Pendidikan Nilai dalam Studi Sejarah Kesimpulan
mendapatkan nilai-nilai moral pada fakta tersebut dengan menggunakan kreativitas dan keberanian dalam menerjemahkan kurikulum.
Daftar Pustaka
Buku
Abdullah, Tauik. 1995. Pengalaman, Kesadaran dan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 27 November 1995
Garvey, Brian dan Mary Krug. 2015. Model-model Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Hasan, Hamid. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung : Rizqi Press
Ismaun. 2005. Filsafat Sejarah. Bandung : Historia Utama Press Maksum, Muhammad. 2014. Menjadi Guru Idola. Klaten : Cable Book
Mulyana, R. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta Notosusanto, Nugroho. 1979. Sejarah Demi Masa Kini. Jakarta : UI Press
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak Wineburg, Sam. 2006. Berikir Historis. Jakarta : Obor
Tesis dan Disertasi
Winarti, Murdiyah. 2016. Peranan Yogyakarta sebagai Episentrum Daya Sentripetal Integrasi Bangsa Selama Revolusi Kemerdekaan Tahun
1945-1950 Enrichment Pembelajaran Sejarah di SMA. Disertasi, tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan Indonesia
Sumatri, Prima Purnama. 2013. Pengembangan Nilai Entrepreneurship Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Kajian Tokoh K.H. Abdul Halim. Tesis,
tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan Indonesia
Artikel Jurnal
Anwar dan Imam. 2000. Tantangan Guru Sejarah. Jurnal Penelitian dan Evaluasi, 3 2, 131-140
Tukid. 2011. Membangun Karakter Bangsa di Tengah-tengah Budaya Global. Jurnal Forum Ilmu Sosial, 1 38, 44-54
Internet
Turmuzi, Ahmad. 2011. Peranan Pembelajaran Sejarah dalam Pembangunan Bangsa. Diakses tanggal 9 Oktober 2016 dari m.kompasiana.com
ahmadturmuziperanan-pembelajaran-sejarah-dalam-pembangunan- bangsa_
Pembelajaran Sejarah Berbasis Muatan Kearifan Lokal sebagai Sarana Peserta Didik Mendapatkan Hidden
Value yang Dapat Dijadikan Pelajaran dalam Memaknai Kehidupan Sehari-Hari
Yulia Soiani
Universitas Siliwangi Tasik Malaya
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan strategi pembelajaran sejarah berbasis muatan kearifan lokal sebagai sarana bagi peserta didik
mendapatkan hidden value yang dapat dijadikan pelajaran dalam memaknai kehidupan sehari-hari. Fungsi utama pendidikan di setiap
tingkat adalah untuk menyediakan pelatihan cara-cara berpikir mendasar yang terwakili dalam berbagai mata pelajaran yang selama ini berkembang
dalam pencairan pengetahuan yang dapat digunakan oleh manusia, perjalanan menggapai pemahaman budaya, dan upaya berkelanjutan
untuk meraih kekuatan intelektual. Kearifan lokal dapat menjadi salah satu upaya untuk lebih mendekatkan peserta didik pada pembelajaran
sejarah, yaitu dengan memasukkan unsur-unsur kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah. Unsur-unsur kearifan lokal terdapat pada sejarah
lokal di mana bisa untuk dihubungkan kepada tema yang lebih luas dalam sejarah nasional. Muatan kearifan lokal sebagai bagian dari sejarah
lokal dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir sejarah. Pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal
dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat mendorong peserta didik memahami kearifan lokalnya, kemudian mampu menimbulkan kecintaan
dan bangga terhadap budayanya yang pada akhirnya dapat memprkuat identitas diri dalam rangka memperkokoh rasa kecintaan terhadap
bangsanya.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, kearifan lokal, pembelajaran sejarah. A. Pendahuluan
Berbicara tentang pembelajaran tentu tidak bisa lepas dari metode pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan
informasi dan kemampuan. Ketika berikir informasi dan kompetensi apa yang dimaksud oleh peserta didik, maka pada saat itu juga guru harus memikirkan
strategi yang tepat untuk dilaksanakan agar tujuan yang dinginkan tercapai secara efektif dan efesien. Hal tersebut sangat penting untuk dipahami oleh
setiap guru, sebab tujuan yang harus dicapai akan menentukan cara atau jalan untuk mencapainya. Metode pembelajaran adalah jalan atau cara-cara yang
digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
1
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai metode pembelajaran karena guru merupakan salah satu elemen yang paling penting dari sistem
pendidikan karena diakui atau tidak guru adalah ujung tombak terciptanya peserta didik yang meraih hasil belajar yang optimal.
2
Pelajaran sejarah adalah salah satu pelajaran yang menekankan aspek kognitif dan afektif pada
peserta didik. Menjadi harapan setiap guru dalam proses pembelajaran bahwa peserta didik bisa terlibat aktif di dalamnya, tetapi fakta di lapangan masih
ada guru sejarah yang hanya menggunakan metode ceramah sehingga kurang melibatkan peran aktif peserta didik.
3
Freire memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan “bergaya
bank”.
4
Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh peserta didik, yaitu yang wajib
diingat dan dihafal. Hal tersebut kemudian memunculkan anggapan bahwa sejarah merupakan pelajaran yang membosankan. Pembelajaran sejarah kerap
kali dianggap membosankan dan demotivasi oleh peserta didik muda. Hal tersebut bisa jadi disebabkan karena proses belajar terputus dari kenyataan
dan pengalaman peserta didik. Kecenderungan yang muncul adalah persepsi bahwa sejarah tidak memiliki manfaat atau kegunaan. Selain itu, penempatan
jam pelajaran sejarah di jam-jam akhir juga menambah keinginan peserta didik untuk tidak mengikuti pelajaran sejarah.
Kearifan lokal dapat menjadi salah satu upaya untuk lebih mendekatkan peserta didik pada pembelajaran sejarah, yaitu dengan memasukkan
unsur-unsur kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah. Muatan kearifan lokal sebagai bagian dari sejarah lokal dapat digunakan oleh guru untuk
membantu mengembangkan keterampilan berpikir sejarah seperti analisis sumber, pengumpulan data, dan penciptaan argumen sejarah.
5
Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
1 Asnawir dan Basyirudin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: Ciputat Pres. 2 Linda Darling-Hammond dan Ann Lieberman ed. 2013. “Teacher Education around the World:
Changing Policies and Practices” dalam Teacher Quality and School Development. Routledge: Taylor
Francis Group. 3 Ceramah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses
belajar dan pembelajaran. Metode pembelajaran sejarah konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Lihat Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 4 Deans homas “Service-Learning in Two Keys: Paulo Freire’s Critical Pedagogy in Relation to
John Dewey’s Pragmatism” dalam Michigan Journal of Community Service Learning Volume 6, January 1999
5 Michael P. Marino “Urban Space as a Primary Source: Local History and Historical hinking in New York City” dalam
Social Studies, vol. 103 no. 3 2012 hal. 107-116.
masyarakatnya. Keraifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri bangsa secara nasional. Pendidikan
dalam arti luas tidak hanya terjebak pada terminologi pendidikan formal yang memiliki acuan perjenjangan yang jelas. Fungsi utama pendidikan di setiap
tingkat adalah untuk menyediakan pelatihan cara-cara berpikir mendasar yang terwakili dalam berbagai mata pelajaran yang selama ini berkembang
dalam pencairan pengetahuan yang dapat di gunakan oleh manusia, perjalanan menggapai pemahaman budaya, dan upaya berkelanjutan untuk
meraih kekuatan intelektual. Sekolah harus bekerja dalam konteks kegiatan khasnya sendiri, yaitu menjadi agen pelatihan intelektual menentukan
dan berkaitan dengan sumbangan khasnya kepada umat manusia. Petuah dalam bentuk pagelaran adat dan tradisi merupaan kearifan lokal yang
mengandung etika dalam kehidupan. Integrasi nilai-nilai kearifan lokal yang ada di sekitar lembaga pendidikan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran
sejarah. Salah satu aplikasi pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah misalnya adalah mengajak peserta didik langsung
melihat pagelaran adat dan tradisi atau melihat tayangan video tentangnya di kelas. Pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran
sejarah diharapkan dapat mendorong peserta didik memahami kearifan lokalnya, kemudian mampu menimbulkan kecintaan dan bangga terhadap
budayanya yang pada akhirnya dapat memprkuat identitas diri dalam rangka memperkokoh rasa kecintaan terhadap bangsanya. Muatan kearifan lokal
dalam pembelajaran sejarah bisa dijadikan sebagai salah satu upaya untuk lebih mendekatkan peserta didik pada pembelajaran sejarah, yaitu denga cara
memasukkan unsur-unsur kearifan lokal di mana unsur-unsur tersebut ada pada sejarah lokal untuk dihubungkan ke tema yang lebih luas dalam sejarah
nasional.
6