Metode Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia.

akan jati diri bangsa dalam perjalanan sejarahnya akan menumbuhkan kemauan bekerja keras untuk diri sendiri dan demi bangsa, membangkitkan minat dan inspirasi dari kisah kepahlawanan tokoh-tokoh nasional dan melatih pola berpikir rasional-kritis-empiris. Pengetahuan sejarah yang matang mendatangkan pengajaran atau pendidikan, sebab ‘sejarah itu mendidik’ Wineburg, 2006:37. Dengan mengetahui segala aktiitas kehidupan dan tindak tanduk manusia di masa lalu, seseorang akan menemukan makna peristiwa dan pengalaman hidup manusia terdahulu. Makna atau arti penting peristiwa terletak pada signiikansi peristiwa tersebut Denison, 2011: 47 bagi kehidupan seseorang atau kelompok. Signiikasi peristiwa sejarah ditunjukkan oleh nilai-nilai moral yang tersirat di balik peristiwa maupun dari dampak peristiwa itu bagi kehidupan. Kemampuan menggali nilai-nilai moral dan karakter dari sebuah peristiwa atau pengalaman sejarah bangsa mereleksikan kesadaran sejarah yang mendalam. Kesadaran ini pada akhirnya menumbuhkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, pematangan emosional, kepekaan perasaan menghargai perbedaan dan lain sebagainya. Dalam konteks pembelajaran, para pendidik sejarah perlu memahami betul bahwa pembelajaran sejarah menekankan penanaman nilai-nilai melalui pengetahuan masa lalu. Pengetahuan akan nilai-nilai moral kehidupan dari pengalaman masa lalu adalah bekal untuk memperbaiki kualitas diri melalui proses internalisasi. Dengan mengingat masa lalu seseorang berbuat lebih baik di masa mendatang Pownal, 2007: 26. Kesadaran sejarah dapat menumbuhkan kepribadian yang kuat, tegar, berkarakter. Realisasi pendidikan karakter terhadap kesadaran sejarah peserta didik terlihat dari keluasan pengetahun sejarah, keterampilan menemukan nilai-nilai moral di balik peristiwa sejarah serta kemauan peserta didik menginternalisasi nilai-nilai moral tersebut. Aspek-aspek ini mencerminkan aspek pendidikan karakter dalam hal kesadaran sejarah yang dijabarkan dari pemikiran Lickona. Lickona membagi pendidikan karakter ke dalam tiga aspek, yakni moral knowing pengetahuan moral, moral feeling perasaan moral dan moral action tindakan moral. Moral knowing ditunjukkan oleh pengetahuan sejarah, moral feeling ditunjukkan oleh analisis terhadap nilai-nilai moral dari peristiwa sejarah, dan moral action ditunjukkan oleh internalisasi nilai-nilai moral dari peristiwa sejarah. Upaya untuk mewujudkan ketiga aspek ini dalam meningkatkan kesadaran sejarah dalam pembelajraan sejarah dapat dilakukan melalui pembelajaran biograi. Biograi berisi cerita tentang peristiwa atau pengalaman hidup seseorang yang disorot dari berbagai aspek, termasuk analisis terhadap kepribadian orang tersebut. Pengalaman hidup setiap orang tidaklah sama dan juga tidak terkira banyaknya. Ada pengalaman baik dan ada pengalaman buruk, dan semua pengalaman itu selalu ada nilai moralnya baik untuk ditiru maupun untuk dihindari. Baik buruk pengalaman masa lalu seseorang, apakah dia pemimpin bangsa atau hanya orang biasa semuanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran dalam kehidupan.

D. Biograi: Penggugah Kesadaran Sejarah untuk Membina Karakter Peserta Didik

Biograi adalah riwayat atau kisah hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Biograi berisi deskripsi komprehensif tentang kumpulan catatan hidup seseorang, mencakup lebih dari sekedar fakta mendasar seperti pendidikan, pekerjaan, relasi, dan akhir kehidupan seseorang. Kronik kehidupan seseorang menempati urutan yang sangat penting dalam sebuah biograi. Waktu, tempat, konteks perkembangan, kemampuan memanfaatkan keadaan adalah hal-hal yang disorot dalam sejarah kehidupan seseorang dan dilihat sebagai progres yang linear. Nilai-nilai karakter yang terpancar dari pengalam hidup dan kepribadian seorang tokoh sangat relevan dijadikan suri teladan bagi generasi mendatang. Dalam konteks pembelajaran sejarah biograi merupakan media belajar yang efektif untuk menggugah kesadaran sejarah peserta didik. Dalam kaitannya dengan kesadaran sejarah, biograi menyajikan peran yang menantang, terutama berkaitan dengan pertanyaan epistimologis mengenai bagaimana pengetahuan dibangun melalui inkuiri terhadap biograi Kransi, 2006: 8. Hal ini muncul karena biograi sering kali atau sebagian besar didasarkan pada isu apa yang dikatakan orang lain atau apa yang dikatakan oleh tokoh dan jarang yang berpijak pada proses penelitian mendalam berdasarkan bukti atau fakta yang ada. Kondisi ini menjadi tantangan yang menarik dalam pembelajaran biograi. Ide dasarnya adalah perlunya menggagas ulang peran biograi khususnya untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Pendidik dan peserta didik mesti terlibat aktif dalam inkuiri biograi. Proses inkuiri terhadap fakta sejarah dalam biograi memerlukan keawasan. Biograi menjadi katalisator untuk membentuk kesadaran diri dalam memanfaatkan peluang untuk merekonstruksi ulang biograi tokoh tertentu Kransi, 2006: 21. Untuk memperoleh pengetahuan sejarah yang mumpuni peserta didik diajak mencermati, mengkaji ulang, bahkan menyelidiki lagi lebih mendalam biograi dengan bersandar pada fakta dan bukti yang tak terbantahkan. Meneliti kehidupan nyata seseorang harus disertai dengan bukti Kransi, 2006: 13, bukan pada rekaan imajinasi untuk sekedar mengagung-agungkan orang yang ditulis biograinya. Melalui pembelajaran biograi peserta didik membangun pengetahuanya sendiri dari artefak, objek, dan narasi yang berasal dari beragam sumber ataupun arsip Kransi, 2006: 24. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan, semakin bertambah kesadaran akan pengetahuan tersebut.