kurikulum berupa mengembangkan dan menggali makna dari setiap materi sejarah, sehingga sejarah menjadi penting, hidup dan berguna, tidak sebatas
fakta tetapi kaya dengan nilai-nilai.
D. Pendidikan Nilai dalam Studi Sejarah
Kemampuan guru untuk menerjemahkan kurikulum dimaksudkan agar dalam setiap proses pembelajaran selalu sarat dengan nilai moral. Nilai moral
memiliki karakteristik a suatu realitas abstrak tidak dapat ditangkap dengan indra tetapi ada, b bersifat normatif yang ideal, sebaiknya, seharusnya dan
c berfungsi sebagai daya dorong manusia sebagai motivator. Adapun ruang lingkup nilai moral yang dimaksud meliputi : ketuhanan, kejujuran, budi
pekerti, akhlak mulia, kepedulian dan empati, kerjasama dan integritas, humor, mandiri dan percaya diri, loyalitas, sabar, rasa bangga, banyak akal, sikap respek,
tanggungjawab, teloransi, ketaatan, penuh perhatian dan tahu berterima kasih Pam Schiller dan Tamera Bryant dalam Sumantri, 2013 : 28
Agar penghayatan dan pengamatan nilai moral dapat nampak, dianjurkan agar ada upaya-upaya metodologik yang dilakukan oleh guru. Dalam
menerjemahkan nilai-nilai inilah guru dapat kreatif menyampaikan materi kepada siswanya secara metodologis di depan kelas. Kreativitas guru yang
dimaksud adalah keterampilan dalam menggunakan metode mengajar sehingga proses penanaman nilai dapat diterima oleh siswa, tanpa mengurangi atau
menyalahi konsep yang tertuang dalam kerikulum sebagai pedoman.
Alternatif yang dianggap tepat dalam proses belajar mengajar sejarah yang menekankan pada pendidikan nilai adalah melalui pendekatan moral dalam
metode pembelajarannya. Pendekatan moral merupakan proses penelaahan materi pelajaran yang dijelaskan melalui formulasi yang dapat membedakan
benar dan salah, baik dan tidak atau boleh dan tidak boleh dalam konsep yang dapat ditauladani dan tidak dapat ditauladani dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara Anwar dan Imam, 2000 : 137.
Sebagai suatu ilustrasi sederhana tentang penggunaan pendekatan moral dalam pembelajaran sejarah yaitu mengambil salah satu materi sejarah
Pergerakan Kebangsaan Pra Kemerdekaan Indonesia. Jika dilihat dari fakta sejarah pada periode ini begitu banyak tokoh-tokoh pergerakan yang lahir seperti
Soekarno, Hatta, HOS Cokroaminoto, Tan Malaka, Syahrir, dan sederetan tokoh bangsa lainnya. Pada periode ini juga lahir berbagai organisasi-organsasi
yang mengusung semangat nasionalisme antara lain Indesche Partij, Budi Utomo dan lain sebagainya. Serta pada periode ini juga terjadi perlawanan di
berbagai daerah menentang kolonialisme. Fakta-fakta sejarah pada periode ini begitu sangat kompleks dan sangat berarti bagi sejarawan untuk melakukan
penyelidikan sejarah hingga pada tahapan historiograi. Akan tetapi dalam pendidikan sejarah di sekolah fakta-fakta tersebut tidak akan mengandung
nilai-nilai moral apabila pembelajaran yang dilakukan oleh guru sampai pada tahapan transfer of knowledge saja tanpa dibarengin dengan usaha guru dalam
menyampaikan nilai-nilai moral yang terdapat didalam setiap fakta sejarah itu.
Dilihat dari sudut pandang pendekatan moral akan ditemukan nilai-nilai moral yang akan menginspirasi siswa pada materi pergerakan kebangsaan,
antara lain siswa dapat menemukan keteladanan, kesederhanaan, patriotism dan toleransi dari sosok tokoh-tokoh pemimpin pergerakan seperti Soekarno yang
dikenal sebagai orator yang ulung dan sangat disegani, Mohammad Hatta yang dikenal dengan kecerdasan dan intelektualnya, HOS Cokroaminoto yang amat
disegani oleh para pemuda ketika itu. Pada sisi lain siswa dapat menemukan nilai kesabaran dan semangat juang dari fakta sejarah ketabahan Soekarno dan
Mohammad Hatta yang di penjara bertahun-tahun dan dibuang ke daerah terpecil, namun mereka tidak berputus asa dan tetap memikirkan bagaimana
perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Siswa juga dapat menemukan nilai kerjasama pada materi tersebut dengan memahami mengapa perjuangan
pemuda mudah ditumpas oleh pemerintahan kolonial karena ketika itu para pemuda belum memiliki semangat persatuan yang kuat antara satu dengan
yang lainnya. Dari contoh nilai tersebut siswa akan menemukan relevansi pembelajaran sejarah dengan kondisi kekinian yang menuntut mereka belajar
dari masa lalu. Dengan demikian pada akhirnya kembali kepada kreativitas guru dalam menerjemahkan kurikulum, bagaimana guru menyajikan pembelajaran
sejarah yang sarat dengan nilai-nilai moral yang berhubungan dengan kondisi hari ini, artinya siswa bisa belajar dan mengambil nilai-nilai moral dari masa lalu
sehingga mind set selama ini yang memandang pelajaran sejarah sebagai materi masa lalu dan tidak berguna mampu ditepis dengan pendekatan moral tersebut,
dan salah satu fungsi sejarah sebagai edukasi yakni mengambil pelajaran, mengambil hikmah wisdom kebijakan dan kearifan yang di sampaikan oleh
Nugroho Notosusanto dapat terpenuh.
E. Kesimpulan
Mengajarkan sejarah di sekolah bukan hanya menyampaikan fakta sejarah semata-mata yang menggunakan pendekatan kronologis historis dengan
kompleksitas tokoh dan tempat. Belajar sejarah pada hakikatnya adalah belajar tentang kearifan, kebijaksanaan dan hikmah dari masa lalu sebagai pedoman
untuk menghadapi masa depan. Guru sejarah sebagai ujung tombak pendidikan sejarah di Indonesia memiliki peran strategis dalam menyajikan sejarah kepada
genarasi muda. Berarti atau tidaknya pendidikan sejarah dalam pandangan siswa terletak pada cara guru menyajikan materi pembelajaran. Oleh sebab
itu, agar adanya nilai moral dalam belajar sejarah dan relevansi dengan masa sekarang dan masa akan datang, guru tidak boleh berhenti pada penyajian
fakta-fakta sejarah samata, melainkan guru harus menggali fakta sejarah untuk
mendapatkan nilai-nilai moral pada fakta tersebut dengan menggunakan kreativitas dan keberanian dalam menerjemahkan kurikulum.
Daftar Pustaka
Buku
Abdullah, Tauik. 1995. Pengalaman, Kesadaran dan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 27 November 1995
Garvey, Brian dan Mary Krug. 2015. Model-model Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Hasan, Hamid. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung : Rizqi Press
Ismaun. 2005. Filsafat Sejarah. Bandung : Historia Utama Press Maksum, Muhammad. 2014. Menjadi Guru Idola. Klaten : Cable Book
Mulyana, R. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta Notosusanto, Nugroho. 1979. Sejarah Demi Masa Kini. Jakarta : UI Press
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak Wineburg, Sam. 2006. Berikir Historis. Jakarta : Obor
Tesis dan Disertasi
Winarti, Murdiyah. 2016. Peranan Yogyakarta sebagai Episentrum Daya Sentripetal Integrasi Bangsa Selama Revolusi Kemerdekaan Tahun
1945-1950 Enrichment Pembelajaran Sejarah di SMA. Disertasi, tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan Indonesia
Sumatri, Prima Purnama. 2013. Pengembangan Nilai Entrepreneurship Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Kajian Tokoh K.H. Abdul Halim. Tesis,
tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan Indonesia
Artikel Jurnal
Anwar dan Imam. 2000. Tantangan Guru Sejarah. Jurnal Penelitian dan Evaluasi, 3 2, 131-140
Tukid. 2011. Membangun Karakter Bangsa di Tengah-tengah Budaya Global. Jurnal Forum Ilmu Sosial, 1 38, 44-54