Kesimpulan Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia.

Pembelajaran Sejarah Lokal, Nilai-Nilai dan Aplikasi Anisa Yuliana, S.Pd Program Studi Pendidikan Sejarah, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, anisayulianastudent.upi.edu Abstrak Pembelajaran sejarah adalah sebuah mata pelajaran yang didalamnya terkandung banyak makna dan nilai-nilai yang bisa ditanamkan kepada peserta didik, namun penanaman nilai tersebut tidaklah mudah untuk diserap oleh mereka, jika guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional, yaitu pembelajaran yang hanya mengungkapkan fakta dan peristiwa yang jauh dari realita. Proses penanaman nilai-nilai dalam pembelajaran sejarah akan mudah diterima dan dimaknai oleh peserta didik dengan pembelajaran dan peristiwa yang dekat dengan lingkungan mereka berada, salah satunya dengan pembelajaran sejarah lokal. Kajian lokal yang bisa diajarkan kepada peserta didik dapat berupa peristiwa lokal maupun tokoh lokal yang ada dilingkungan peserta didik, misalnya, Siti Manggopoh Manggopoh, Sumatera Barat. Pembelajaran sejarah lokal ini, dapat meningkatkan kesadaran, dan pemahaman murid tentang daerah mereka masing-masing, yang akan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi mereka, dan yang terpenting adalah dapat meningkatkan rasa cinta kepada tanah air yang kaya akan budaya dan sejarahnya. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah lokal ini adalah metode Ekskursi dan juga menggunakan teori-teori belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran, yaitu salah satunya adalah teorinya Vygotsky. Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah, Sejarah lokal, Teori Vygotsky A. Pendahuluan Pendidikan memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam membangun sebuah bangsa, melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun bangsanya kearah yang lebih baik. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, dan melalui pendidikan juga, dapat ditanamkan nilai- nilai positive kepada peserta didik. Upaya dalam penanaman nilai-nilai tersebut dapat diberikan dan diajarkan kepada peserta didik yaitu salah satunya dengan pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah di era global dewasa ini menghadapi tantangan dan dituntut kontribusinya untuk lebih menumbuhkan kesadaran sejarah guna membangun kepribadian dan sikap mental peserta didik, serta membangkitkan kesadaran akan suatu dimensi yang paling mendasar dari keberadaan manusia yaitu kontuinitas. Pembelajaran sejarah di sekolah hendaknya dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa, dalam proses pembelajaran dikelas hendaknya siswa dapat melihat langsung persitiwa atau kejadian yang ada di sekitar mereka, bukan materi yang jauh dari realitas, bahkan belajar yang baik adalah belajar dari pengalaman sehari-hari. Kedekatan emosional siswa dengan lingkungannya merupakan sumber belajar yang berharga bagi proses pembelajaran dikelas. Pemahaman sejarah yang demikian hanya dapat dilakukan manakala pengajaran sejarah tidak hanya menekankan pada rentetan waktu dan peristwa belaka, tetapi pelajaran sejarah harus memberikan makna kepada siswa. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan scientiic, pendekatan scientiic dalam pembelajaran meliputi lima tahapan yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran Suhana, 2014, hlm.37. Kurikulum 2013 bertujuan untuk menjadikan peserta didik lebih siap menghadapi masa depan karena lebih menekankan pada kemampuan beriir, keterampilan dan sikap yang akan berguna bagi diri mereka untuk hidup dimasyarakat. Pendidikan sejarah dalam kurikulum pendidikan dasar harus bisa mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masyarakat. Sebagaimana dikatakan bahwa tujuan pendidikan sejarah di SMA menurut Hasan, 2012, hlm.7 adalah: 1. Mengembangkan pendalaman tentang peristiwa sejarah terpilih baik lokal maupun nasional 2. Mengembangkan kemampuan berikir kritis dan kreatif 3. Membangun kepedulian sosial dan semangat kebangsaan 4. Mengembangkan rasa ingin tahu, inspirasi dan aspirasi 5. Memgembangkan nilai dan sikap kepahlawan dan kepemimpinan 6. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi 7. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas dan mengkomunikasikan informasi. Oleh karena itu posisi disiplin ilmu sejarah sebagai sumber materi untuk mengembangkan berbagai keperluan yang diperlukan peserta didik. Materi pendidikan sejarah merupakan media pendidikan yang paling ampuh untuk memperkenalkan kepada peserta didik tentang kegiatan dan kehidupan bangsanya dan orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan dirinya sebagai suatu bangsa dimasa lampau. Materi pendidikan sejarah memiliki potensi mengembangkan potensi peserta didik untuk mengenal nilai-nilai bangsa yang diperjuangkan pada masa lalu, dipertahankan dan disesuaikan untuk kehidupan masa kini, dan dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan masa depan Hasan, 2012, hlm.8. Dalam hal ini, posisi sejarah lokal adalah posisi yang sangat penting karena berkenaan langsung dengan lingkungan terdekat peserta didik dan budaya peserta didik. Materi dalam pendidikan sejarah mencakup nilai-nilai perjuangan, keberhasilan, maupun kegagalan suatu bangsa, yang kemudian nantinya akan memberikan pengetahuan dan pelajaran kepada peserta didik agar bisa bercermin dari peristiwa sejarah. Dalam tulisannya mengenai “Making Historical Sense”, Wineburg dalam Mulyana. 2007, hlm 187 mengemukakan tentang pentingnya sejarah lokal bagi peserta didik sebagai berikut: Each us grows up in a home with a distinct history and a distinct perspective on the meaning of larger historical events. Our Parents’ histories shape our historical consciousness, as do the stories of the ethnic, racial and religious groups that number us as a member. We attend churches, clubs, and neighborhood associations the further mold both our collective and our individual historical sense Dalam posisi ini materi sejarah lokal menjadi pengembangan jati diri, pribadi, budaya dan sosial peserta didik. Seperti dikatakan Cartwright dalam Hamid Hasan, 2012, hlm.124 materi sejarah lokal akan memberikan kontribusi utamanya dalam pendidikan sejarah. Pembelajaran sejarah lokal disekolah dibandingkan dengan sejarah konvensional adalah kemampuannya membawa siswa kepada dituasi riil dalam lingkungannya, pembelajaran sejarah lokal dapat menerobos dan menjembatani antara apa yang terjadi dengan dirinya maupun lingkungan kehidupannya. Hal ini kerena lingkungan sekitar siswa menjadi media dan sumber pembelajaran. Jadi baik itu pembelajaran sejarah lokal maupun sejarah nasional merupakan suatu bentuk kesatuan yang dapat memberikan nilai-nilai positive kepada peserta didik yang dapat berguna bagi hidup mereka.

B. Nilai – Nilai dan Aplikasi dalam Pembelajaran Sejarah Lokal

Pembelajaran sejarah lokal diartikan sebagai sebuah proses terjadinya kegiatan belajar mengajar sebagai upaya guru untuk tujuan terjadinya proses belajar memahami sejarah dari suatu tempat atau locality. Secara umum dapat dikatakan bahwa sejarah lokal adalah proses perkembangan aktivitas manusia pada daerah tertentu.Madjid dalam Mulyana, 2007 hlm 126. Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Jadi keterbatasan ruang lingkup itu terutama biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah unsur spatial. Sebagai sebuah konsep sejarah lokal berarti sejarah yang terjadi dalam lokalitas yang merupakan unit sejarah bangsa atau lebih tepat negara. Menurut, Abdullah 1990, hlm. 15 sejarah lokal hanyalah berarti sejarah dari suatu tempat, suatu “locality”, yang batasannnya ditentukan oleh perjanjian yang diajukan penulis sejarah. Sejarah lokal dengan sederhana dapat dirumuskan sebagai kisah dikelampauan dari kelompok atau kelompok- kelompok masyarakat yang berada pada daerah geograis yang terbatas. Secara umum dapat dikatakan bahwa sejarah lokal adalah proses perkembangan aktivitas manusia pada daerah tertentu. Madjid dalam Mulyana, 2007, hlm 126 . Ruang lingkup sejarah local menurut Jordan dalam Widja,1989 Hlm.12, adalah keseluruhan lingkungan sekitar yang bisa berupa kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain, dalam melihat perubahan sosial dalam suatu komunitas masyarakat, sumber materi sejarah lokal dapat mengkaji aspek spasial komunitas masyarakat yang lebih kecil seperti keluarga, pola pemukiman, mobilitas penduduk, kegotong royongan, pasar, tekonologi pertanian, lembaga pemerintahan setempat perkumpulan kesenian, monumen dll. Tauik Abdullah 1990, hlm 34 mengemukakan studi sejarah lokal di Indonesia dapat diklasiikasikan kedalam 4 kelompok yakni: 1. Studi yang difokuskan pada peristiwa tertentu, studi peristiwa khusus atau apa yang disebut evenemental 2. Studi yang lebih menekankan pada struktur. 3. Studi yang mengambil perkembangan aspek tertentu seringkali disebut dengan studi sistematis, dan 4. Studi sejarah umum yang menguraikan perkembangan daerah tertentu propinsi, kota, kabupaten , dari masa kemasa. Pengajaran sejarah lokal bisa membawa murid secara langsung mengenal dan memahami lingkungan masyarakatnya dimana mereka juga merupakan bagian darinya. Dengan pengajaran sejarah lokal akan memudahkan seorang guru membawa siswa pada usaha untuk memperoyeksikan pengalaman masa lampau masyarakatnya dengan situasi masa kini dan juga sebagai arahan masa depannya. Pembelajaran sejarah lokal juga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman murid tentang daerahnya, dan menimbulkan rasa bangga bagi murid tersebut. Dan yang terpenting meningkatkan rasa cinta kepada tanah air yang kaya akan budaya dan sejarahnya. Penanaman nilai-nilai tersebut dapat diberikan kepada peserta didik melalui kajian lokal yang ada disekitar peserta didik. Kajian lokal yang bisa diajarkan kepada peserta didik dapat berupa peristiwa lokal maupun tokoh lokal yang ada dilingkungan peserta didik berada. Misalnya adalah tokoh lokal di Minangkabau yaitu Siti Manggopoh, dia adalah seorang pahalawan wanita yang berasal dari Manggopoh, Sumatera Barat, ia pernah mengobarkan perlawanan terhadap kolonialis Belanda dalam perang yang dikenal sebagai perang manggopoh, dia adalah sosok pahlawan Minangkabau yang berani dan tidak kenal takut dalam melawan Belanda, bahkan Siti Manggopoh diberi julukan Singa Betina dari Minang. Dengan mengangkat tokoh lokal Siti Manggopoh dalam kajian sejarah lokal, akan membuat peserta didik lebih mengenal pahlawan yang ada disekitar mereka yang bahkan sebelumnya mungkin tidak mereka ketahui, dengan biograi Siti Manggopoh seorang guru dapat menanamkan nilai nilai, cinta tanah air, pantang menyerah dan nilai-nilai keberanian kepada peserta didik. Tidak hanya Siti Manggopoh saja, guru juga bisa mengenalkan tokoh-tokoh lokal Minangkabau yang lainnya seperti, H Agus Salim, Sutan Syahrir, Buya Hamka, Moh Hatta dan lainnya, dengan mengenalkan para tokoh tersebut, peserta didik akan semakin bangga dengan daerah mereka yang banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh hebat yang sudah diakui menjadi tokoh nasional dan memiliki peranan yang penting bagi Indonesia bahkan nama mereka juga sudah tersohor sampai ke luar negeri. Banyak sekali nilai-nilai yang dapat diajarkan dari tokoh tersebut, seperti Moh Hatta, guru bisa mengajarkan bagaimana nilai-nilai kepemimpinan dari sosok Hatta, nilai-nilai cinta tanah air, kesabaran, semangat yang tinggi dalam menggapai sesuatu, sosok yang berani, bijaksana dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk bangsa ini. Dalam proses penyampaian materi, seorang guru bisa menggunakan metode ceramah dan diskusi, dan dalam proses pembelajaran juga bisa melakukan kunjungan ketempat-tempat bersejarah yang berada dilingkungan peserta didik, misalnya dalam mengenalkan sosok Moh Hatta, peserta didik dapat diajak melakukan kunjungan kerumah kelahiran Moh Hatta yang terletak di kota Bukittinggi, dengan begitu peserta didik akan merasa dekat dengan sosok Hatta dan pembelajaran sejarah pun akan jauh lebih berkesan dan bermakna, tidak hanya itu, dengan adanya lawatan sejarah akan meningkatkan kesadaran sejarah peserta didik, pembelajaran sejarah dengan kajian lokal ini akan dapat menumbuhkan rasa bangga peserta didik terhadap daerahnya dan juga menumbuhkan semangat mereka untuk memajukan bangsa Indonesia seperti yang sebelumnya telah dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut. Wiriaatmadja dalam Mulyana, 2007 hlm: 219 mengatakan bahwa dalam penyajian sejarah lokal, guru akan memulai dengan entry behavior yang berawal dari konsep siswa, dengan mengenal identitas dari etniknya, bahasanya, kepercayaannya, lingkungannya, dll. Guru akan memperkanalkan konsep- konsep perberdaan dan persamaan yang wajar berkembang dalam social settingnya. Kemudian guru menunjukkan perbedaan dan persamaan yang yang terdapat dalam lingkup nasional dengan mencakup diri siswa dan didaerah