simulasi dalam bentuk permain monopoli. Perwakilan tersebut akan memainkan dadu yang telah disiapkan dan anggota kelompok
lainnya akan menjawab pertanyaan seputar materi sejarah. Guru mengarahkan siswa untuk memilih nilai-nilai yang ada dalam
materi. Guru dan siswa menerapkan VCT fase I.
4. Fase keempat: membimbing kelompok Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan
siswa dalam permainan simulasi. Guru memberi arahan untuk menerapkan fase III dari model simulasi yaitu melanjutkan
permainan simulasi saling bergantian mengocok dadu dan menjawab pertanyaan antara kelompok satu dengan kelompok 2. Siswa boleh
saling beradu argumen atau menguatkan pendapat siswa lain. Penerapan fase II VCT, siswa menjunjung tinggi dan menghargai
nilai-nilai pilihannya dan mengutarakannya dalam diskusi saat simulasi.
5. Fase kelima: evaluasi dan releksi hasil diskusi Guru menerapkan fase IV model simulasi yaitu mengevaluasi
jalannya simulasi, memberi masukan-masukan kepada siswa, dan meluruskan argumen-argumen dari siswa. Guru membandingan
materi simulasi dengan kejadian nyata dan menilai jalannya simulasi. Siswa menerapkan fase III VCT yaitu bertindak sesuai dengan nilai
yang telah dipilihya.
b. Sistem Sosial Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk menyampaikan
pendapat atau menyanggah pendapat siswa lain. Guru bersikap kooperatif dan demokratis.
c. Prinsip Reaksi Prinsip reaksi diterapkan untuk memudahkan siswa dalam
menyiapkan bahan diskusi untuk simulasi. Harapannya siswa mampu bekerjasama dengan baik dan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
d. Sistem pendukung Media pendukung pembelajaran berupa perlengkapan permainan
simulasi yang berupa dua buah dadu, dua buah tanda jalan berwarna hijau dan merah bisa warna lain, tempat mengocok dadu, alas
permainan simulasi, dan kartu-kartu pertanyaan seputar materi sejarah yang dikaitkan dengan nilai-nilai.
e. Dampak Pengiring Dampak pengiring kombinasi model simulasi dan pendekatan
VCT diharapkan mampu meningkatkan ketertarikan siswa dan mempermudah siswa dalam memahami materi sejarah.
D. Kesimpulan
Model simulasi dalam bentuk permainan monopoli memiliki tahapan- tahapan yang jelas dan menarik jika diterapkan dalam pembelajaran. Pendekatan
VCT perlu diimplementasikan dalam pembelajaran khususnya sejarah karena berperan dalam pembentukan karakter peserta didik. Kombinasi keduanya
menghasilkan pembelajaran yang menarik, inovatif, dan kreatif serta memberikan cara mengajar baru bagi para guru yang berbeda dari metode mengajar yang biasa
diterapkan. Peran guru sebagai fasilitator tampak jelas dan peran aktif siswa dalam pembelajaran lebih ditonjolkan. Guru bukan lagi sebagai sumber pengetahuan
utama bagi siswa karena siswa dituntut aktif mencari sumber pembelajaran dan menganalisis materi sejarah yang diajarkan melalui diskusi kelompok yang
termasuk dalam rangkaian permainan simulasi.
Daftar Pustaka
Adisusilo, S. 2014. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Rajawali Press. Calhoun, Joyce, Weil. 2009. Model of Teaching: Model-Model Pengajaran: Edisi
ke delapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2012. Model of Teaching: Model-Model Pengajaran: Edisi ke delapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Eggen, P Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten daan Keterampilan Berpikir: Edisi ke enam. Jakarta: Indeks. Hall, B. 1973. Value Clariication as Learning Process. New York: Paulist Press.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sayono, L. 2006. Panduan PPL Pendidikan Sejarah. Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang.
Schunk, Dale H. 2012. Learning heories An Educational Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Subakti, Y R. 2010. “Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme”. Dalam Jurnal Spps Vol 24 No 1 April 2010. Hal. 60-73.
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Aswaja Press.
Pembelajaran Sejarah Lokal, Nilai-Nilai dan Aplikasi
Anisa Yuliana, S.Pd
Program Studi Pendidikan Sejarah, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, anisayulianastudent.upi.edu
Abstrak
Pembelajaran sejarah adalah sebuah mata pelajaran yang didalamnya terkandung banyak makna dan nilai-nilai yang bisa ditanamkan kepada
peserta didik, namun penanaman nilai tersebut tidaklah mudah untuk diserap oleh mereka, jika guru masih menggunakan pembelajaran yang
bersifat konvensional, yaitu pembelajaran yang hanya mengungkapkan fakta dan peristiwa yang jauh dari realita. Proses penanaman nilai-nilai
dalam pembelajaran sejarah akan mudah diterima dan dimaknai oleh peserta didik dengan pembelajaran dan peristiwa yang dekat dengan
lingkungan mereka berada, salah satunya dengan pembelajaran sejarah lokal. Kajian lokal yang bisa diajarkan kepada peserta didik dapat berupa
peristiwa lokal maupun tokoh lokal yang ada dilingkungan peserta didik, misalnya, Siti Manggopoh Manggopoh, Sumatera Barat. Pembelajaran
sejarah lokal ini, dapat meningkatkan kesadaran, dan pemahaman murid tentang daerah mereka masing-masing, yang akan menimbulkan
kebanggaan tersendiri bagi mereka, dan yang terpenting adalah dapat meningkatkan rasa cinta kepada tanah air yang kaya akan budaya dan
sejarahnya. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah lokal ini adalah metode Ekskursi dan juga menggunakan teori-teori belajar
yang dapat mendukung proses pembelajaran, yaitu salah satunya adalah teorinya Vygotsky.
Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah, Sejarah lokal, Teori Vygotsky A. Pendahuluan
Pendidikan memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam membangun sebuah bangsa, melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun bangsanya kearah yang lebih baik. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab, dan melalui pendidikan juga, dapat ditanamkan nilai- nilai positive kepada peserta didik. Upaya dalam penanaman nilai-nilai tersebut
dapat diberikan dan diajarkan kepada peserta didik yaitu salah satunya dengan pembelajaran sejarah.