Munculnya Nasionalisme Indonesia Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia.

dan mengucilkan. 4 Kekhawatiran manakala pendidikan barat bisa berdampak buruk bagi pemikiran masyarakat Indonesia yang semakin membela pendudukan Pemerintah Kolonial Belanda. Pada perkembanganya kekhawatiran tersebut justru berbalik karena pendidikan barat justu mengobarkan semangat untuk mengubah keadaan. Gairah untuk mengubah keadaan semakin besar dengan semakin banyaknya kaum terpelajar Indonesia. Kaum terpelajar tidak hanya berasal dari kaum Priyayi akan tetapi juga berasal dari masyarakat biasa yang mempunyai semangat belajar tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya pelajar dari Indonesia yang belajar di Eropa khususnya di Belanda yang diimbangi dengan banyaknya sekolah-sekolah yang didirikan di Indonesia baik oleh Pemerintah Kolonial Belanda maupun dari swasta. Semangat nasionalisme masyarakat Indonesia terwujud melalui pembentukan organisasi-organisasi yang bersifat nasional maupun kedaerahan. Organisasi nasional pertama yang terbentuk adalah Budi Utomo yang terdiri para mahasiswa sekolah dokter STOVIA Jawa dan Madura. Ketidakpuasan terhadap Budi Utomo yang hanya sebatas perkumpulan mahasiswa dan priyayi Jawa dan Madura ini memicu munculnya organisasi- organisasi lain di Indonesia. Sarekat Islam kemudian berdiri dan memiliki anggota para pedagang di seluruh Indonesia. Organisasi lain yang muncul kemudian adalah Indische Partij IP pada 1912 yang didirikan oleh tokoh tiga serangkai yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Soewardi Soeryaningrat dan Tjipto Mangoenkoesomo. IP merupakan organisasi politik pertama yang lahir di Indonesia dengan sikap non-kooperatif. Pada perkembangannya lahirnya IP ini memicu terbentuknya organisasi politik lain di Indonesia seperti Perhimpunan Indonesia, PNI, PKI, dan sebagainya. Organisasi politik yang berkembang demikian pesatnya di Indonesia memicu semangat nasionalisme yang tinggi dari waktu ke waktu. Cita-cita Indonesia yang merdeka tertuang dalam manifesto politik dari Perhimpunan Indonesia yang terdiri dari mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda. Perhimpunan Indonesia melalui majalahnya Indonesia Merdeka melakukan manifesto politiknya terhadap para pembacanya. Peristiwa sederhana ini sekaligus mengatakan tiga hal yang fundamental—adanya sebuah bangsa yang bernama Indonesia, adanya sebuah negeri yang bernama Indonesia, dan bangsa ini menuntut kemerdekaan bagi negerinya. 5 Perhimpunan Indonesia seolah menjadi organisasi pelopor yang bersifat radikal kepada Pemerintah Kolonial Belanda. Mahasiswa-mahasiswa yang berada di Belanda seolah menjadi contoh nyata bagi terciptanya organisasi-organisasi radikal yang lain di Indonesia. Organisasi-organisasi politik di Indonesia khususnya pada tahun 1920-an merupakan contoh nyata bentuk nasionalisme yang tinggi dari para pemuda 4 R.E. Elson. he Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2009, hlm. 12. 5 Sartono Kartodirdjo. Sejak Indische Sampai Indonesia. Jakarta: Kompas. 2005, hlm. xii. Indonesia. Nasionalisme yang terbentuk pada awal abad XX sudah semestinya menjadi bahan rujukan pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dewasa ini. Masyarakat Indonesia harus menghargai dan menanamkan kembali semangat nasionalisme itu walaupun sudah berbeda konteks jaman. Indonesia dewasa ini sangat rawan terhadap perpecahan karena mulai lunturnya semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme masyarakat Indonesia yang mulai luntur dewasa ini harus dikembalikan lagi supaya tidak terjadi disintegrasi bangsa. Masyarakat Indonesia harus meningkatkan kembali nasionalismenya untuk menghargai para pendahulu yang telah bersusah payah dalam memperoleh kemerdekaan Indonesia.

C. Multikulturalisme Masyarakat Indonesia

Multikultur memiliki arti singkat banyak kebudayaan. Istilah budaya dalam konteks ini menunjuk seluruh tatanan kehidupan: suatu keseluruhan kompleks, meliputi bahasa, budaya material atau teknologi, pranata sosial, dan nilai-nilai kegamaan, moral, dan estetika. 6 Masyarakat multikultur merupakan masyarakat yang memiliki banyak kebudayaan. Multikultur terbentuk lewat proses interaksi dan komunikasi antarindividu dalam masyarakat yang mempunyai beragam kultur: dari mikrokultur kelompok, subkultur etnik, makrokultur nasional sampai pada superkultur global. 7 Multikultur dapat diartikan sebagai sebuah dinamika kultur yang terdapat dalam masyarakat. Dalam sebuah kultur pasti terdapat beberapa pihak yang tidak sejalan dengan kultur masyarakatnya. Penolakan terhadap kultur sebelumnya itulah yang kemudian melahirkan kultur yang lain. Multikulturalisme masyarakat Indonesia sudah semestinya bukan menjadi masalah yang dapat mengancam persatuan bangsa. Multikulturalisme harus dijaga sebagai kekayaan budaya yang harus dilestarikan bangsa. Masyarakat Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan harus kembali melihat sejarah nasionalisme Indonesia yang mulai tumbuh pada awal abad XX meskipun terdiri dari masyarakat yang multikultur. Multikultur itu tercermin dengan adanya kalangan nasionalis, islamis, dan komunis. Kaum nasionalis menekankan pada kemerdekaan Indonesia yang demokratif. Kaum islamis memilih Indonesia sebagai negara yang berlandaskan hukum Islam. Kemudian golongan yang tidak kalah pentingnya dalam sejarah pergerakan Indonesia adalah kaum komunis. Meskipun arus komunis bisa dilihat sebagai alternatif terhadap nasionalisme, gerakan komunis Indonesia tetap mengedepankan revolusi 6 J.E. Goldthorpe. Sosiologi Dunia Ketiga Kesenjangan dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992, hlm. 281. 7 Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2015, hlm. 136. bagi rakyat yang hanya tercakup dalam batas-batas Hindia-Belanda. 8 Pada dasarnya ketiga golongan ini mempunyai cita-cita yang sama untuk Indonesia merdeka dan berdaulat tetapi melalui cara yang berbeda-beda. Peran lain yang tak bisa dipisahkan tentu saja adalah golongan campuran. Masyarakat pribumi golongan dan golongan campuran atau disebut kaum indo bahu membahu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Indische Partij pimpinan tiga serangkai dapat merepresentasikan perjuangan kaum indo, pribumi, peranakan Tionghoa dsb. Douwes Dekker mencoba menyatukan Hindia berdasarkan kesetaraan kemanusiaan sekuler yang tak memandang perbedaan bangsa, ras, agama, intelektualitas, atau budaya. 9 Nasionalisme yang terbentuk pada awal abad ke XX sudah tidak melihat lagi dari mana dia berasal tetapi lebih pada persamaan nasib. Perkumpulan-perkumpulan pemuda di berbagai daerahpun tidak bisa dilepaskan peranannya terhadap kemajuan berpikir pemuda dalam mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia. Perkumpulan pemuda yang mempunyai anggota cukup banyak ialah seperti Jong Java, Jong Sumatran, dsb. Awalnya organisasi-organisasi pemuda di Indonesia bersifat kedaerahan. Pada perkembangannya organisasi pemuda yang bersifat nasionalpun lahir dengan berdirinya Jong Indonesia. Puncak dari gerakan pemuda tentu adalah diadakannya kongres pemuda I dan II yang kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Dalam kongres pemuda Indonesia pertama tahun 1926, M. Yamin sebagai salah seorang pembicara menyampaikan gagasan mengenai satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. 10 Salah satu unsur yang menarik pada gagasan ini adalah mengenai bahasa persatuan mengingat pada saat itu Indonesia belum memiliki bahasa persatuan. M. Yamin pada saat itu mengusulkan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Usulan ini ditolak oleh M. Tabrani dengan alasan pada isi ketiga berbeda dengan yang pertama dan kedua. Singkat cerita usulan mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuanpun diganti dengan Bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 1928. Peristiwa ini kemudian menjadi awal lahirnya bahasa Indonesia mengingat pada saat itu belum lahir bahasa Indonesia seperti yang kita kenal saat ini.

D. Nasionalisme sebagai Pembelajaran Pendidikan dan Multikultural

Nasionalisme dalam kaitannya terhadap pembelajaran pendidikan dan multikultulturalisme memiliki posisi yang sangat penting. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan inti menciptakan generasi penerus yang dapat 8 Jacques Bertrand. Nasionalisme dan Konlik Etnis di Indonesia. Yogyakarta: Ombak. 2012, hlm. 50. 9 J.E. Elson. Op.cit., hlm. 25. 10 M.S. Arief, dkk. Jejak Langkah Pergerakan R. Katjasungkana. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda. 2015, hlm. 21. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Eksistensi persatuan Indonesia tentunya sangat bergantung pada para generasi penerus. Generasi penerus bangsa Indonesia harus di didik sejak awal tentang pentingnya sebuah nasionalisme Indonesia. Hal ini mengingat masyarakat Indonesia sangat rentan terhadap terjadinya konlik karena masyarakatnya yang multikultur. Masyarakat multikultur jika tidak ada penanganan yang baik akan menciptakan sebuah konlik di dalam kehidupannya. Albion Small, mengatakan bahwa konlik terjadi akibat kompetisi dari individu dan kelompoknya dalam memperoleh kepentingannya. Small memberi perhatian khusus pada persaingan dari kepentingan yang terorganisir secara sosial pada level lokal, melihat proses sosial yang berskala besar sebagai hasil dari persaingan diantara kelompok kecil ini. 11 Konlik didalam masyarakat plural pada dasarnya tidak dapat dihindarkan tergantung pada skala kecil maupun besarnya sebuah konlik tersebut. Cunningham mengidentiikasikan tiga kecenderungan pluralisme sebagai berikut: Yang pertama adalah melakukan pendekatan yang sedikit demi sedikit dan mengamati saling keterkaitan antara tipe-tipe konlik dan penjelasan- penjelasan tentang keyakinan. Yang lain memanfaatkan teori permainan, di mana model-model yang disederhanakan hanya menyertakan konlik tertentu. Kecenderungan ketiga yang dominan dalam literatur pluralisme, adalah untuk bergerak menuju teori kesetimbangan fungsionalis: tantangan terhadap politik oleh satu kelas atau kelompok membawa pada pencarian kesetimbangan baru sementara fungsi-fungsi politik menjaga kedamaian di antara kepentingan- kepentingan yang berseteru. 12 Indonesia sebagai masyarakat yang plural dan multikultur tentunya dihadapkan pada rawannya terjadinya konlik pada masyarakatnya. Beberapa tahun belakangan ini seringkali dijumpai terjadinya konlik pada masyarakat Indonesia. Konlik tersebut diantaranya seperti konlik di Sampit, Kalimantan Tengah yang melibatkan etnis Madura dengan dengan suku Dayak. Konlik Sampit tentunya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia karena dari konlik tersebut sangat rawan terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Konlik Sampit di Kalimantan Tengah hanyalah salah satu contoh yang menggambarkan mulai lunturnya nilai nasionalisme Indonesia di masyarakat Indonesia. Lunturnya nilai-nilai nasionalisme masyarakat Indonesia pada dasarnya sudah bisa dilihat dari dunia pendidikan Indonesia. Kalangan pelajar pada saat ini agaknya sudah mulai melupakan persatuan dan kesatuan bangsa. Seringkali kita melihat adanya tawuran antar pelajar di berbagai daerah. Tawuran pelajar seperti ini tentu merupakan sebuah bibit-bibit awal bagi 11 John Scott. Teori Sosial Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012, hlm. 140. 12 Ronald H. Chilcote. Teori Perbandingan Politik Penelusuran Paradigma. Jakarta: Rajagraindo Persada. 2010, hlm. 480.