Pengaruh Flushing Time waktu dirus terhadap Sedimentasi

Beberapa alasan di atas selanjutnya menjadi bahan kajian terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan TAD selama ini baik oleh pemerintah provinsi maupun kota. Dalam kaitan dengan penelitian ini maka secara umum dapat dilihat pola pemanfaatan dan pengelolaan wilayah ruang laut kota Ambon selama ini seperti pada Gambar 86, sedangkan peta wilayah yang berpotensi terkena pencemaran seperti pada Gambar 87. Berdasarkan peta pola pemanfaatan terlihat bahwa perairan TAD lebih banyak diarahkan untuk kegiatan budidaya KJA, rakit terapung dan kurungan tancap dan perikanan tangkap ikan pelagis dan demersal. Sementara itu Gambar 87, memperlihatkan kondisi hutan mangrove yang rusak misalnya pada perairan pantai Halong, Latta, Lateri, Nania dan Batu Koneng, dan terumbu karang yang telah rusak ditemukan pada perairan Halong dan Tanjung Tiram-Poka. Padahal kehadiran kedua komunitas ini sangat penting di dalam menunjang keberlangsungan hidup sumber daya alam lautnya. Gambar 87 juga menjelaskan kemungkinan kerusakan komunitas-komunitas tersebut dapat saja berhubungan dengan aktivitas beberapa pelabuhan atau dermaga yang beroperasi selama ini, sehingga berpotensi sebagai sumber pencemaran minyak. Kondisi di atas juga ditunjang dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa perairan TAD telah tercemar. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan kualitas lingkungan TAD yang dapat mengatasi masalah kerusakan lingkungan tersebut. Selanjutnya dari rencana tata ruang yang disusun pemerintah provinsi dan kota apakah sudah tersirat rencana dan arahan pengelolaan lingkungan yang dapat menjawab permasalahan lingkungan yang terjadi ataukah belum. Berikut ini akan dikemukakan gambaran umum beberapa rencana pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut kota Ambon termasuk perairan TAD sebagai salah satu wilayah kewenangan kota Ambon.

7.1.1 Gambaran Umum Rencana dan Arahan Pengelolaan Kawasan

Lindung 7.1.1.1 Zona Lindung Lokal dan Zona Penyangga Hutan Mangrove Rencana dan arahan pengelolaan kawasan lindung dimaksudkan untuk tujuan jangka panjang yaitu melindungi dan melestarikan keanekaragaman sumber daya alam dan lingkungan agar dapat dimanfaatkan terus oleh generasi selanjutnya. Pengelolaan kawasan konservasi atau lindung tentunya dilakukan dengan pertimbangan baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun sosial budaya. Pertimbangan ekonomi berkaitan dengan nilai ekonomi dari sumber daya alam yang ada di perairan TAD yang akan dikelola artinya apakah sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setiap hari serta dapat dimanfaatkan sebagai daerah pariwisata. Pertimbangan lingkungan dalam pengelolaan kawasan lindung antara lain, apakah keberadaan hutan mangrove dapat melindungi sumber daya alam laut lain di dalamnya ikan dan non ikan atau tidak; hutan mangrove dapat melindungi pantai dari pukulan ombak dan abrasi; serta dapat menyerap bahan-bahan pencemar tertentu. Sedangkan pertimbangan sosial budaya apakah rencana pengelolaan ini penting bagi kehidupan masyarakat sekitarnya? Bertolak dari beberapa pertimbangan di atas maka rencana kawasan lindung lokal dan zona penyangga hutan mangrove diarahkan pada wilayah- wilayah dimana ditemukan hutan mangrove dan terumbu karang Gambar 88. Rencana kawasan lindung tersebut meliputi : • Kawasan Hutan Mangrove pada : 1 pesisir pantai desa Lateri, Passo dan Waiheru pada Teluk Ambon Dalam, 2 pesisir pantai desa Tawiri, dan 3 pesisir pantai Desa Rutong dengan luasan areal secara keseluruhan 64.39 ha. Penetapan zona perlindungan dan zona penyangga Hutan mangrove dengan pendekatan jarak penyangga rata- rata 100 meter untuk zona penyangga yang belum termanfaatkan serta penyesuaian penyangga dengan jarak sesuai ruang yang sudah termanfaatkan; • Kawasan Terumbu Karang Hative Besar, Tawiri, Amahusu dan Eri sampai dengan desa Seilale yang memiliki persen tutupan karang hidup lebih dari 75 kawasan TAL. Arahan yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan pengelolaan kawasan lindung lokal antara lain : 1. Arahan Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove • Rehabilitasi habitat utama hutan mangrove disertai penyusunan konsep dan strategi pengelolaannya lintas sektor;