HasilPembahasan: Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia.

maupun untuk dihindari. Baik buruk pengalaman masa lalu seseorang, apakah dia pemimpin bangsa atau hanya orang biasa semuanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran dalam kehidupan.

D. Biograi: Penggugah Kesadaran Sejarah untuk Membina Karakter Peserta Didik

Biograi adalah riwayat atau kisah hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Biograi berisi deskripsi komprehensif tentang kumpulan catatan hidup seseorang, mencakup lebih dari sekedar fakta mendasar seperti pendidikan, pekerjaan, relasi, dan akhir kehidupan seseorang. Kronik kehidupan seseorang menempati urutan yang sangat penting dalam sebuah biograi. Waktu, tempat, konteks perkembangan, kemampuan memanfaatkan keadaan adalah hal-hal yang disorot dalam sejarah kehidupan seseorang dan dilihat sebagai progres yang linear. Nilai-nilai karakter yang terpancar dari pengalam hidup dan kepribadian seorang tokoh sangat relevan dijadikan suri teladan bagi generasi mendatang. Dalam konteks pembelajaran sejarah biograi merupakan media belajar yang efektif untuk menggugah kesadaran sejarah peserta didik. Dalam kaitannya dengan kesadaran sejarah, biograi menyajikan peran yang menantang, terutama berkaitan dengan pertanyaan epistimologis mengenai bagaimana pengetahuan dibangun melalui inkuiri terhadap biograi Kransi, 2006: 8. Hal ini muncul karena biograi sering kali atau sebagian besar didasarkan pada isu apa yang dikatakan orang lain atau apa yang dikatakan oleh tokoh dan jarang yang berpijak pada proses penelitian mendalam berdasarkan bukti atau fakta yang ada. Kondisi ini menjadi tantangan yang menarik dalam pembelajaran biograi. Ide dasarnya adalah perlunya menggagas ulang peran biograi khususnya untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Pendidik dan peserta didik mesti terlibat aktif dalam inkuiri biograi. Proses inkuiri terhadap fakta sejarah dalam biograi memerlukan keawasan. Biograi menjadi katalisator untuk membentuk kesadaran diri dalam memanfaatkan peluang untuk merekonstruksi ulang biograi tokoh tertentu Kransi, 2006: 21. Untuk memperoleh pengetahuan sejarah yang mumpuni peserta didik diajak mencermati, mengkaji ulang, bahkan menyelidiki lagi lebih mendalam biograi dengan bersandar pada fakta dan bukti yang tak terbantahkan. Meneliti kehidupan nyata seseorang harus disertai dengan bukti Kransi, 2006: 13, bukan pada rekaan imajinasi untuk sekedar mengagung-agungkan orang yang ditulis biograinya. Melalui pembelajaran biograi peserta didik membangun pengetahuanya sendiri dari artefak, objek, dan narasi yang berasal dari beragam sumber ataupun arsip Kransi, 2006: 24. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan, semakin bertambah kesadaran akan pengetahuan tersebut. Biograi sejarah mestilah bersandar pada pengetahuan atas fakta-fakta dan diperkuat oleh bukti atau peninggalan dari tokoh yang ditulis. Semua aspek kehidupan dan pengalaman tokoh ditulis dengan jelas dan sistematis, dan pastinya disertai dengan bukti berupa foto-foto atau sumber lain yang relevan. Orang pembaca tentu akan lebih mempercayai kisah perjalanan hidup seseorang jika terlihat jelas buktinya ketimbang cerita lepas tanpa bukti yang menyertainya. Pembuktikan ini memperkuat kebenaran akan cerita pengalaman hidup seseorang, dan embrio kesadaran sejarah terbentuk dari sini. Bukti pengalaman hidup seseorang mulai dari ia lahir, menjalani masa kanak-kanak, memasuki dunia sekolah, dunia kerja, dan perilaku sehari-hari bersama keluarga sampai akhir hayatnya adalah hal esensial untuk menggugah kesadaran sejarah dan mengungkap nilai-nilai karakter tokoh tersebut. Biograi sejarah seperti ini diperlukan dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran melalui biograi dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti mendengar, membaca, menyelidiki, menceritakan atau menulis kisah kehidupan seseorang. Proses pengembangan kesadaran sejarah dan pembinaan karakter peserta didik berlangsung dalam aktivitas belajar di atas. Bahkan menurut Carter 2002: 341 tumbuhnya kesadaran akan kualitas identitas diri dibantu oleh pengaruh dari studi yang digeluti. Peserta didik terdorong pada inkuiri sejarah sebagai sumber pengembangan pribadi, khususnya dalam bentuk tulisan sendiri seperti diari, jurnal, dan memo menjadi suatu mekanisme yang bernilai untuk menyelami karakter dan yang lebih penting adalah terjadinya perubahan melalui regulasi diri, releksi dan pengembangan diri Carter, 2002: 342. Misal dengan mempelajari biograi Hatta peserta didik akan menemukan nilai-nilai moral berkaitan dengan kepribadian yang sederhana dan teguh memegang prinsip, sementara dengan mempelajari biograi Soekarno peserta didik juga akan menemukan nilai-nilai moral berkaitan dengan kepercayaan diri dan semangat kebangsaan yang tinggi. Pelaksanaan pendidikan karakter dalam mempelajari biograi tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni menanamkan kebiasaan habituation tentang hal yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan hal tersebut. Artinya setelah membuktikan dan mengetahui nilai karakter dalam biograi peserta didik selanjutnya berlatih membiasakan diri untuk meniru perilaku yang terpuji dan menghindari perilaku yang tidak terpuji dari orang tersebut.

E. Strategi Pembelajaran Biograi di Satuan Pendidikan untuk Menggali Nilai-Nilai Karakter

Kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa tahun 2010 adalah melaksanakan pendidikan karakter di lembaga pendidikan dimulai dari usia dini hingga pendidikan tinggi. Pendidikan karakter dalam pembelajaran biograi untuk meningkatkan kesadaran sejarah dan menggali nilai moral dan karakter tokoh dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kreativitas pendidik dan peserta didik turut menentukan upaya ini. Pendidik perlu memperhatikan faktor pemilihan strategi tertentu yang tepat dan sesuai dengan perkembangan usia dan mental peserta didik di berbagai satuan pendidikan. Implikasinya semakin bertambah usia peserta didik dan tingkat pendidikannya, semakin kompleks pula materi pembelajaran biograi yang disuguhkan kepada mereka. Artinya strategi pembelajaran biograi di satuan pendidikan usia dini akan berbeda dengan satuan pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Secara umum strategi pembelajaran biograi dapat dilakukan dengan berbagai metode mulai dari mendengarkan cerita, membaca, bercerita, menonton ilm, berdiskusi, meneliti sampai menulis biograi itu sendiri. Pada pendidikan anak usia dini strategi yang tepat untuk mempelajari biograi secara sederhana dapat dilakukan melalui cerita. Namun yang perlu diingat oleh pendidik pengasuh adalah tidak mengarang cerita iktif, namun bercerita berdasarkan fakta dan bahkan jauh akan lebih baik lagi jika dari awal anak mulai diperkenalkan dengan bukti sejarah. Pengasuh bisa memanfaatkan bukti berupa foto missal foto Soekarno, Hatta, Joko Widodo dan lain-lain. Secara visual anak akan lebih senang terlebih ia mengenal orang dalam foto tersebut. Teknik pembelajaran biograi dirancang sesederhana mungkin sesuai dengan kemampuan rata-rata anak usia 0-6 tahun. Pengasuh mesti memahami hal ini. Pembelajaran biograi dimulai dengan bercerita hal yang paling dekat dengan keseharian anak. Pada usia dini, kesadaran sejarah anak paling tidak ditunjukkan oleh kemampuan mereka mengingat dan menyebut nama sendiri atau nama orangtuanya sebagai bagian dari masa lalu mereka, darimana mereka berasal. Selanjutnya pengasuh dapat bercerita lebih detil mengenai kebaikan orangtua yang telah merawat, mendidik dan memberi contoh yang baik kepada anaknya. Tujuannya agar anak ingat akan hal-hal baik di masa lalu yang telah dilalui bersama dengan orangtua. Pembelajaran biograi pada pendidikan dasar sudah mulai agak kompleks dibanding pendidikan anak usia dini. Pada tahap ini pembelajaran biograi dapat diarahkan pada cerita sejarah silsilah keluarga ataupun kisah perjuangan pahlawan bangsa. Cara yang dilakukan misalnya, peserta didik menceritakan sendiri sejarah pengalaman salah seorang familinya atau cara lain pendidik bercerita tentang biograi Tuanku Imam Bonjol atau tokoh lain. Yang perlu diingat cerita biograi famili atau biograi Tuanku Iman Bonjol didasarkan pada fakta dan bukti. Umpamanya ketika anak bercerita pengalaman familinya yang pernah dimarahi orangtua karena ada piring pecah saat mencuci piring, ditunjukkan dengan bukti berupa piring yang pecah itu atau foto eskpresi orangtuanya yang marah. Berdasarkan bukti ini pendidik dapat memberikan pengetahuan moral tentang kecerobohan. Pada akhirnya muncul kesadaran