Satua “I Cupak Teken I Gerantang”

ini memiliki sifat atau karakter yang berlawanan. Bawang memiliki karakter yang baik, rajin, suka membantu orangtua, berbakti dan jujur. Sebaliknya adiknya Kesuna adalah anak yang nakal, suka berbohong, suka memitnah dan selalu iri kepada kakaknya. Karakter Ni Bawang adalah perlambang orang baik dan berbudi luhur, sedang karakter Ni Kesuna perlambnag orang jahat, suka memitnah. Ini juga tercermin dari namanya, “Ni Kesuna” yang sering diplesetkan sebagai “pisuna”, yang dalam bahasa Bali artinya itnah. 2. Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Bali Adapun pesan kearifan lokal yang terkandung dalam satua ini adalah bahwa sifat baik, penyayang, suka membantu, penurut dan jujur yang dimiliki Ni Bawang harus diikuti dan ditauladani karena pada akhirnya akan membawa kebajikan dan kebahagiaan hidup. Namun sifat suka memitnah, iri hati, suka berbohong tidak pantas dilakukan dan harus dijauhi karena hanya akan membuat penderitaan. Selain itu, di dalam cerita juga mengandung pesan untuk mensyukuri apa yang telah didapat, sebagaimana Ni Bawang diberi anugrah kesembuhan dari penyakit, diberi perhiasan dan kecantikan dari Tuhan melalui Burung Cerukcuk Kuning yang membantunya. Kecantikan wajah yang dimiliki Ni Bawang harus disyukuri melalui kecantikan hati. 3. Nilai Ideologi Masyarakat Bali Dari satua di atas juga terkandung nilai-nilai ideologi atau falsafat hidup masyarakat Bali, yakni ideologi Tri Hita Karana atau tiga Tri, penyebab Karana dan kedamaian atau kebahagiaan Hita, yang mengajarkan prinsip hidup yang selaras, harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta Parhyangan, manusia dengan sesama manusia Pawongan dan manusia dengan lingkungan hidupnya Palemahan. 2.3 Satua “I Tuwung Kuning” a. Sinopsis Satua puniki macerita keluarga I Pudak sane demen mamotoh mebotoh=berjudi. I Pudak liu ngelah siap kurungan. Sedek dina anu iya metajen sabung ayam tur ngalahin kurenane ane beling tutug. Pudak mabesn yen panakne luh apang matiang, bene tektek baang siap kurungane yen manuani mara pelihara. Gelisan satua men Pudak ngelah pianak luh, sawireh pedaleme tuah ari-arine genan baang siapne tur panakne kaajak di umah dadongne tur ke adanin I Tuwung Kuning. Makudang tiban salantur I Pudak teka uli matajen siapne lantas makeceh ngorahang men Pudak ngelah panak luh tur tusing matiange. I Pudak gedeg pesan, lantas ngalih I Tuwung Kuning ke umah dadongne, lakar matianga. Sawireh bakti ring rerama I Tuwung Kuning nuutang pituduh bapane. Satundene I Tuwung kamatian, dedarine ring Kahyangan medalem I Tuwung Kuning tur katukar ya baan gedebong. I Pudak sane tusing nawang, nyahcah gedebong tur baang siapne, siapne sane baange mekejang mati. Sasubane sipne mati, mara I Pudak nyesel, inget teken panak, bakat kamatian panakne. I Tuwung Kuning sane nawang unduke, nunas ring dedarine mangda kaicen mewali ring reramane. Pinunasne kadagingin oleh Dedarine, lantas I Tuwung Kuning mewali ke reramane. Indike punika ngantos masih ring puri. Anake Agung dot nawang caritane punika lantas ngandikaang mangda I Tuwung Kuning lan reramane nangkil ka Puri. Sasampune nyaritayang indike punika lantas Ida Anake Agung ngarsayang mangda I Tuwung Kuning nyak dados rabine. I Pudak kadadiang perbekel. Sapunika indike I Tuwung Kuning sane polos tur bakti hidup bagia dados rabine anake Agung. b. Nilai-nilai Karakter yang dapat Dijadikan sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah 1. Nilai Karakter Tokoh utama satua di atas, I Tuwung Kuning, memiliki karakter yang sangat baik, penuh bakti kepada orang tua, meski orang tua, yakni ayahnya sangat jahat. Bahkan ayahnya lebih sayang kepada ayam aduannya daripada kepada anaknya. Sang ayah, I Pudak, berkarakter sangat jahat, penjudi, bahkan ingin membunuh anaknya sendiri dan menjadikan tubuh anaknya sebagai makanan untuk ayam aduannya. 2. Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Bali Kearifan lokal masyarakat Bali yang terkandung dalam satua ini adalah berupa pesan-pesan kebijaksanaan dan kebajikan yang dianut dan berkembang pada masyarakat Bali dan menjadi rujukan dan panutan bagi masyarakat Bali dalam bertindak dan berperilaku. Adapun pesan kearifan lokal yang terkandung dalam satua ini adalah bahwa sifat baik dan penuh bakti kepada orang tua harus dijadikan sebagai landasan kehidupan kita. Namun perlu pula dikritisi bahwa, sikap orang tua yang tidak menyayangi dan mengabaikan anaknya adalah sikap yang sangat tidak baik dan tidak boleh dilakukan oleh para orang tua. Begitu pula kebiasaan dan sifat buruk seperti berjudi, akan membawa kita kepada penderitaan seumur hidup. 3. Nilai Ideologi Masyarakat Bali Satua “I Tuwung Kuning” selain mengandung nilai-nilai ideologi Tri Hita Karana juga sarat dengan ideologi gender dan ideologi patriakhi ideologi purusa. Kedua ideologi ini sangat dominan dan