Landasan Teori Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia.
pertahanan dalam 2 front, yaitu front yaitu front utara dan front selatan, dengan perkiraan Belanda akan menyerang Lampung melalui front utara. Keputusan ini
merupakan hasil rapat staf militer Sub Teritorial Lampung dibawah pimpinan Komandan STL Lampung Letkon Syamaun Gaharu pada tanggal 13 Desember
1948. “Dibentuk dua batalyon tempur dan dibagi menjadi dua front yaitu front utara dan front selatan. Front utara dibawah pimpinan Kapten M. Nurdin, dan
Front selatan dibawah pimpnan Kapten Ismail
8
. Perkiraan datangnya Belanda dari arah utara dengan asumsi bahwa kekuatan
Belanda terfokus di Palembang, karena Palembang saat itu sudah menajdi negara boneka Belanda dengan nama Negara Suamtera Selatan. Diperkirakan
pasukan Belanda akan menyisir kekuatan tentara dan lasykar Republik dari arah Palembang menuju Tanjung Karang. Akan tetapi kenyataan berbeda, Belanda
masuk melalui jalur laut, dan sasaran utama Tanjung Karang – Teluk Betung sebagai Ibukota Karesidenan. Pada tanggal 1 Januari 1949 Tentara Belanda
masuk melalui Pelabuhan Panjang yang berada di Ibukota Karesidenan. Tentara Republik tidak dapat mempertahankan wilayahnya, sehingga para pemimpin
pemerintahan sipil mengungsi ke wilayah pringsewu untuk mengamankan agar roda pemerintahan tetap jalan. Setelah Tentara Belanda menguasai Ibukota
Karesidenan, dan para pemimpin mengungsi ke arah utara mengakibatkan komunikasi antara front selatan dengan pemerintahan serta front utara
terhambat, karena jalurnya terpotong.
2. Situasi Kawedanan Kalianda Tahun 1949 Kota Kalianda berada di Ujung Selatan wilayah Lampung, dan merupakan
pintu masuk sumatera dari arah Jawa. Kota ini sangat strategis dari dulu samapai sekarang. Oleh karena itu pada tahun 1949 Belanda ingin menguasai daerah ini
untuk memudahkan masuk ke wilayah Suamtera dari arah Jawa. Pada tahun 1949, Kalianda merupakan salah satu kawedanan yang termasuk dalam front
selatan di Karesidenan Lampung di era perang kemerdekaan. Pada masa Agresi Militer Belanda II di Lampung, Kalianda mengalami perkembangan sendiri.
Didudukinya kota Telukbetung dan Tanjungkarang membuat Kalianda menjadi wilayah yang terisolasi, sehingga ketika mendapat kabar kota Telukbetung
dan Tanjungkarang di duduki Belanda Rakyat Kalianda dalam mempersiapkan pertahanan akan serangan Belanda adalah dibentuknya Gerakan 1 Januari.
“..maka dibentuklah Badan Gerakan 1 Januari yang menghimpun semua kekuatan lasykar rakyat dan TNI yang berada di Kalianda, sebagai pemimpinya
adalah Wedana Kalianda, Abdul Kadir Kesuma Ratu dengan pembantu pimpinan dari inspektur kepolisian Batin Putra dan ketua ODM Kalianda, Letnan Sastro
Semedi Dewan Harian Daerah Angkatan ’45, 2005: 334.” Gerakan 1 Januari merupakan isyarat bagaimana rakyat Kalianda sudah siap untuk berjuang
mempertahankan pemerintahan Republik Indonesia di wilayah kawedanaan.
8 Ibid. 2005 Hal. 328-329
Selain dibentuknya gerakan 1 Januari, Rakyat Kalianda juga berinisiatif untuk memuat badan kelasykaran. Badan kelasykaran adalah bentuk realisasi dari
gerakan 1 Januari. Badan ini merupakan badan pertahanan yang menghimpun kekuatan militer Rakyat Kalianda yang dengan sukarela ingin mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dari serangan Belanda
9
3. Pertempuran Lima Jam di Kalianda Pertempuran 5 jam di Kalianda sudah menjadi pengetahuan bersama
masyarakat Kalianda. Pertempuran ini memberikan rasa bangga pada masyarakat, karena mereka mengetahui bagaimana peristiwa ini menjadi
sangat heoric. Kekuatan rakyat bersatu dengan tentara bahu membahu mampu mengusir tentara Belanda dengan persenjataan yang lebih canggih yang datang
untuk menguasai daerahnya. Nilai – nilai kepahlawanan terlihat dari tentara dan milisi rakyat yang tergabung dalam lasykar dengan persenjataan ala kadarnya –
yang memang tidak terbiasa dengan senjata – pada hari itu dengan berani maju ke medan tempur untuk berjuang dengan taruhan nyawa. Salah satu tokoh
yang mampu menghimpun seluruh elemen dalam peristiwa itu adalah Kolonel Makmun Rasyid sebagai pemimpin dalam peristiwa Pertempuran 5 jam di
Kalianda.
Kolonel Makmun Rasyid merupakan tentara Republik Indonesia yang diberi tugas untuk mengkoordinir dan membantu pertahan militer yang ada di
daerah Kalianda dari serangan Belanda. Berdasarkan surat keputusan perintah perang No. 36PK tanggal 12-1-1945 dari Devisi Sriwijaya Sub Teritorial
Lampung Syamaun Gaharu memerintahkan Letnan Muda Makmun Rasyid ke Kalianda untuk mengkoordinir pertahan militer yang ada di daerah Kalianda.
Posisi Kolonel Makmun Rasyid saat itu berada di wilayah Front Utara, sehingga ketika dia di beri tugas tersebut berarti dia harus mampu melewati berbagai
rintangan karena jarak antara fornt utara dengan front selatan itu sangat jauh. Menurut Harun Rasyid Letnan Muda Makmun Rasyid beserta rombongan
berangkat dari pringsewu pada tanggal 28 Januari 1949 berjalan kaki long march melingkar ke utara melalui Negeri Ratu, Haji Pemanggilan, Gunung
Sugih, Gedong Dalam, Sukadana, Jabung, Asahan, dan Labuhan Ratu. Dengan dua buah perahu menyebarangi Sungai Sekampung dan Rawa Seragi menuju
Labuhan Asem di daerah Palas dan tiba di Kalianda pada tanggal 7 Februari 1949
10
. Rute ini sangat berbahaya, dimana dengan pasukan sebanyak 30 tentara harus mampu menghindari perang terbuka dengan tentara Belanda. Beriktu ini
adalah peta rute perjalanan Letnan Muda Makmun Rasyid.
9 Rasyid, Harun. 1987. Naskah Sejarah Perjuangan Daerah Kalianda Pada Masa Perang Kemerdekaan Ke Dua Tahun 1949. Kalianda Hal. 1
10 Ibid. Hal. 3