Nasionalisme Indonesia Awal Abad XX sebagai Pembelajaran Pendidikan dalam Masyarakat
Multikulturalisme Indonesia
Oleh:
Ali Ma’ruf Abstrak
Nasionalisme memiliki peranan penting dalam pembelajaran pendidikan masyarakat multikultural Indonesia. Nasionalisme Indonesia yang
terbentuk pada awal abad ke XX sudah semestinya menjadi pembelajaran pendidikan pada dewasa ini. Nasionalisme yang terbentuk di Indonesia
pada awal abad XX tidak memandang perbedaan ras, agama, atau suku bangsa. Nasionalisme lebih didasari pada persamaan nasib diantara
masyarakat Indonesia karena dijajah Belanda. Nasionalisme pada awal abab XX sudah selayaknya menjadi pembelajaran bagi pendidikan dewasa
ini. Pada kalangan pelajar nilai-nilai nasionalisme dapat dikatakan mulai luntur. Hal ini sangat berpengaruh terhadap konlik yang terjadi di
masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Pada akhirnya nasionalisme harus ditingkatkan kembali dalam pembelajaran pendidikan untuk mencegah
terjadinya konlik di masyarakat Indonesia yang multikultural.
Kata Kunci: Nasionalisme Indonesia, Pendidikan Multikultur, Abad XX. A. Pendahuluan
Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya dalam masyarakatnya sangat rawan terhadap konlik-konlik baik yang bersifat horisontal maupun
vertikal. Konlik-konlik yang bersikap horizontal maupun vertikal jika tidak ditangani dengan baik dapat mengancam integritas kesatuan bangsa Indonesia.
Pada era modern ini, masyarakat Indonesia sering dihadapkan pada konlik- konlik di berbagai daerah. Faktor penyebab konlik di berbagai daerah di
antaranya diawali oleh kurangnya sifat saling menghargai terhadap perbedaan diantara masayarakat Indonesia itu sendiri. Konlik horizontal lahir karena
perbedaan suku bangsa, agama, dan budaya yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Pada sisi lain konlik vertikal tercipta karena adanya konlik antara
pemimpin dengan masyarakat, atasan dengan bawahan, maupun pemilik modal dengan buruhnya. Pendek katanya konlik horizontal merupakan
konlik sosial, sedangkan konlik vertikal merupakan konlik politik.
Konlik yang terjadi di berbagai daerah tidak akan terjadi jika masyarakat Indonesia dapat mengambil sisi positif terhadap masyarakat multikultural yang
dimilikinya. Konlik yang terjadi di Indonesia jika dibiarkan terus-menerus tentu
dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal ini jika sampai terjadi tentu akan menghilangkan semangat nasionalisme terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini menjadi tugas dari lembaga pendidikan yang sudah semestinya meningkatkan kembali rasa cinta tanah air terhadap
bangsa Indonesia melalui pembelajaran pendidikan multikulturalisme.
Nasionalisme dalam pembelajaran pendidikan multikultural dapat dipelajari dengan mempelajari nilai-nilai nasionalisme Indonesia pada masa
pergerakan. Indonesia sebagai sebuah negara yang multikultur terbentuk karena adanya kesamaan nasib akibat dari pendudukan Pemerintah Kolonial Belanda.
Kesamaan nasib karena dijajah inilah yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme pada masyarakat Indonesia pada awal abad XX. Pada saat itu
Indonesia yang masih dikenal dengan Hindia Belanda memiliki kesamaan dengan masa sekarang pada masyakatnya yang multikultur. Perbedaan pada
masyarakat Indonesia tidak menjadi penghalang bagi persatuan diantara masyarakatnya untuk keluar dari pendudukan pemerintah kolonial. Semangat
nasionalisme meskipun berada dalam masyarakat multikultur inilah yang sudah semestinya harus menjadi pedoman kembali dalam pembelajaran pendidikan
di masa sekarang.
B. Munculnya Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme di Indonesia muncul pada awal abad ke XX dengan ditandai banyaknya kaum terpelajar Indonesia. Munculnya nasionalisme di
Indonesia tidak lain adalah sebagai dampak dari diterapkannya Politik Etis oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Politik etis mengubah pandangan dalam
politik kolonial yang beranggapan Indonesia tidak lagi sebagai wingewest daerah yang menguntungkan menjadai daerah yang perlu dikembangkan
sehingga dapat dipenuhi keperluannya, dan ditingkatkan budaya rakyat bumi.
1
Politik Etis muncul ketika banyak desakan dari berbagai pihak terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebelumnya yang
menyengsarakan masyarakat Indonesia. Tiga isi pokok dari politik etis adalah irigasi, transmigrasi, dan edukasi. Pendidikan dalam politik etis berdampak
sangat besar bagi masyarakat Indonesia karena semakin banyak kaum terpelajar di Indonesia.
Kaum terpejar Indonesia yang dalam hal ini sebagian besar berasal dari pemuda telah membentuk perjuangan yang baru dalam mencapai kemerdekaan
Indonesia. Munculnya kaum terpejar ini berdampak pada tumbuhnya nasionalisme pada setiap pelajar baik yang study di sekolah-sekolah Indonesia
maupun yang berada di luar Indonesia mengingat pada saat itu banyak pemuda Indonesia yang study di luar Indonesia. Nasionalisme yang muncul dari
pemuda-pemuda Indonesia adalah semangat untuk melawan kolonialisme demi
1 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. 2010, hlm. 24.
memperoleh kemerdekaan Indonesia. Kolonialisme, dengan kata lain, berhasil mengubah nasionalisme menjadi sebuah kredo politik tentang pentingnya
pengaruh global.
2
Nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika memiliki corak yang hampir sama dengan ciri untuk membebaskan diri dari penjajahan Bangsa
Barat. Hal ini berlaku juga pada Indonesia yang menginginkan untuk bebas dari jeratan Bangsa Barat yang dalam hal ini adalah Pemerintah Kolonial Belanda.
Sikap Pemerintahan Kolonial Belanda yang menjadikan Indonesia sebagai ladang emas bagi negaranya telah membuat kemarahan yang besar
bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia secara psikologis telah dipermalukan secara lahir dan batin oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Kolonialisme Belanda dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan yang tidak bermoral karena menjadikan pribumi sebagai budak dalam menghasilkan
kekayaannya. Tauik Abdullah menyatakan bahwa apapun yang akan dikatakan secara moral atau ideologis atau bahkan secara teoritis tentang kolonialisme,
namun tak bisa diingkari bahwa kekuatan ini telah menjadikan kontur geograis berubah dan tidak kurang pentingnya menyebabkan terjadinya perubahan
yang tak organik dari masyarakat setempat.
3
Kolonialisme yang dilakukan terhadap masyarakat Indonesia merupakan sebuah tindak kejahatan kultural.
Pemerintah Kolonial Belanda menganggap bahwa masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang primitif dan lebih rendah kedudukannya dari mereka. Masyarakat
Indonesia secara otomatis tidak maju dalam cara berpikirnya karena masih sedikitnya masyarakat yang dapat merasakan bangku pendidikan.
Awal abad XX merupakan titik balik bagi perjuangan masyarakat Indonesia dalam memperoleh kemerdekaannya. Indonesia sendiri baru muncul awal
abad ke XX karena pada masa sebelumnya wilayah Indonesia merupakan sebuah negara yang disatukan oleh kekuasaan Belanda. Wilayah Indonesia
sebelum abad ke XX merupakan sebuah daerah yang terpisah-pisah dengan identitas kedaerahannya. Sifat kedaerahan inilah yang menyebabkan susahnya
dari masing-masing daerah untuk melepaskan diri dari Pemerintah Kolonial Belanda. Kondisi seperti ini berlangsung lama hingga awal abad ke XX terjadi
perubahan dalam cara berpikir masyarakat Indonesia.
Perubahan dalam cara berpikir masyarakat Indonesia ini disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda terhadap pendidikan di Indonesia.
Masyarakat pribumi semakin banyak yang memperoleh pendidikan barat dari Pemerintah Kolonial Belanda. Pendidikan barat—biarpun awalnya diterima
dengan curiga bercampur kekaguman dan kekangenan oleh kaum elite Indonesia karena berpotensi menmbulkan ketercerabutan dari budaya—
memberi alat analitis untuk membentuk kembal kesadaran pribumi yang baru seta sarana menghadapi dan menguasi modernitas, betapapun membingungkan
2 Andrew Heywood. Politik Edisi Ke-4. Yogyakarta: Pustaka palajar. 2014, hlm. 210. 3 Tauik Abdullah. Nasionalisme Sejarah. Bandung: Sarya Historika. 2001, hlm. 54.
dan mengucilkan.
4
Kekhawatiran manakala pendidikan barat bisa berdampak buruk bagi pemikiran masyarakat Indonesia yang semakin membela pendudukan
Pemerintah Kolonial Belanda. Pada perkembanganya kekhawatiran tersebut justru berbalik karena pendidikan barat justu mengobarkan semangat untuk
mengubah keadaan. Gairah untuk mengubah keadaan semakin besar dengan semakin banyaknya kaum terpelajar Indonesia. Kaum terpelajar tidak hanya
berasal dari kaum Priyayi akan tetapi juga berasal dari masyarakat biasa yang mempunyai semangat belajar tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin
banyaknya pelajar dari Indonesia yang belajar di Eropa khususnya di Belanda yang diimbangi dengan banyaknya sekolah-sekolah yang didirikan di Indonesia
baik oleh Pemerintah Kolonial Belanda maupun dari swasta.
Semangat nasionalisme masyarakat Indonesia terwujud melalui pembentukan organisasi-organisasi yang bersifat nasional maupun
kedaerahan. Organisasi nasional pertama yang terbentuk adalah Budi Utomo yang terdiri para mahasiswa sekolah dokter STOVIA Jawa dan Madura.
Ketidakpuasan terhadap Budi Utomo yang hanya sebatas perkumpulan mahasiswa dan priyayi Jawa dan Madura ini memicu munculnya organisasi-
organisasi lain di Indonesia. Sarekat Islam kemudian berdiri dan memiliki anggota para pedagang di seluruh Indonesia. Organisasi lain yang muncul
kemudian adalah Indische Partij IP pada 1912 yang didirikan oleh tokoh tiga serangkai yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Soewardi Soeryaningrat dan Tjipto
Mangoenkoesomo. IP merupakan organisasi politik pertama yang lahir di Indonesia dengan sikap non-kooperatif. Pada perkembangannya lahirnya IP ini
memicu terbentuknya organisasi politik lain di Indonesia seperti Perhimpunan Indonesia, PNI, PKI, dan sebagainya.
Organisasi politik yang berkembang demikian pesatnya di Indonesia memicu semangat nasionalisme yang tinggi dari waktu ke waktu. Cita-cita
Indonesia yang merdeka tertuang dalam manifesto politik dari Perhimpunan Indonesia yang terdiri dari mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda.
Perhimpunan Indonesia melalui majalahnya Indonesia Merdeka melakukan manifesto politiknya terhadap para pembacanya. Peristiwa sederhana ini
sekaligus mengatakan tiga hal yang fundamental—adanya sebuah bangsa yang bernama Indonesia, adanya sebuah negeri yang bernama Indonesia, dan bangsa
ini menuntut kemerdekaan bagi negerinya.
5
Perhimpunan Indonesia seolah menjadi organisasi pelopor yang bersifat radikal kepada Pemerintah Kolonial
Belanda. Mahasiswa-mahasiswa yang berada di Belanda seolah menjadi contoh nyata bagi terciptanya organisasi-organisasi radikal yang lain di Indonesia.
Organisasi-organisasi politik di Indonesia khususnya pada tahun 1920-an merupakan contoh nyata bentuk nasionalisme yang tinggi dari para pemuda
4 R.E. Elson. he Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2009, hlm. 12.
5 Sartono Kartodirdjo. Sejak Indische Sampai Indonesia. Jakarta: Kompas. 2005, hlm. xii.