Beban Pencemaran Kapal di Laut

lebih kecil dari 50 ketentuan kriteria, serta nilai kerapatan dari tiap lokasi yang berada dibawah 1000 individuhektar Tabel 49. Tabel 49 Kriteria baku kerusakan pohon mangrove Kepmen LH No.2012004 Stasion Kerapatan indha Kriteri Nilai Persen penutupan Kriteri nilai Kriteria status Poka 52,727 1000 ha 20,00 50 jarangrusak Waeheru 256,207 1000 ha 7,69 50 jarangrusak Hunut 290,667 1000 ha 7,64 50 jarangrusak Negeri Lama 74,872 1000 ha 11,11 50 jarangrusak Passo 280,219 1000 ha 5,28 50 jarangrusak Halong 165,000 1000 ha 10,00 50 jarangrusak Lateri 133,061 1000 ha 6,66 50 jarangrusak

6.7 Pendugaan Angka Kerusakan Komunitas Lamun di TAD

Penelitian ini mencoba memberi gambaran sementara keadaan komunitas lamun di perairan Teluk Ambon. Dengan menggunakan pendekatan persen penutupan seperti yang tertuang dalam Kepmen LH No.200 Tahun 2004, maka secara rinci dapat dilihat status padang lamun di perairan TAD sebagai telihat pada Tabel 50, dimana semua lokasi berada dalam kondisi rusak. Kenyataan ini membuktikan bahwa kemungkinan telah terjadinya sedimentasi ataupun berbagai aktivitas di sekitar perairan ini yang secara langsung berdampak ke ekosistem lamun. Gambaran kondisi kurang kaya atau kurang sehat sampai miskin mestinya sudah memberi peringatan tentang apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan keberadaan ekosistem lamun dalam teluk, bagi keberlanjutan sumberdaya biota laut yang hidupnya tergantung pada ekosistem lamun. Tabel 50 Status komunitas lamun di perairan TAD Stasion Penutupan Kondisi Lamun Status Poka Kurang kaya kurang sehat 36,27 Rusak Waeheru Miskin 14,67 Rusak Lateri Miskin 16,75 Rusak Halong Kurang kaya kurang sehat 46,03 Rusak Galala Miskin 12,5 Rusak Keterangan: ≥ 60 = kayasehat; 30-59,9 = kurang kayakurang sehat; ≤ 29,9 = miskin.

6.8 Tekanan Ekologis terhadap Keanekaragaman Ekosistem TAD

6.8.1 Jumlah Jenis dan Kepadatan Fauna Bentos

Disadari bahwa suatu perubahan fisik habitat yang terjadi pada ke 3 tiga ekosistem yang dijelaskan sebelumnya tentunya akan berdampak ke komunitas lain yang berasosiasi dengan ekosistem tersebut salah satunya adalah komunitas bentos. Nybakken 1992, bentos adalah organisma yang hidupnya pada atau di dalam substrat. Oleh karena itu komunitas yang memiliki pergerakan terbatas ini,cenderung akan mengalami tekanan bila habitat tempat hidupnya terganggu. Hasil penelitian terhadap sumberdaya bentos ditemukan ada 192 jenis organisme bentos yang terdiri atas jenis krustasea, moluska, ekinodermata dan annelida Lampiran 13. Secara keseluruhan didapatkan bahwa kisaran jumlah jenis di 12 lokasi pengamatan berkisar antara 11-97 jenis tiap lokasi Tabel 51. Lokasi yang mempunyai jumlah jenis tertinggi adalah di Poka 97 jenis, Lateri 95 jenis dan Waerheru 94 jenis. Dan dari kisaran jumlah jenis yang disebutkan di atas ternyata jenis-jenis yang mempunyai nilai kepadatan tertinggi didominasi hanya oleh 8 delapan jenis saja yaitu Architectnica prespective, Clithon ovaloniensis, Clypeomorus batillariaeformis, Clanculus atropurputcus, Morula granulata, M. musiva, Nerita signata, dan Thais rugosa. Jenis yang paling menonjol adalah Clanculus atropurputcus dan Clithon ovaloniensis, dan keseluruhan jenis yang dominan tersebut diwakili oleh filum moluska dari kelas gastropoda Tabel 52. Tabel 51 Jumlah jenis, kepadatan total, keserasian dan keragaman jenis bentos di perairan TAD. No. Lokasi Jumlah Jenis Kepadatan Total indm2 e H’ 1 Poka 97 48,99 31,73 0,59 2,73 2 Bt.Koneng LIPI 53 26,77 13,51 0,81 3,24 3 Kate-Kate 49 24,75 41,21 0,54 2,09 4 Hunut 68 34,34 14,33 0,74 3,17 5 Nania 71 35,86 14,77 0,76 3,23 6 Waiheru 94 47,47 18,25 0,66 3,04 7 Negeri Lama 85 42,93 17,62 0,66 2,98 8 Passo 75 37,88 10,55 0,74 3,26 9 Lateri 95 47,98 21,20 10 Latta 66 33,33 30,23 0,60 2,53 11 Halong 59 29,80 8,07 0,75 3,09 12 Galala 11 5,56 5,67 0,87 2,09