Nilai – Nilai dan Aplikasi dalam Pembelajaran Sejarah Lokal
lokal yang ada dilingkungan peserta didik berada. Misalnya adalah tokoh lokal di Minangkabau yaitu Siti Manggopoh, dia adalah seorang pahalawan
wanita yang berasal dari Manggopoh, Sumatera Barat, ia pernah mengobarkan perlawanan terhadap kolonialis Belanda dalam perang yang dikenal sebagai
perang manggopoh, dia adalah sosok pahlawan Minangkabau yang berani dan tidak kenal takut dalam melawan Belanda, bahkan Siti Manggopoh
diberi julukan Singa Betina dari Minang. Dengan mengangkat tokoh lokal Siti Manggopoh dalam kajian sejarah lokal, akan membuat peserta didik lebih
mengenal pahlawan yang ada disekitar mereka yang bahkan sebelumnya mungkin tidak mereka ketahui, dengan biograi Siti Manggopoh seorang guru
dapat menanamkan nilai nilai, cinta tanah air, pantang menyerah dan nilai-nilai keberanian kepada peserta didik.
Tidak hanya Siti Manggopoh saja, guru juga bisa mengenalkan tokoh-tokoh lokal Minangkabau yang lainnya seperti, H Agus Salim, Sutan Syahrir, Buya
Hamka, Moh Hatta dan lainnya, dengan mengenalkan para tokoh tersebut, peserta didik akan semakin bangga dengan daerah mereka yang banyak sekali
melahirkan tokoh-tokoh hebat yang sudah diakui menjadi tokoh nasional dan memiliki peranan yang penting bagi Indonesia bahkan nama mereka juga
sudah tersohor sampai ke luar negeri. Banyak sekali nilai-nilai yang dapat diajarkan dari tokoh tersebut, seperti Moh Hatta, guru bisa mengajarkan
bagaimana nilai-nilai kepemimpinan dari sosok Hatta, nilai-nilai cinta tanah air, kesabaran, semangat yang tinggi dalam menggapai sesuatu, sosok yang
berani, bijaksana dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk bangsa ini. Dalam proses penyampaian materi, seorang guru bisa menggunakan metode ceramah
dan diskusi, dan dalam proses pembelajaran juga bisa melakukan kunjungan ketempat-tempat bersejarah yang berada dilingkungan peserta didik, misalnya
dalam mengenalkan sosok Moh Hatta, peserta didik dapat diajak melakukan kunjungan kerumah kelahiran Moh Hatta yang terletak di kota Bukittinggi,
dengan begitu peserta didik akan merasa dekat dengan sosok Hatta dan pembelajaran sejarah pun akan jauh lebih berkesan dan bermakna, tidak
hanya itu, dengan adanya lawatan sejarah akan meningkatkan kesadaran sejarah peserta didik, pembelajaran sejarah dengan kajian lokal ini akan
dapat menumbuhkan rasa bangga peserta didik terhadap daerahnya dan juga menumbuhkan semangat mereka untuk memajukan bangsa Indonesia seperti
yang sebelumnya telah dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut.
Wiriaatmadja dalam Mulyana, 2007 hlm: 219 mengatakan bahwa dalam penyajian sejarah lokal, guru akan memulai dengan entry behavior yang berawal
dari konsep siswa, dengan mengenal identitas dari etniknya, bahasanya, kepercayaannya, lingkungannya, dll. Guru akan memperkanalkan konsep-
konsep perberdaan dan persamaan yang wajar berkembang dalam social settingnya. Kemudian guru menunjukkan perbedaan dan persamaan yang yang
terdapat dalam lingkup nasional dengan mencakup diri siswa dan didaerah
didalamnya. Melalui pembelajaran sejarah lokal akan dapat mentransfer nilai-nilai yang dapat diberikan kepada peserta didik, seperti, cinta tanah air,
patriotisme, rala berkorban, pantang menyerah.
Teori pembelajaran yang bisa digunakan adalah teori Vygotsky, dimana dalam teorinya Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan
mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat antara lain, bahasa, sistem
matematika dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil
didalam bidang-bidang tersebut. Supardan, 2015, hlm 245. Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar dapat dijabarkan seperti
dalam pembelajarannya anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Vygotsky mencari
pengertian bagaimana anak-anak berkembang melalui proses belajar, dimana fungsi kognitifnya belum matang.
Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of Proximal Development dan guru memberikan kepada anak sejumlah besar bantuan
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada
perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak, dengan menekankan kepada pembelajaran
kerja kelompok, maka akan lebih efektif digunakan model pembelajaran kooperatif learning. Contohnya ketika peserta didik diberikan masalah kenapa
Siti Manggopoh melakukan perlawanan kepada Belanda, mereka akan mudah untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara berdiskusi dengan teman
sebaya.