Kombinasi Model Simulasi dan Pendekatan Value Clarification Technic VCT dalam Pembelajaran Sejarah
Anisa Septianingrum
amathontheyahoo.co.id
Abstrak
Pembelajaran sejarah yang efektif dan menarik dapat terwujud dengan strategi pembelajaran yang terkonsep, jelas, dan terstruktur. Rancangan
desain pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai pusat dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa aktif dan mampu membangun
pengetahuannya sendiri. Berkaitan dengan strategi pembelajaran, guru dapat mengombinasikan model pembelajaran simulasi dan pendekatan
value clariication technic dalam pembelajaran sejarah sesuai materi yang dipilih. Pendalaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sejarah
dapat dioptimalkan dengan penerapan model simulasi dengan sistem permainan seperti monopoli. Setelah mendalami nilai-nilai, peserta didik
dapat memilih nilai-nilai tersebut untuk selanjutnya menjadi acuan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Teknik pemilihan nilai
dalam pembelajaran dikenal dengan istilah klariikasi nilai atau value clariication technic. Kombinasi antara model simulasi dan pendekatan
klariikasi nilai dalam pembelajaran sejarah sangat relevan diterapkan untuk mengubah pandangan siswa terhadap sistem pembelajaran sejarah di
sekolah dan lebih memahami makna dalam materi sejarah yang diajarkan.
Kata Kunci: Model Simulasi, Value Clariication Technic, Pembelajaran Sejarah
A. Pendahuluan
Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa
sekarang dengan mengaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi basis topik pembelajaran sejarah. Kemampuan melakukan konstruksi ini
harus dikemukakan secara kuat agar pembelajaran tidak terjerumus dalam pembelajaran yang bersifat konservatif Subakti, 2010. Pembelajaran
konservatif sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi di bidang pendidikan. Seiring perkembangan zaman, pola pendidikan pun
berubah. Begitu juga dengan pembelajaran sejarah di sekolah.
Banyak teori pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang bisa diterapkan dalam pembelajaran sejarah. Dale H. Schunk 2012 mendeinisikan
konstruktivisme sebagai sebuah epistemologi atau penjelasan ilosois tentang sifat pembelajaran. Para teoritisi konstruktivis menolak gagasan bahwa
kebenaran-kebenaran ilmiah itu ada dan menunggu untuk ditemukan dan diabsahkan. Pengetahuan tidak diatur dari luar seseorang, tetapi terbentuk di
dalam dirinya. Konstruktivime mengarahkan untuk menyusun pengalaman- pengalaman pengajaran dan pembelajaran untuk menantang pemikiran siswa
sehingga mereka akan mampu membangun pengetahuan yang baru.
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis seharusnya memberikan inspirasi bagi para guru sejarah agar dapat membuat strategi pembelajaran
yang menarik. Sayangnya, hingga saat ini banyak siswa yang mengeluh dan tidak terlalu suka dengan pembelajaran sejarah. Umumnya siswa bosan dengan
cara penyampaian materi sejarah. Guru lebih sering menerapkan metode ceramah dan siswa hanya menjadi pendengar atau sekedar mencatat materi
yang dianggap penting.
Siswa sering kesulitan saat ulangan pada mata pelajaran sejarah karena soal-soal masih berkutat dengan angka tahun dan tanggal kejadian peristiwa.
Guru memberi soal yang sifatnya hafalan saja. Padahal dalam materi sejarah terkandung berbagai macam nilai-nilai yang sesuai dengan karakter bangsa.
Idealnya pembelajaran sejarah dimanfaatkan oleh guru untuk menanamkan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Pembelajaran sejarah seharusnya lebih ditekankan untuk mengambil makna dari sebuah peristiwa untuk menjadi acuan dalam kehidupan di masa yang akan
datang.
Permasalahan tentang pembelajaran sejarah yang menjenuhkan siswa yang disertai dengan kurangnya pendekatan nilai-nilai dipengaruhi oleh
model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran menurut Calhoun dan Weil 2012: 17, merupakan pola yang biasa digunakan guna menyusun
kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di kelas. Sejalan dengan deinisi tersebut Eggen dan Kauchak
2012: 7-8 menyatakan bahwa model pengajaran adalah pendekatan spesiik dalam mengajar yang memiliki tiga ciri yaitu: dirancang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, memperoleh pemahaman mendalam tentang materi, membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan memotivasi
siswa.
Model pembelajaran yang inovatif bisa diterapkan dengan mengombinasikan model simulasi dan pendekatan value clariication
technic. Kedua model tersebut memiliki keunggulan yang berdampak postif bagi peserta didik. Model simulasi dalam bentuk permainan monopoli
dapat mengubah cara pandang siswa dalam mempelajari materi sejarah dengan mengonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh dalam
pembelajaran. Penerapan VCT mempermudah siswa dalam memahami nilai- nilai yang terkandung dalam materi sejarah.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
2. Bagaimanakah penjabaran tentang model simulasi? 3. Bagaimanakah penjabaran tentang pendekatan klariikasi nilai atau
value clariication technic? 4. Bagaimanakah bentuk kombinasi model simulasi dan pendekatan VCT
dalam pembelajaran sejarah?
B. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur untuk menyusun rancangan kombinasi model simulasi dan pendekatan value
clariication technic. Literatur yang digunakan di antaranya: konsep model simulasi, pendekatan value clariication technic, dan pembelajaran sejarah.
Konsep model simulasi memuat tentang susunan teknis dari langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan model simulasi yang dikombinasikan dengan
pendekatan value clariication technic. Kombinasi tersebut akan diterapkan dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan materi sejarah yang dipilih.
C. Pembahasan 1. Model Simulasi
Model simulasi sering digunakan dalam pembelajaran di kelas medis maupun teknik. Simulasi yang diterapkan menggunakan contoh real cara kerja
menangani pasien pada kelas medis dan memperbaiki atau merancang benda- benda pada kelas teknik. Selain dengan pemodelan langsung dari subyek,
model simulasi dalam pendidikan juga bisa diimplementasikan melalui sebuah permainan seperti monopoli. Model simulasi memberikan ruang yang lebih
untuk siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas.
Ahli psikologi bidang sibernetik mengemukakan bahwa simulasi pendidikan memudahkan siswa untuk mempelajari pengalaman yang tersimulasi simulated
experience yang dirancang dalam bentuk permainan daripada dalam bentuk penjelasan-penjelasan atau ceramah dari guru. Guru harus mengontrol
partisipasi siswa dalam permainan untuk memastikan bahwa keuntungan simulasi benar-benar bisa di dapatkan. Guru harus memandang simulasi sebagai
keadaan yang menuntut partisipasi aktif siswa dan sebab itulah ada kebebasan untuk berubah dan siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk berbicara
Weil Calhoun, 2009: 440-441.