Hasil penelitian. Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia.
dikelola dengan baik untuk mensejahterakan warga lokal. Dan kelompok ini juga menyimpulkan hal yang sama bahwa pendapat di buku teks kurang tepat
dengan yang ditemukan di lapangan.
Adapun kelompok 1 yang meniliti perkebunan the di wilayah pangalengan memiliki pendapat yang mendukung terhadap apa yang ditulis dalam buku teks.
Bahwa perkebunan teh peninggalan tanam paksa pada masa kolonial hanya menguntungkan pihak Belanda dan membuat rakyat menderita dan setelah
merdeka peninggalan berupa perkebunan teh mampu menghidupi penduduk lokal dan menunjang perekonomian nasional berdasarkan keuntungan yang
diperoleh dari hasil eksport teh.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu mencapai indikator yang ditetapkan yakni : 1 Siswa telah memahami
potensi alam di daerahnya melalui kunjungan sejarah lokal; 2 siswa telah memiliki pemikiran kritis dari peristiwa sejarah lokal untuk meningkatkan
potensi daerahnya demi kepentingan nasional. 3 Siswa memiliki ide untuk mengembangkan potensi lokalitas di sekitarnya untuk memperkuat eksistensi
nasional melalui kunjungan sejarah lokal.
H. Kendala dan Solusi Menerapkan Model Pembelajaran Kunjungan Sejarah Lokal Peninggalan Preanger Stelsel yang dapat meningkatkan
Nasionalisme
Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 - 20 September 2016 peneliti mencatat beberapa kendala yang dialami dalam
penelitian, antara lain :
1. Kegiatan Belajar Mengajar yang dilaksanakan pada hari senin – sabtu yang umumnya berakhir di sore hari sekitar pukul 14.20 pada hari Senin
sd Kamis dan pukul 11.30 pada hari jumat dan sabtu menyulitkan siswa menentukan waktu kunjungan sejarah.
2. Jam belajar sejarah Indonesia yang cukup pendek yakni 2 x 45 menit 90 menit sedangkan materi ajar cukup padat.
3. Kurangnya literatur mengenai sejarah lokal di sekolah. 4. Kondisi cuaca berpengaruh terhadap kunjungan sejarah.
Adapun solusi yang dilakukan untuk memperbaiki penelitian ini adalah : 1. Guru harus memiliki perencanaan yang matang mengenai waktu
pelaksanaan kunjungan kesejarahan. Sebaiknya sekolah dapat menyediakan waktu khusus untuk melaksanakan penelitian sejarah atau guru mencari
momen-momen tertentu yang bisa digunakan untuk melksanakan
penelitian tanpa mengganggu kegiatan belajar mengajar seperti hari libur nasional atau hari libur daerah.
2. Kemampuan mengelola waktu pembelajaran di kelas baik ceramah maupun diskusi kelas agar pembelajaran terlaksana secara efektif.
3. Tersedianya literatur mengenai sejarah lokal di perpustakaan sekolah atau memanfaatkan sumber internet dan perpustakaan daerah sebagai media
penunjang penelitian sejarah lokal.
4. Dalam menerapkan model pembelajaran kunjungan sejarah lokal perlu memperhatikan kondisi cuaca. Karena pembelajaran di luar kelas sangat
tergantung dengan kondisi cuaca.
Kesimpulan
Boyce mengemukakan bahwa pembelajaran sejarah harus mampu merealisasikan kejadian masa lalu pada masa sekarang. Sehingga dalam
pelaksanaannya guru dan siswa harus memiliki imajinasi yang tinggi melalui berbagai jenis pengetahuan yang positif Kochhar, 2008 hlm 397.
Agar pembelajaran sejarah mampu merealisasikan peristiwa masalalu dan membangun imajinasi siswa model pembelajaran kunjungan sejarah lokal
disekitar dapat dijadikan salah satu solusinya.
Adapun keunggulan lain menggunakan model pembelajaran kunjungan sejarah lokal dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia diantaranya siswa mampu
diarahkan untuk belajar memahami kejadian masa kini merupakan kelanjutan dari peristiwa masa lalu dan apa yang terjadi pada masa kini akan berdampak
pada peristiwa masa depan, begitupula peristiwa yang terjadi dalam tingkat lokal akan mempengaruhi peristiwa yang bersifat nasional sehingga siswa
mampu memahami potensi yang berada di sekitar lokalitas dia tinggalnya yang sempat diekploitasi untuk keuntungan pihak asing ada masa penajajahan dan
memunculkan kritik dan ide untuk mengembangkan potensi tersebut saat ini untuk kemajuan lokal yang menunjang dan memperkokoh entitas nasional.
Daftar Pustaka
Abdullah, T 2007a. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah – Lingkungan Terdekat : Disekitar Penulisan Sejarah Lokal 13-24. Bandung :
Salamina Press
Abdullah, T 2007b. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah – Lingkungan Terdekat : Penulisan Buku Teks sejarah lokal 195-210. Bandung
: Salamina Press
Darmawan, D. 2007. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah : Living History : Sebuah Model Pembelajaran Sejarah Lokal 241 – 254. Bandung :
Salamina Press
Direktorat Pembinaan SMA. 2014. Pembelajaran Sejarah Melalui Pendekatan Saintiik. Jakarta : Ditjen Pendidikan Menengah
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah : Teaching of History. Jakarta : Graesindo
Madjid, M.D. 2007. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah Penulisan Sejarah Lokal dari Aspek Kebudayaan 125 – 138. Bandung :
Salamina Press
Mulyana, A dan Gunawan. 2007. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah – Lingkungan Terdekat : Sumber Belajar Sejarah Lokal 1 – 12 .
Bandung : Salamina Press
Permendikbud No.103 Tahun 2013 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Tim Penyusun. 2014. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Pembukuan
Sjamsuddin, H. 2007a. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak Zed, M. 2007. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah – Ingatan
Kolektif Lokal dan keprihatinan Nasional 45 – 64. Bandung : Salamina Press. Zuhdi, S. 2007. Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah – Peristiwa
Sejarah di Tingkat Lokal dan Simpul Perekat Bangsa 103 – 114. Bandung : Salamina Press.
Dari Perselisihan Menuju Kedamaian: Memahami Nilai-Nilai Resolusi Konflik
Melalui Pembelajaran Sejarah
Firza
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret irza23husandragmail.com
Abstrak
Kehidupan bermasyarakat tidak bisa lepas dari perselisihan. Dampak yang ditimbulkan dari perselisihan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah
pihak yang terlibat, baik antar individu atau kelompok. Setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam menyelesaikan konlik, dan masing-masing
daerah memiliki cara tersendiri. Dalam masyarakat Kerinci, resolusi konlik disebut mendawah. Resolusi konlik pada masing-masing daerah memiliki
relevansi dengan kehidupan masyarakatnya, dengan demikian perselisihan yang terjadi bisa diselesaikan dengan kearifan lokal masyarakat setempat.
Resolusi konlik tersebut diharapkan bisa menciptakan kedamaian. Salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai lokal adalah dengan pendidikan.
Pendidikan sejarah menjadi jembatan penghubung yang tepat dalam menyampaikan nilai-nilai lokal. Salah satu tujuan dari pendidikan sejarah
adalah untuk membentuk karakter siswa dan memberikan kesadaran sejarah, khususnya tentang sejarah lokal. Melalui pendidikan nilai-nilai
kearifan lokal tetap bisa terjaga eksistensinya.
Kata Kunci : Resolusi Konlik, Nilai-Nilai Lokal, Pendidikan Sejarah