Nilai-nilai dari Resolusi Konlik
yang telah disebutkan sebelumnya, faktor dari guru, buku, metode dan model pembelajaran yang digunakan juga turut mempengaruhi sistem pembelajaran.
Secara teoritis pembelajaran sejarah mengendung nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam pergaulan bermasyarakat, berbangsa dan dalam keberagaman.
Seharusnya pembelajaran sejarah mampu mencapai hal tersebut, agar peserta didik dapat mengembil manfaat pembelajaran. Aman 2011:100 fungsi
pembelajaran sejarah yaitu: 1 untuk membangkitkan minat kepada sejarah tanah airnya, 2 untuk mendapatkan inspirasi dari sejarahnya, baik kisah-kisah
kepahlawanan, baik peristiwa yang merupakan tragedi nasional. 3 memberikan pola berikir kearah rasional, kritis, dan empiris, 4 mengembangkan sikap
menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Selain itu itu Grant Bage 2002:23 dalam bukunya Narrative Matters:Teaching and Learning History through Story menjelaskan bahwa belajar sejarah adalah
releksif. Artinya bahwa dalam belajar sejarah untuk mempersatukan analitis walaupun ada pertentangan beberapa hal, tetapi dalam pembelajarannya
masih tetap menawan. Dennis Gunning memberikan pendapat bahwa secara umum pembelajaran sejarah bertujuan untuk membentuk warga negara yang
baik, menyadarkan peserta didik untuk mengenal diri dan lingkungannya, serta memberikan perspektif historikalitas. Sedangakan secara spesiik,
tujuan pembelajaran sejarah ada tiga yaitu mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan intelektual dan memberikan informsi kepada peserta didik
Aman, 2011:43-44. Pengajaran sejarah juga bertujauan agar siswa menyadari adanya keragamam pengelaman hidup pada masing-masing masyarakat dan
adanya cara pandang yang berbeda.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah harus mampu menyadarkan peserta didik dengan lingkungannya, melalui nilai-nilai
lokal tersebut akan memperkuat karakter anak. Ada banyak nilai lokal yang sebenarnya relevan dengan pembentukan karakter pada anak. Kurikulum yang
pernah gunakan di Indonesia secara tidak langsung mengingkan pembentukan karakter bagi anak, tetapi dengan cara yang berbeda. Kurikulum terakhir yakni
Kurikulum 2013 secara lebih spesiik lagi dengan mencantumkan beberapa karakter yang harus dimiliki oleh siswa. Dari nilai-nilai kakter yang tercantum
dalam kurikulum sebenarnya telah dimiliki semua dalam kebudayaan lokal. Seperti dalam budaya Kerinci tentang Resolusi Konlik, di dalamnya terdapat
nilai-nilai yang bisa diteladani siswa dan itu meruapakan bagian dari nilai karakter yang tercantum dalam kurikulum 2013. Nilai-nilai lokal dari resolusi
konlik di Kerinci adalah kebersamaan, saling menghormati, religious keagamaan, komunikatif, jujur, kerja keras dan toleransi.
Nilai nilai tersebut yang seharusnya tertanam dalam diri perserta didik. Melalui pembelajaran sejarah siswa bisa memaknai semua peristiwa dan
mengambil hikmah dari kejadian itu, khususnya tentang sejarah lokal mereka.
Dalam pembelajaran sejarah, metode, model dan strategi pembelajaran juga menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Guru harus mampu memilih model yang tepat sehingga dalam belajaran siswa bisa merasa tertarik dan tidak bosan. Sebagai contoh saat
menyampaikan materi tentang tersolusi konlik guru bisa menggunakan model Problem Based Learning PBL dan Value Clariication Tecnique VCT.
Menggunakan PBL anak diberikan permasalah dan mereka melakukan diskusi untuk mencari penyelesaian dari permasalahan tersebut. Kombinas model VCT
yang digunakan, pada tahap tertentu anak dibebaskan untuk memilih nilai-nilai yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga nilai-nilai yang
mereka pilih sendiri bisa mereka aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pada setiap materi siswa mampu mengambil setiap nilai-nilai yang ada,
maka pembelajaran sejarah tidak akan menajadi membosankan.