD dengan indikator PO
4
pada musim pancaroba I
6.2.3 Biochemical Oxygen Demand BOD
Selanjutnya, hasil analisis beban pencemaran bahan organik dengan indikator BOD tiap musim, sebagai berikut musim timur bervariasi dari 15,112 –
98,698 tontahun, musim pancaroba I bervariasi dari 7,876–25,448 tontahun, musim barat bervariasi dari 5,762–283,216 tontahun dan musim pancaroba II
bervariasi dari 3,414-136,570 tontahun Tabel 33 ; Lampiran 10 11. Beban pencemaran tertinggi ditemukan pada musim barat berkisar antara 3,903–283,216
tontahun. Variasi beban pencemaran tiap musim kelihatannya sangat bervariasi, yang menarik disini adalah ternyata sumbangan dari sungai Waetonahitu Passo
tetap merupakan yang tertinggi beban pencemaran BOD-nya untuk semua musim. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa beban pencemaran bergantung pada
faktor fisik-kimia seperti debit sungai serta konsentrasi limbah di laut, demikian juga hubungan yang terbentuk.
Tabel 33 Beban pencemaran BL indikator BOD dari sungai-sungai
Sungai Beban Pencemaran indikator BOD tonthn
M.Timur Agustus 2006
M.Pancaroba II Oktober 2006
M.Barat Januari 2007
M.Pancaroba I Maret 2007
S. Air Bsr. Halong 15,112
7,876 5,762
3,414 S.Waerekan
52,357 7,139
3,903 15,782
S.Waetonahitu 98,698
25,448 283,216
136,570 S.Waeheru
26,046 11,174
7,861 8,968
Rata-rata 48,053
12,909 75,185
41,184
Keterangan : hasil perhitungan BL tiap sungai