Merencanakan pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran kunjungan sejarah lokal

D. Mengilustrasikan pengaruh peristiwa nasional dan dunia yang sedang diajarkan dengan cara mengambil contoh kejadian lokal agar lebih hidup Pertama, dalam tahapan ini guru diharuskan mampu memberi rangsanganstimulasi kepada siswa dengan cara menjelaskan materi Sejarah nasional dengan mengkaitkan dengan gejolak yang terjadi lingkungan lokal berdasarkan literatur yang sesuai. Dalam Buku Teks Sejarah Indonesia Semester 1 Tim Penyusun Puskurbuk, 2014 hlm 46 – 55 dijelaskan tentang periode Tanam Paksa Cultuur Stelsel yang di lakukan oleh pemerintahan Kerajaan Belanda di Hindia-Belanda yang berlangsung antara periode 1834 – 1900an setelah dikeluatkannya Lembaran Negara Staatsblad Tahun 1834 No. 22. Tujuan tanam paksa sendiri adalah mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari tanah Hindia-Belanda untuk mengisi kekosongan kas Negara Belanda. Peneliti sekaligus guru di sebuah sekolah Negeri di Kabupaten Bandung mencoba mengkaitkan peristiwa tersebut dengan gejolak yang terjadi dalam scoupe lokal pada periode tersebut yaitu kebijakan tanam paksa yang dinamakan preanger stelsel yang hanya dilakukan di wilayah priangan Jawa Barat. Kedua, agar pembelajaran lebih hidup guru mengkaitkan penjelasan materi dalam buku dan memperkuat materi tersebut dengan bukti sejarah yang dekat dengan siswa. Peneliti mengajukan pertanyaan yang tertulis di dalam Buku Teks untuk menghubungkan materi dengan bukti sejarah terdekat. Adapun buku teks yang digunakan adalah Buku Sejarah Indonesia Semester 1 dengan pertanyaan sebagai berikut : “Mencermati beberapa ketentuan yang tertulis, peratuan Tanam Paksa itu memang tidak begitu memberatkan rakyat. Tetapi bagaimana pelaksanaannya di lapangan? Coba lakukan penilaian secara kritis dan diskusikan dengan anggota kelompokmu, bagaimana realisasi dan pelaksanaan Tanam Paksa, yang dikatakan banyak penyelewengan itu?”. Tim Penyusun Puskurbuk, 2014 hlm 50 Ketiga, Setelah mengajukan pertanyaan tersebut siswa dan peneliti mendiskusikan jawaban dari pertanyaan mengenai pelaksanaan tanam paksa dan realisasi pelaksanaan tanam paksa di lingkungan sekitar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengidentiikasi Masalah Problem Statement berdasarkan buku sumber yang dimiliki siswa. Adapun yang tertulis dalam buku sumber adalah sebagai berikut : “Yang jelas pelaksanaan Tanam Paksa itu tidak sesuai dengan peraturan yang tertulis. Hal ini telah mendorong terjadinya tindak korupsi dari para pegawai dan pejabat yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa. Tanam Paksa telah membawa penderitaan rakyat. Banyak pekerja yang jatuh sakit. Mereka dipaksa fokus bekerja untuk Tanam Paksa, sehingga nasib diri sendiri dan keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian timbul bahaya kelaparan dan kematian di berbagai daerah. Misalnya di Cirebon 1843 - 1844, di Demak tahun 1849 dan Grobogan pada tahun 1850. Sementara itu dengan pelaksanaan Tanam Paksa ini Belanda telah mengeruk keuntungan dan kekayaan dari tanah Hindia. Dari tahun 1831 hingga tahun 1877 perbendaharaan kerajaan Belanda telah mencapai 832 juta gulden, utang- utang lama VOC dapat dilunasi, kubu-kubu dan benteng pertahanan dibangun. Belanda menikmati keuntungan di atas penderitaan sesama manusia. Memang harus diakui beberapa manfaat adanya Tanam Paksa, misalnya, dikenalkannya beberapa jenis tanaman baru yang menjadi tanaman ekspor, dibangunnya berbagai saluran irigasi, dan juga dibangunnya jaringan rel kereta api. Beberapa hal ini sangat berarti dalam kehidupan masyarakat kelak”. Tim Penyusun Puskurbuk, 2014 hlm 50 Berdasarkan kutipan di atas diperoleh informasi sebagai berikut : 1 Tanam paksa memberi dampak negatif diantaranya, membuat rakyat menderita dan hanya menguntungkan pihak penjajah; 2 tanam paksa memiliki dampak positif diantaranya munculnya beberapa tanaman baru yang dapat di ekspor dan dibangunnya sarana prasarana yang berguna bagi masyarakat sekitar. Keempat, guru membagi siswa menjadi empat kelompok berdasarkan barisan duduk. Selanjutnya guru memberikan lembar pertanyaan penelitian yang sudah direncanakan sebelumnya yang harus dijawab dalam waktu satu minggu. Dalam menjawab pertanyaan tersebut siswa harus melakukan langkah- langkah penelitian sejarah yang dikemukakan Sjamsuddin 2007a hlm 85 – 239 yakni Heuristik mengumpulkan data, Kritik, Interpretasi mengolah data dan Historiograi menuliskan jawaban pertanyaan penelitian.

E. Mengadakan kegiatan jelajah lingkungan lawatan;

Pada kegiatan ini para siswa berusaha menjawab pertanyaan penelitian yang dilakukan dalam waktu satu minggu di luar kegiatan belajar mengajar dengan cara melakukan kunjungan sejarah lokal yang bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian heuristik. Data penelitian akan diperoleh melalui wawancara dan pengamatan yang didokumentasikan dalam bentuk foto dan video pada saat melakukan kunjungan sejarah di lingkungan sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa. Perlu diketahui bahwa Sekolah Penelitian merupakan sekolah rujukan dan salah satu sekolah favorit di wilayah Bandung Selatan Secara geograis wilayah ini diapit oleh daerah wisata dan perkebunan seperti Kutawaringin, Ciwidey, Pasir Jambu, Cimaung, Pangalengan dan Cililin yang terkenal sebagai wilayah penghasil teh, kopi dan palawija dan pertanian padi. Selain perkebunan dan pertanian wilayah ini terkenal dengan komoditas perdagangan dan Industri garmen seperti Soreang, Katapang, Margahayu, Margaasih, Ciluncat dan Banjaran. Adapun siswa di kelas XI IPA 4 sendiri umumnya berasal dari wilayah Soreang, Kutawaringin, Katapang, Margahayu, Margaasih, Ciluncat, Banjaran, Cimaung, Pasir Jambu dan Ciwidey. Mengingat materi yang dibahas berkaitan dengan perkebunan kunjungan kesejarahan diarahkan pada tempat bersejarah yang dibangun atau digunakan pada masa Preanger Stelsel yang berada dilingkungan perkebunan dan pertanian di sekitar wilayah Soreang, Kutawaringin, Ciluncat, Cimaung, Pasir Jambu dan Ciwidey. F. Studi khusus dan mendalam mengenai berbagai aspek kesejarahan di sekitar lingkungan tempat tinggal siswa layaknya studi yang dilakukan oleh sejarawan profesional. Pada tahap ini siswa akan menjawab pertanyaan penelitian dengan melakukan tiga tahapan penelitian sekaligus. Pertama adalah kritik sumber yakni memilih data yang paling relevan dari semua data yang telah ditemukan berdasarkan literatur. Pada tahap ini siswa akan memilah peninggalan mana yang relevan dilihat dari tahun fungsinya. Sebagai contoh yang ditemukan dalam penelitian ada dua peninggalan masa penjajahan belanda yakni saluran irigasi dan rel kereta api yang melintasi wilayah soreang. Ketika ditelusuri irigasi yang ditemukan siswa dibangun setelah Indonesia merdeka sedangkan rel kereta api dibangun pada pertengahan abad 19 M. Berdasarkan bukti tersebut, peninggalan yang digunakan siswa untuk menjelaskan periode preanger stelsel adalah rel kereta api karena dibangun pada periode tanam paksa. Tahap selanjutnya adalah interpretasi dan historiograi yakni tahap merekonstruksi data-data yang relevan menjadi sebuah informasi sejarah – dalam hal ini menjadi jawaban pertanyaan yang relevan – yang kemudian informasi ini dituliskan menjadi sebuah karya tulis.

G. Hasil penelitian.

Pada bagian ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang dipresentasikan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan guru. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari kegiatan kunjungan kesejarahan, semua kelompok dapat menjelaskan bagaimana pelaksanaan Kebijakan Preanger Stelsel di Kabupaten Bandung dan relevansinya dengan Kebijakan Tanam Paksa yang bersifat nasional dengan alasan yang beragam sesuai dengan yang diharapkan pada pertanyaan pertama. Misalnya kelompok 1, 2 4 menyebutkan bahwa dalam prakteknya hampir tidak ditemukan perbedaan dalam proses penerapan dan kebijakannya menyengsarakan rakyat. Namun lain halnya dengan kelompok 3 yang menyebutkan terdapat komoditas khusus yang tidak ditemukan di wilayah lainnya diantaranya adalah kina, selain itu menurut kelompok dalam praktek tanam paksa dikenal beberapa tokoh Belanda yang itu memajukan kesejahteraan rakyat dan ilmu pengetahuan salah satunya adalah K.A.R Boscha. Selain itu di wilayah ini pula ditemukan beberapa lembaga penelitian diantaranya, lembaga penelitian teh dan kina di wilayah Gambung Ciwidey yang memberikan manfaat bagi Hindia-Belanda karena menghasilkan obat Malaria yang saat itu menjadi wabah yang mematikan. Selanjutnya, siswa juga mampu menemukan bukti peninggalan Preanger Stelsel di Kabupaten Bandung yang berada di sekitar sekolah dan tempat tinggal pada pertanyaan kedua diantaranya, ditemukannya perkebunan teh, kopi dan kina di wilayah Pasir jambu, Ciwidey dan Pangalengan. Selain itu ditemukan pula jalur kereta api yang menghubungkan kecamatan Banjaran, Ciluncat, Soreang, Pasir Jambu hingga Ciwidey yang tidak lagi digunakan. Terakhir yang paling menarik adalah siswa mampu membandingkan peninggalan Preanger Stelsel bagi masyarakat lokal dan nasional di masa lalu dan masa kini.dalam bentuk tabel. Ada beberapa kritik yang menarik berdasarkan fakta yang berhasil diungkap siswa mengenai jalur rel kereta api, komoditas teh dan kopi. Menurut Kelompok 2 yang memfokuskan penelitiannya di kecamatan Soreang dan Pasir Jambu menjelaskan hasil pengamatan dan kajian literatur sejarah lokal yang ditemukan di perpustakaan daerah Kabupaten Bandung menjelaskan bahwa jalur Kereta Api yang melintasi beberapa kecamatan di wilayah kabupaten bandung pada masa tanam paksa memiliki manfaat lokal mempermudah ditribusi hasil pertanian yang mempercepat kemajuan ekonomi yang menguntungkan pihak Kerajaan Belanda. Namun mirisnya rel kereta yang tidak lagi digunakan setelah terjadi kecelakaan kereta yang menelan korban jiwa pada tahun 1970. kelompok ini menyayangkan jalur yang tidak lagi digunakan ini kini beralih fungsi menjadi pemukiman padat penduduk yang kurang layak huni padahal masih memiliki nilai ekonomis sebagai jalur transportasi yang dapat mengurangi kemacetan di wilayah yang dilaluinya yang memiliki potensi wisata seperti kecamatan Ciwidey dan Pasir Jambu. Kelompok ini juga menyimpulkan bahwa pendapat di buku teks kurang tepat dengan yang ditemukan di lapangan. Adapun kelompok 4 lebih memfokuskan penelitian ke wilayah perkebunan the dan kopi di pangalengan. Kelompok ini berpendapat bahwa pada masa tanam paksa Preanger stelsel perkebunan kopi Malabar yang ditemukan dipangalengan memiliki dampak ekonomis yang tinggi bagi pemerintah belanda namun tidak bagi penduduk lokal. Bahkan menurut hasil wawancara dengan warga lokal yang berprofesi sebagai petani kopi pribumi yang ingin menikmati kopi sampai menyeduh daun kopi yang dikeringkan yang disebut dengn istilah kopi daun. Tidak jauh berbeda dengan saat ini meskipun tidak lagi menyeduh kopi daun dan mampu menikmati kopi yang ditanamnya namun petani kopi tersebut mengaku hasil panennya belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari karena harga yang ditawarkan tengkulak sangatlah rendah. Berbeda hasil produksi susu sapi yang dikelola KPBS dan teh yang dikelola PTPN VII, perkebunan kopi di Pangalengan meski memiliki kualitas yang baik namun masih belum