CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition

E. Pembahasan

Pada kegiatan siklus pertama terdiri dari dua pertemuan diskusi yang dilakukan mahasiswa masih kurang intensif. Mahasiswa masih terlihat ragu- ragu bahkan cenderung pasif. Kelompok dengan jumlah anggota kecil memang telah berhasil mengurangi keberadaan anggota yang pasif dan menunggu, tetapi belum berhasil memaksimalkan diskusi diantara mahasiswa. Kecenderungan positif yang muncul pada kegiatan ini adalah munculnya tanggungjawab individu yang cukup besar untuk ikut membangun rumusan jawaban bagi kelompoknya. Keseriusan masing-masing kelompok dalam bekerjasama tampak kuat meskipun sebagian besar kelompok 70 masih melakukan diskusi sekedarnya. Kegiatan ini berakhir dengan kewajiban masing-masing kelompok untuk melakukan presentasi. Presentasi tidak dilakukan sesuai urutan kelompok, tetapi diacak oleh dosen. Pada kegiatan ini tiga kelompok yang terpilih secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya. Sesi ini tidak berjalan seperti yang diharapkan, karena tanggapan dari kelompok lain sangat minim. Pasangan- pasangan kelompok yang melakukan tanggapan hanya dilakukan oleh pasangan-pasangan kelompok yang cenderung duduk di depan, sementara jawaban-jawaban atas tanggapan juga terlihat kurang meyakinkan atau memuaskan penanggap. Kegiatan ini diakhiri dengan pengambilan kesimpulan, pengumpulan tugas hasil diskusi dengan panduan Lembar Kerja Mahasiswa, dan penyampaian informasi atas tugas yang harus dilakukan mahasiswa pada pertemuan berikutnya. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilanjutkan oleh releksi. Pada kegiatan ini dosen mendengarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh para observer. Hasil pengamatan observer atas pembelajaran yang dilakukan oleh dosen adalah bahwa dalam kegiatan ini dosen masih terlihat dominan, dosen sangat berperan hampir di sepanjang pembelajaran. Dosen disibukkan dengan pembimbingan kelompok terutama dalam hal mengulangi kembali tugas yang harus dikerjakan mahasiswa. Pada pihak mahasiswa hasil yang diperoleh adalah masih kurang pahamnya mahasiswa atas materi yang dibahas, keterbatasan literature yang dimiliki mahasiswa untuk membahas materi yang ditugaskan. Masih banyak pasangan kelompok yang kurang percaya diri ketika mereka harus mendiskusikan materi yang ditugaskan sehingga terkesan tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Pasangan-pasangan kelompok terlihat masing sering menanyakan kembali tugas mereka kepada dosen sehingga waktu banyak terbuang hanya untuk memahami soal, juga masih terlihat ada pasangan kelompok yang tidak berdiskusi sendiri tetapi mendengarkan diskusi pasangan kelompok lain. Kondisi itu tercermin dari hasil monitor terhadap prestasi akademik yang berhasil dicapai mahasiswa yaitu bahwa masih dominannya skor rendah 55-60 yang diperoleh mahaasiswa 17 mhsw = 60, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa dalam hal ini belum berhasil memahami konsep- konsep social dan budaya secara benar sehingga kecenderungan gagal dalam mengenali kategori sejarah social cukup besar. Pada pertemuan ini juga masih ada mahasiswa yang memperoleh skor sangat rendah 40-50 sebanyak lima orang atau 17, tetapi yang menggembirakan bahwa sudah ada mahasiswa yang berhasil meraih skor cukup tinggi 80-85 sebanyak enam oragng atau sebanyak 23. Dengan demikian ada mahasiswa yang telah berhasil memahami konsep- konsep social dan budaya sehingga dapat diramalkan bahwa pada pertemuan- pertemuan mendatang mereka akan berhasil mengenali pendekatan social atau budaya yang dipakai oleh penulis sejarah social. Pada kegiatan pembelajaran siklus kedua ini nampak sekali bahwa mahasiswa telah melakukan kegiatan diskusi secara intensif. Masing-masing kelompok nampak serius mendiskusikan buku yangharus mereka bahas, beberapa kelompok bahkan sampai terjadi perdebatan. Dalam hal kerjasama pada masing-masing anggota kelompok terjadi peningkatan. Masing-masing anggota kelompok juga makin aktif terlibat dalam diskusi untuk mencapai kesepakatan bersama. Juga telah muncul pembagian tugas dalam masing- masing kelompok. Namun demikian kemajuan ini belum disertai dengan disiplin waktu. Dapat dikatakan bahwa tidak ada kelompok yang menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, sehingga terjadi pengunduran waktu karena tersita untuk diskusi. Sesi terakhir dari kegiatan ini adalah presentasi dari beberapa kelompok yang dipilih secara acak oleh dosen untuk mengetahui hasil akhir dari diskusi yang telah dilakukan. Kelompok yang dipilih untuk presentasi adalah kelompok yang belum mendapatkan giliran presentasi pada pertemuan pertama. Dosen memilih tiga kelompok dengan tema bacaan yang berbeda-beda yaitu kajian wanita, gerakan kelompok marginal, dan kajian ekonomi suatu kawasan. Presentasi masing-masing kelompok yang mewakili telah berhasil menujukkan kemampuan mahasiswa mengenali pendekatan yang dipakai dalam karya- karya sejarah social dengan menyebutkan indicator-indikator yang membuat mereka menyimpulkan pendekatan yang dipakai dalam karya sejarah social. Kegiatan ini diakhiri dengan penarikan kesimpulan oleh dosen dan mahasiswa tentang karya sejarah social. Dosen kemudian mengingatkan mahasiswa untuk memperhatikan tugas yang harus dikerjakan pada pertemuan berikutnya. Peningkatan aktivitas diskusi yang terjadi pada pertemuan kedua ini ternyata berdampak positif pada prestasi yang berhasil diraih mahasiswa. Dari evaluasi yang didasarkan atas LKM kedua yang harus dikerjakan mahasiswa menunjukkan adanya peningkatan perolehan skor tengah 60-75 sebesar 19 anak 67. Sementara skor bawah apabila dalam siklus pertama berkisar pada skor 40-50 maka pada pertemuan kedua skor rendah ada peningkatan yaitu berkisar pada skor 50-60. Pada pertemuan kedua ini ada lima mahasiswa yang memperoleh rentang skor tersebut atau sebesar 17. Seperti sudah diduga sebelumnya, maka mahasiswa yang pada pertemuan pertama telah meraih skor tertinggi, pada pertemuan kedua ini juga meraih skor tertinggi bahkan terjadi peningkatan skor yaitu 80-100. Kelompok mahasiswa yang berhasil meraih skor tertinggi sebanyak enam orang atau 16. Kegiatan diskusi kelas diwakili oleh tiga kelompok yang berbeda yang belum mendapat giliran maju pada pertemuan pertama dan kedua. Dosen memanggil wakil-wakil dari tiga kelompok yang belum mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah masing-masing memaparkan hasil diskusi kelompoknya kelompok lain dipersilahkan untuk menanggapi. Tanggapan yang diberikan bermacam-macam tetapi pada dasarnya yang menjadi perhatian adalah alasan penentuan pendekatan social yang dipakai. Karena telah diatur bahwa bacaan yang harus dikaji terbagi dalam tiga kategori pendekatan yaitu sejarah social dengan pendekatan structural, strukturis dan pendekatan budaya, maka diskusi yang terjadi berfokus pada ketiga hal tersebut. Dalam hal ini perdebatan yang terjadi adalah pendekatan structural, strukturis, budaya yang mana dan mengapa itu yang dipilih. Kegiatan ini cukup hidup dan berhasil tetap pada koridor keilmuan, mahasiswa tidak terjebak dalam perdebatan yang panjang. Pada akhirnya mahasiswa berhasil menyepakati pendekatan-pendekatan yang dominan dalam karya- karya sejarah social yang telah mereka baca. Peningkatan perhatian mahasiswa pada materi pembelajaran ini telah secara signiikan berkorelasi positif dengan hasil evaluasi. Hal ini terlihat dari menurunnya mahasiswa yang masih memperoleh skor kecil 50-60 yaitu sebanyak dua orang 7, sedangkan skor tengah mengalami kenaikan menjadi 70-80. Mahasiswa yang memperoleh skor ini sebanyak dua puluh orang atau naik menjadi 71. Skor tinggi bergeser naik menjadi 90-100 dan berhasil dicapai oleh enam orang mahasiswa atau sebesar 22. Hasil angket terhadap pemahaman mahasiswa atas teorikonsep social – budaya juga menunjukkan hasil yang positif yaitu skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa adalah 8,5 dari skala 1-10.

F. Simpulan

Penggunaan metode the power of two yang dikombinasikan dengan CIRC telah berhasil memudahkan pemahaman mahasiswa atas materi sejarah social khususnya dalam hal memahami karya- karya sejarah social. Dengan metode tersebut mahasiswa dapat mendiskusikan hal-hal berkenaan dengan teori dan secara bersama-sama mencari pemahaman atas bangunan karya sejarah sosial. Metode tersebut juga berhasil membantu mahasiswa mengenali indicator-indikator dari teori sejarah social sehingga dapat didiskusikan