pembelajaran. Penerapan VCT mempermudah siswa dalam memahami nilai- nilai yang terkandung dalam materi sejarah.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
2. Bagaimanakah penjabaran tentang model simulasi? 3. Bagaimanakah penjabaran tentang pendekatan klariikasi nilai atau
value clariication technic? 4. Bagaimanakah bentuk kombinasi model simulasi dan pendekatan VCT
dalam pembelajaran sejarah?
B. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur untuk menyusun rancangan kombinasi model simulasi dan pendekatan value
clariication technic. Literatur yang digunakan di antaranya: konsep model simulasi, pendekatan value clariication technic, dan pembelajaran sejarah.
Konsep model simulasi memuat tentang susunan teknis dari langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan model simulasi yang dikombinasikan dengan
pendekatan value clariication technic. Kombinasi tersebut akan diterapkan dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan materi sejarah yang dipilih.
C. Pembahasan 1. Model Simulasi
Model simulasi sering digunakan dalam pembelajaran di kelas medis maupun teknik. Simulasi yang diterapkan menggunakan contoh real cara kerja
menangani pasien pada kelas medis dan memperbaiki atau merancang benda- benda pada kelas teknik. Selain dengan pemodelan langsung dari subyek,
model simulasi dalam pendidikan juga bisa diimplementasikan melalui sebuah permainan seperti monopoli. Model simulasi memberikan ruang yang lebih
untuk siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas.
Ahli psikologi bidang sibernetik mengemukakan bahwa simulasi pendidikan memudahkan siswa untuk mempelajari pengalaman yang tersimulasi simulated
experience yang dirancang dalam bentuk permainan daripada dalam bentuk penjelasan-penjelasan atau ceramah dari guru. Guru harus mengontrol
partisipasi siswa dalam permainan untuk memastikan bahwa keuntungan simulasi benar-benar bisa di dapatkan. Guru harus memandang simulasi sebagai
keadaan yang menuntut partisipasi aktif siswa dan sebab itulah ada kebebasan untuk berubah dan siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk berbicara
Weil Calhoun, 2009: 440-441.
Prinsip-prinsip simulasi menjelaskan contoh dari berbagai hal seperti permainan, kompetisi, kerjasama, dan beberapa hal yang dilakukan oleh
perseorangan dengan standar pribadi. Kompetisi sangatlah penting dalam permainan besar seperti monopoli karena bisa mensimulasi aktivitas spekulator
dalam real estate dan menggabungkan beberapa unsur spekulasi kehidupan nyata. Hampir semua simulasi bergantung dan ditentukan oleh sofware, yaitu:
sebuah permainan yang memiliki beragam perlengkapan Weil Calhoun, 2009: 435.
Sistem kerja model simulasi termasuk dalam tipe cooperative learning karena siswa bekerja dalam kelompok-kelompok. Siswa harus bekerjasama
sama dalam kelompok yang heterogen, memilih ketua kelompok, saling bertukar ide dan gagasan, dan mengatur pembagian tugas. Menurut Robert E.
Slavin 2005: 201, pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan
pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
Perlengkapan simulasi untuk pembelajaran di kelas yang mengadopsi permainan monopoli meliputi: dua buah dadu, dua buah tanda jalan berwarna
hijau dan biru, kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembelajaran, lembar permainan monopoli, dan peraturan permainan
simulasi. Materi simulasi bersumber dari materi pembelajaran yang berasal dari buku teks, LKS, internet, dan lain sebagainya sesui dengan kompetensi dasar
yang telah ditentukan oleh guru.
Tabel 1. Struktur Pengajaran Model Simulasi
Tahap Pertama: Orientasi
Tahap Kedua: Latihan Partisipasi
1. Menyajikan topik luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai
dalam aktivitas simulasi. 2. Menjelaskan simulasi dan permainan.
3. Menyajikan ikhtisar simulasi. 1. Membuat skenario aturan, peran,
prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipilih, dan tujuan.
2. Menugaskan peran. 3. Melaksanakan praktik dalam jangka
waktu yang singkat.
Sumber: Weil Calhoun, 2009: 442
2. Value Clariication Technic atau Klariikasi Nilai
VCT Value Clariication Technic dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa Sanjaya, 2014: 283-284.
Senada dengan deinisi sebelumnya, Hall 1973 mengatakan bahwa Value Clariication Technic VCT merupakan cara atau proses pendidik membantu
peserta didik menemukan sendiri nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku, perbuatan serta pilihan-pilihan penting yang dibuatnya.
Menurut Hall pendekatan pembelajaran nilai mampu mengantar peserta didik, mengarahkannya pada keterampilan dan kemampuan untuk menentukan nilai-
nilai hidup sesuai dengan tujuan hidupnya dan menginternalisasikannya dan menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan bersikap.
Materi pembelajaran dalam rumpun ilmu sosial terutama mata pelajaran sejarah, mengandung banyak nilai-nilai yang harus dipahami oleh peserta didik.
Nilai-nilai tersebut di antaranya nilai kepemimpinan dari tokoh pendiri bangsa atau raja-raja masa tradisional, nilai moral, dan nilai-nilai yang terkandung
dalam nilai-nilai karakter seperti: 1 religius; 2 jujur; 3 toleransi; 4 disiplin; 5 kerja keras; 6 kreatif; 7 mandiri; 8 demokrasi; 9 rasa ingin tahu; 10
semangat kebangsaan; 11 cinta tanah air; 12 menghargai prestasi; 13 bersahabat; 14 cinta damai; 15 gemar membaca; 16 peduli lingkungan;
17 peduli sosial; dan 18 tanggung jawab Samani dan Hariyanto, 2012: 52.
Penting bagi peserta didik untuk memilih dan mendalami nilai-nilai yang mereka pelajari karena berpengaruh pada pola pikir dan tindakan sehari-
hari. Penanaman nilai melalui pembelajaran dengan pendekatan klariikasi
Tahap Ketiga: Pelaksanaan Simulasi
Tahap Empat: Wawancara Partisipan Satu atau
Semua Aktivitas Berikutnya
1. Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan.
2. Mendapatkan umpan balik dan evaluasi mengenai penampilan dan pengaruh
keputusan. 3. Menjelaskan kesalahan konsepsi.
4. Melanjutkan simulasi. 1. Menyimpulkan kejadian dan persepsi.
2. Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan.
3. Menganalisis proses. 4. Membandingkan aktivitas simulasi
dengan dunia nyata. 5. Menghubungkan aktivitas simulasi
dengan materi pelajaran. 6. Menilai dan merancang kembali
simulasi