6. Hak dan Tanggung jawab digital: memiliki kesadaran posisinya sebagai anggota dari komunitas
Warga negara digital yang baik adalah yang menyadari hak dan kewajibannya sebagai bagian dari kewarganegaaan digital. Siswa harus
memiliki kesadaran bahwa kemudahan akses dan kenyamanan dalam menggunakan internet adalah hasil dari keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Oleh karena itu ketika sudah mendapatkan kenyamanan dalam menggunakan internet sudah sewajibnya ia bertanggung jawab untuk
menjaga kondisi yang nyaman juga. Siswa harus menghindari tindakan kejahatan seperti mengirimkan virus di internet, spam berbau porno dan
sejenisnya.
7. Hukum digital: tanggung jawab penggunaan teknologi Siswa harus memiliki kesadaran hukum aturan dan kebijakan tentang
penggunaan teknologi digital. Kemampuan untuk berbagi informasi dengan mudah adalah salah satu dari keunggulan internet. Namun keunggulan
ini digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan plagiasi yang menguntungkan baginya. Misalnya mengambil informasi
dari situs lain kemudian dimasukkan ke dalam situsnya dan diakui sebagai miliknya, tanpa ada persetujuan yang sah.
8. Kesehatan digital: memahami risiko baik secara isik maupun psikologis penggunaan perangkat digital
Siswa perlu menyadari bahaya isik yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi digital secara berlebihan. Apalagi penggunaan tersebut tidak
diimbangi dengan cara yang benar. Saat ini banyak anak-anak yang menggunakan kaca mata karena penggunaan gadget yang tidak tepat.
Misalnya menggunakan smartphone dengan tiduran, menggunakan laptop di tempat yang gelap dan seterusnya.
9. Perdagangan digital: pembelian dan penjualan eletronik dengan baik. Saat ini marak penjualan elektronik melalui online shop. Tidak jarang
orang yang tertipu karena setelah pembeli membayar sejumlah uang tertentu ternyata barang yang dikirim tidak sesuai atau barang yang
sudah dipesan tidak dikirim. Pembeli dan penjual dalam konteks ini tidak pernah bertemu, pembeli bermodalkan kepercayaan namun ternyata tidak
semua penjual bisa dipercaya. Siswa harus mengetahui situs yang aman ketika melakukan jual beli. Siswa perlu berkomunikasi dengan orang tua
atau orang yang lebih berpengalaman ketika membeli barang elektronik. Langkah yang paling aman adalah membeli perangkat digital secara
langsung, karena harga elektronik saat ini relatif mahal.
Sembilan elemen tersebut merupakan pilar dalam pembentukan kewar- ganegaraan yang berkarakter. Ribble Bailey 2007 kemudian mengelompok-
kan sembilan elemen kewarganegaraan digital tersebut ke dalam tiga bagian. Student Learning Academic Performance, yang terdiri dari akses digital, ko-
munikasi digital dan kecakapan digital. kedua, Student Environment Student Behavior yang terdiri dari keamanan digital, etika digital dan hak tanggung
jawab digital. Ketiga, Student Life Outside the School Environment yang terdiri atas hukum digital, kesehatan digital dan penjualan digital.
Pengelompokan tersebut bisa digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi pembentukan kewarganegaraan digital di sekolah. Jika di
sekolah ditemukan cyberbullying maka solusinya adalah pada environment student behaviour. Jika maslahnya plagiasi digital maka solusinya adalah pada
aspek student life out the school. Sekolah dapat pula menentukan prioritas penerapan kebijakan terkait dengan penyelenggaraan kewarganegaraan digital
atau memilih sesui dengan kondisi sekolah masing-masing. Permsalahan yang muncul dari digital harus diselesaikan melalui kebijakan digital pula.
Sembilan elemen digital ini juga bisa dijadikan guru sebagai pedoman dalam mengajarkan kewarganegaraan digital. Tidak ada alasan bahwa guru
bingung dengan materi yang mau di ajarkan. Guru tidak harus memulai secara urut namun bisa disesuaikan dengan kondisi lapangan. Namun yang penting
untuk dicatat adalah sebelum guru mengajarkan kewarganegaraan digital, guru harus paham tentang digital terlebih dulu. Karena guru bukanlah digital natif
seperti siswa.
E. Kesimpulan
Menyatunya kehidupan manusia dengan internet adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari di era digital. Untuk mengantisipasi
bentuk kejahatan dan memberikan pemahaman tentang kewarganegaraan digital pendidikan harus turun tangan. Jangan sampai permalahahan
besar tentang digital muncul baru sadar akan pentingnya mengajarkan kewarganegaraan digital. Meskipun demikian, mengajarkan kewarganegaraan
digital bukan hanya menjadi tanggung jawab pendidikan semata. Orang tua, pemerintah, ahli teknologi serta lingkungan harus bekerjasama mendukung
terbentuknya kewaganegaraan digital yang berkarakter. Jangan sampai siswa melihat kesenjangan antara yang diajarkan di sekolah dengan realita di dunia
digital. Mengajarkan kewarganegaraan digital adalah tanggung jawab bersama.
Daftar Pustaka
Barnett, R., Parry, G., Coate, K. 2001. Conceptualising curriculum change. Teaching in Higher Education, 6, 435–449.
Bartos, A. E. 2012. Children caring for their worlds: he politics of care and childhood. Political Geography, 31, 157–166.
Choi, M. 2016 A Concept analysis of digital citizenship for democratic Citizenship Education in the Internet Age. heory Research in Social
Education, 1-43.
Cogan, J.J. Dericott, R. 1998. Citizenship education for the 21
st
century: setting the contexs. London: Kogan Page.
Common Sense Media 2011. Digital Literacy and Citizenship in the 21st Century: Educating, Empowering and Protecting America’s Kids. Diunduh melalui
http: www.commonsensemedia.orgsitesdefaultilesDigitalLiteracyandCitizenshipWhitePaper-
Mar2011.pdf
. Pada 15 oktober 2016.
Dewi Widya Ningrum
2015. 20 Pengguna Smartphone di Indonesia Rakus Konsumsi Data. Diunduh melalui
http:tekno.liputan6.comread238187620-pengguna- smartphone-di-indonesia-rakus-konsumsi-data
, pada 17 Oktober 2016 ISTE International Society for Technology in Education. 2007. ISTE
standards for teachers. Diunduh melalui
http:www.iste.orgdocspdfs20-14_ ISTE_Standards-T_PDF.pdf
Isman, A., Gungoren, O.C. 2014. Digital Citizenship. he Turkish Online Journal of Educational Technology, 13, 73-77.
Jones, L.M., Mitchell, K.J. 2015. Deining and measuring youth digital citizenship. New media society, 1–17.
Kemendikbud. 2016. Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 25 Januari 2016 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindakan Kekerasan di
Lingkungan satuan Pendidikan. diunduh melalui
www.kemdikbud.go.idmain iles...045778be5c791af7d8d59e460827bd75.pdf
Koltay, T. 2011 he media and the literacies: media literacy, information literacy, digital literacy. Media, Culture Society 33: 211–221
Kominfo. 2015. Indonesia Raksasa Teknologi Digital Asia. diunduh melalui
https:www.kominfo.go.idcontentdetail6095indonesia-raksasa-teknologi-digital- asia0sorotan_media
, pada 17 Oktober 2016 McGillivray, D., et al. 2015. Young people, digital media making and critical
digital citizenship, Leisure Studies, 1-15
Mossberger, K. Et al. 2008. Digital citizenship the internet, society, and participation. England: he MIT Press
Nordin, M.S., et al. 2016. Psychometric Properties of a Digital Citizenship Questionnaire. International Education Studies, 9, 71-80.
Ohler, J. 2011. Digital citizenship means character education for the digital age. Kappa Delta Pi Record, 47, 25-27.
P-21 Partnership for 21st century skill, 2014 Reimagining Citizenship for the 21st Century: a call to action for policymakers and educator. Washinton: P-21.
Ribble, M. 2012 Digital citizenship for educational change. Kappa Delta Pi Record, 484, 148-151.
Ribble, M. 2009. Raising a digital child. Eugene, OR: International Society for Technology in Education.
Ribble, M., Bailey, G. 2007. Digital citizenship in schools. Washington. International Society for Technology in Education ISTE.
Ribble, M.S., Bailey, G.D. 2004. Monitoring technology misuse abuse. Journal Technological Horizons in Education, 32, 1-7.
Sismek, E. 2013. New literacies for Digital Citizenship. Contemporary Educational Technology. 4, 126-137.
Sophia, D., et al. 2016. he campaign for digital citizenship. Lawrence and Wishart. 62, 107-120.
Trilling, B. Fadel, C. 2009 21 st century skills: learning for life in our times. San Francisco: Jossey-Bass.
Yenny Yusra. 2016.
Ericsson: Pengguna Smartphone di Indonesia Kini Capai 38 Persen. Diunduh pada https:dailysocial.idpostericsson-pengguna-smartphone-di-indonesia-kini-
capai-38
.
.
pada 17 Oktober 2016. Young, A. 2016. A 21st-century model for teaching digital citizenship.
Educational Horizons. 92, 9-12.