Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah

diajarkan, cara penyajian materinya, metoda yang menarik untuk mengajarkan bahkan bagaimana guru mampu mengaitkan nilai-nilai multikultural untuk memperkaya dan membuat nuansa pembelajaran sejarah menjadi lebih hidup dan berkharakter. Nantinya akan mampu menumbuhkan minat para siswa belajar sejarah, menggeser persepsi siswa terhadap pembelajaran sejarah kearah yang lebih positif dan mampu membangun kesadaran multikulturalisme siswa sehingga mampu berinteraksi dengan orang-orang berbeda latar belakang secara baik.

D. Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembelajaran Sejarah

Pendidikan berbasis nilai-nilai multikulturalisme adalah pendidikan yang mengajarkan siswa untuk selalu mampu mengembangkan sikap toleransi dan menghargai keberagaman. Model pendidikan berbasis nilai-nilai multikulturalisme merupakan sebuah contoh pendidikan yang mempunyai relevansi tinggi bagi kondisi bangsa Indonesia yang multi kultur. Melalui hal tersebut akan berupaya mengembangkan keterampilan sosial siswa, sikap toleransi dan saling menghargai perbedaan. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa umumnya dilapangan pembelajaran sejarah lebih banyak berorientasi pada aspek koginitif saja. Hal yang kita prihatinkan adalah adanya anggapan umum di masyarakat bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang masuk dalam katagori hapalan. Pandangan seperti ini muncul disebabkan evaluasi yang diinginkan lebih banyak cenderung menyampaikan fakta dan peristiwa saja. Sejarah kering dengan nilai-nilai yang bermakna dan dapat dirasakan atau dilihat langsung oleh siswa. Kalaupun nilai-nilai yang afektif yang ditanamkan adalah nilai-nilai yang lebih banyak bermuatan politis misalnya nasionalisme. Dalam pembelajaran seperti ini tidak akan menumbuhkan kesadaran multikulturalisme siswa dalam menghargai keberagaman. Untuk itu perlu adanya sebuah upaya baru yang seharusnya dilakukan oleh guru sejarah. Pemaparan fakta-fakta sejarah juga harus mampu dibarengi dengan penanaman nilai-nilai multikulturalisme. Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia dibangun atas dasar usaha bersama dari etnis dan suku bangsa yang beragam, dapat diambil hikmahnya dan ditanamkan kepada siswa dalam proses pembelajaran sejarah. Dalam proses pembelajaran siswa juga harus mampu berinteraksi secara baik dengan siswa lain yang berbeda pemikiran, etnis, suku bangsa, dan sebagainya. Agar tercipta insan yang saling menghargai, mengedepankan sikap tolerasi dan memiliki kesadaran akan perbedaan sehingga mampu meminimalisir konlik-konlik yang kemungkinan akan terjadi dalam tataran mereka. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti melalui pengembangan model- model pembelajaran dan mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dalam materi pembelajaran sejarah. Pengembangan model pembelajaran yang berbasis nilai-nilai mutikultural dapat dilakukan melalui pengembangan rencana pembelajaran, penyajian bahan ajar, mengembangkan metode dan pendekatan pembelajaran, serta menggunakan penilaian yang mampu mendorong siswa untuk meninternalisasikan nilai-nilai multikulturalisme ke dalam dirinya. Sebagai contoh, menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran adalah salah satu upaya internalisasi nilai-nilai multikuturalisme. Para siswa pasti dituntut untuk saling menghargai perbedaan pendapat, memupuk sikap toleransi dan sebagainya. Contoh lain, siswa diberikan tugas yang dikerjakan secara berkelompok. Tugas berkelompok menuntut siswa untuk bekerjasama dalam sebuah perbedaan dan keberagaman. Namun, tetap dituntut untuk mengembangkan sikap toleransi, interaksi sosial yang baik dan menghargai perbedaan antar anggota kelompok agar bisa menyelesaikan tugas tersebut. Selanjutnya, internalisasi nilai-nilai multikuluralisme juga dapat dilakukan melalui materi pembelajaran sejarah. Materi sejarah di kelas tidak sekedar disampaikan tetapi juga dimaknai. Agar para siswa tidak hanya memiliki kecerdasan kognitif saja tetapi juga memiliki kecerdasan afektif yang baik. Sebagai contoh, materi pembelajaran sejarah tentang interaksi antara budaya islam, hindu, dan budha. Pemaparan materi tersebut tidak sekedar menyampaikan fakta-fakta. Para siswa juga harus dibimbing untuk memaknai setiap peristiwa sejarah yang terjadi. Dalam sejarahnya bangsa Indonesia dibangun atas dasar etnis dan agama yang beragam. Perlu adanya sikap saling menghargai, toleransi, dan kesadaran akan multi kultur. Begitupun guru harus mampu membawa nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran dikelas. Dalam interaksi di kelas para siswa juga diajarkan untuk memiliki kesadaran multikulturalisme sehingga tercipta kelas yang harmonis, minim konlik dan mengedepankan sikap saling menghargai ditengah-tengah kondisi bangsa Indonesia yang beragam ini.

E. Penutup

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan Internalisasi nilai-nilai multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah dapat berfungsi sebagai salah satu upaya membangun pola pikir siswa agar mampu mengakui dan menghargai keberagaman dalam suatu bingkai kesederajatan. Relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang multi kultur dan sejarah Indonesia yang juga dibangun atas perjuangan bersama dari berbagai etnis dan suku bangsa di tanah air. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti melalui pengembangan model- model pembelajaran dan mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dalam materi pembelajaran sejarah. Pengembangan model pembelajaran yang berbasis nilai-nilai mutikultural dapat dilakukan melalui pengembangan rencana pembelajaran, penyajian bahan ajar, mengembangkan metode dan pendekatan pembelajaran, serta menggunakan penilaian yang mampu mendorong siswa untuk meninternalisasikan nilai-nilai multikulturalisme ke dalam dirinya. Sedangkan internalisasi nilai-nilai multikuluralisme juga dapat dilakukan melalui materi pembelajaran sejarah. Materi sejarah di kelas tidak sekedar disampaikan tetapi juga dimaknai. Agar para siswa tidak hanya memiliki kecerdasan kognitif saja tetapi juga memiliki kecerdasan afektif yang baik. Daftar Pustaka Atmadja. 2003. Multikulturalisme dalam Perspektif Filsafat Hindu, di Sajikan dalam Seminar Damai Dalam Perbedaan, Singaraja, 5 Maret 2003 Banks, James A. 2005. Multicultural Education: Issues and Perspectives, Fifth Edition Update. USA : Wiley Hasyim, Dardiri dan Yudi Hartono. 2008. Pendidikan Multikultural di Sekolah. Surakarta: UNS Press Kollo, Moses. 2016. Integrasi Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran Sejarah: Studi Kasus pada SMA Kristen Mercusuar Kupang. UNS: Tesis Prodi S2 Pendidikan Sejarah Purwasito, Andrik. 2015. Komunikasi Multikultral. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rehayati, Rina. 2012. Filsafat Multikulturalisme Jhon Rawls. Jurnal Ushuluddin Vol. XVIII No. 2 Juli 2012 Samovar, Larry A, dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humatika Sunarto, Kamanto. 2004. Multicultural Education in Schools, Challenges in its Implementation, dalam Jurnal Multicultural Education in Indonesia and South EastAsia, edisi I, tahun 2004 Suparlan, Parsudi. 2002. Membangun Kembali “Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika”: Menuju Masyarakat Multikultural. Disajikan sebagai Keynote Address pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-3 di Universitas Udayana, Denpasar Bali, 16–19 Juli 2002 Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural Yogyakarta: Gavin Kalam Utama