pendidikan ilmu sosial dan humaniora pada umumnya dalam posisi yang berseberangan dengan pendidikan eksakta dan teknologi I Gde Widja, 2002.
Pandangan tersebut bisa jadi menjadi legitimasi untuk meletakkan pendidikan sejarah pada posisi yang tidak penting dan cenderung hanya
menjadi pelengkap kurikulum nasional. Faktanya ada atau tidak pengaruh dari pandangan tersebut, dalam kurikulum KBK dan KTSP, pendidikan sejarah
seakan hanya menjadi subjek minor yang dapat diajarkan oleh guru yang bahkan tidak memiliki kompetensi sebagai pengajar sejarah.
Kehadiran pendidikan sejarah dalam kurikulum pendidikan formal dilandasi oleh pertimbangan akademik. Wineburg 2006 mengatakan bahwa;
pengetahuan sejarah dapat berperan seperti bank pengetahuan dalam melakukan kontemplasi atas masalah-masalah kekinian. Cerita sejarah sangat iluminatif
tentang upaya manusia menjawab tantangan yang mereka hadapi dan media yang sangat baik untuk mengembangkan inspirasi, kreativitas, inisiatif, dan
kemampuan berikir antisipatif. Kemampuan sejarah sebagai media pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan disebabkan karena sejarah berhubungan
dengan berbagai aspek kehidupan manusia di masa lampau yang terus berlanjut ke masa kini dan masa mendatang Hamid Hasan, 2012. Argumen tersebut
menjelaskan bahwa pendidikan sejarah dalam kurikulum nasional sangatlah penting. Peran penting pendidikan sejarah tersebut akan dapat mencapai
fungsinya dengan maksimal apabila keberadaan pendidikan sejarah dalam kurikulum nasional dapat menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik, yang
dioperasionalkan dalam pembelajaran sejarah.
C. Kurikulum Nasional dan Prasarat Kompetensi Calon Guru Sejarah
Perkembangan kurikulum pendidikan sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir semakin akademis, hal ini terlihat dari kurikulum sejarah level SLTA yang
telah memasukkan muatan-muatan keilmuan secara spesiik dan mensyaratkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada jenjang SLTA yaitu kemampuan
berpikir historis yang di dalamnya juga mensyaratkan kemampuan berpikir kritis. Bila dianalisis sejak KTSP, terlebih pada Kurikulum 2013 secara eksplisit
telah tertulis bahwa salah satu tujuan kurikulum adalah; mengembangkan kemampuan berpikir sejarah historical thinking, keterampilan sejarah
historical skill, dan wawasan terhadap isu sejarah historical issues, serta menerapkan kemampuan, keterampilan dan wawasan tersebut dalam kehidupan
masa kini Dokumen Kurikulum 2013.
Berpikir historis dalam tinjauan Garvey Krug 2015, tidak terlepas dari aspek pemahaman sejarah. Pembelajaran sejarah yang baik menurut Garvey
Krug 2015: 4 tidak terbatas pada pengetahuan faktual saja. Siswa juga dituntut untuk memahami perkembangan peristiwa sejarah secara imajinatif
dan analitis. Selanjutnya kemampuan ini dapat dilihat melalui tiga hal;
pertama, ketertarikannya pada waktu dalam mengidentiikasi dan menganalisis perubahan dan perkembangan; kedua, memiliki imajinasi gambar pictorial
dan empati yang kuat; ketiga, pemahaman masa lalu secara holistik.
Menurut Frederick Soeri Soeroto 2005 beberapa unsur pemikiran sejarah yang merupakan proses untuk memahami masa lampau yang pertama
adalah pengertian waktu, sebagai pangkal pemikiran sejarah waktu dapat diuraikan sebagai sesuatu yang mutlak dalam sejarah. Unsur selanjutnya adalah
kesadaran akan sifat dasar fakta, yaitu kerumitannya. Fakta harus dilihat dari berbagai sudut, sebanyak mungkin, serta diperlakukan dengan hati-hati sekali
dan akhirnya harus diputuskan pada bagian atau dalam pengertian yang seperti apa yang paling mendekati kebenaran. Unsur ketiga ialah tekanan pada sebab-
musabab, bukan saja kapan suatu kejadian itu terjadi, apa yang sesungguhnya telah terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi juga mengapa. Terakhir, meskipun
sejarah unik akan tetapi jangkauan topiknya bisa sangat luas dalam artian bisa apa saja dalam segi kehidupan manusia.
Sementara itu dalam kategori Centre for Study of Historical Conciuosness Heri Susanto, 2015: 31-32 meletakkan historical thinking pada pilar:
1. Membangun makna sejarah establish historical signiicance 2. Kecenderungan menggunakan sumber primer use primary source
evidence 3. Mengidentiikasi perubahan dan keberlanjutan identify continuity and
change 4. Menganalisis sebab dan akibat analyze cause and consequence
5. Menggunakan sudut pandang sejarah take historical perspectives 6. Memahami dimensi etis dari interpretasi sejarah understand the ethical
dimension of historical interpretations Sedangkan kategori yang dibuat oleh AP U.S. History Course Heri Susanto,
2015: 32 berdasarkan pada 4 kategori keterampilan berpikir historis, yaitu: 1. Menganalisis sumber-sumber dan bukti sejarah analyzing historical
sources and evidence 2. Membuat hubunganketerkaitan historis making historical connections
3. Penalaran kronologis chronological reasoning 4. Menciptakan dan mendukung argumen sejarah creating and supporting
a historical argument Kriteria-kriteria tersebut menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan
sejarah secara spesiik telah diarahkan untuk melatih siswa menguasai
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Lebih terstruktur, untuk merumuskan kemampuan apa yang harus dikuasai sarjana pendidikan sejarah dapat digunakan
kriteria yang dimuat dalam tuning education structure yang dikembangkan oleh
he Competences in Education and Recognition Project CoRe sebagai berikut:
Secara umum dalam aspek keilmuan adalah sebagai berikut:
1. Berpikiran kritis; memiliki kemampuan berpikir dalam lingkup keilmuan, menyikapi masalah dengan cara mengumpulkan data
terkait, melakukan analisis dan mengajukan gagasantemuan untuk menyelesaikan masalah
2. Memiliki kemampuan menulis ilmiah dan berbicara dalam Bahasa Indonesia; mampu untuk menulis ilmiah dan berbicara dengan benar
dalam lingkungan komunikasi yang beragam.
3. Memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri, mengambil inisiatif dan memanajemen waktu; kemampuan untuk mengorganisasi pekerjaan
yang beragam, sesuai dengan hasil yang diharapkan dan tepat waktu.
4. Memiliki kemampuan bekerja dalam tim dalam lingkup multi disiplin dan multikultur.
Sedangkan secara khusus proil keilmuan lulusan program studi pendidikan
sejarah adalah: 1. Menguasai dasar pengetahuan umum; mengacu pada tema-tema utama
sejarah dan pengetahuan tentang perkembangan dunia 2. Mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dikuasai; kemampuan
untuk menggunakan informasi awal dan informasi yang diterima dalam memformulasikan pertalian logis permasalahan dalam pembelajaran
sejarah.
3. Kesadaran akan keberadaan pengetahuan sejarah yang dinamis dan bersifat kontroversial
4. Kesadaran akan hubungan antara isu kekinian dengan masa lalu 5. Pengetahuan tentang kerangka diakronis umum masa lalu
6. Menguasai pengetahuan spesiik tentang kronologi dan interpretasi historiograi kolonialisme, dekolonisasi, modernisme, posmodernisme
dan globalisasi
7. Menguasai pengetahuan spesiik setidaknya satu tematik tertentu misalnya; sejarah hubungan internasional, sejarah sosial ekonomi,
sejarah ide, sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi dsb.
8. Menguasai kemampuan untuk memperoleh dan mengelola informasi