Mengadakan kegiatan jelajah lingkungan lawatan;

lembaga penelitian diantaranya, lembaga penelitian teh dan kina di wilayah Gambung Ciwidey yang memberikan manfaat bagi Hindia-Belanda karena menghasilkan obat Malaria yang saat itu menjadi wabah yang mematikan. Selanjutnya, siswa juga mampu menemukan bukti peninggalan Preanger Stelsel di Kabupaten Bandung yang berada di sekitar sekolah dan tempat tinggal pada pertanyaan kedua diantaranya, ditemukannya perkebunan teh, kopi dan kina di wilayah Pasir jambu, Ciwidey dan Pangalengan. Selain itu ditemukan pula jalur kereta api yang menghubungkan kecamatan Banjaran, Ciluncat, Soreang, Pasir Jambu hingga Ciwidey yang tidak lagi digunakan. Terakhir yang paling menarik adalah siswa mampu membandingkan peninggalan Preanger Stelsel bagi masyarakat lokal dan nasional di masa lalu dan masa kini.dalam bentuk tabel. Ada beberapa kritik yang menarik berdasarkan fakta yang berhasil diungkap siswa mengenai jalur rel kereta api, komoditas teh dan kopi. Menurut Kelompok 2 yang memfokuskan penelitiannya di kecamatan Soreang dan Pasir Jambu menjelaskan hasil pengamatan dan kajian literatur sejarah lokal yang ditemukan di perpustakaan daerah Kabupaten Bandung menjelaskan bahwa jalur Kereta Api yang melintasi beberapa kecamatan di wilayah kabupaten bandung pada masa tanam paksa memiliki manfaat lokal mempermudah ditribusi hasil pertanian yang mempercepat kemajuan ekonomi yang menguntungkan pihak Kerajaan Belanda. Namun mirisnya rel kereta yang tidak lagi digunakan setelah terjadi kecelakaan kereta yang menelan korban jiwa pada tahun 1970. kelompok ini menyayangkan jalur yang tidak lagi digunakan ini kini beralih fungsi menjadi pemukiman padat penduduk yang kurang layak huni padahal masih memiliki nilai ekonomis sebagai jalur transportasi yang dapat mengurangi kemacetan di wilayah yang dilaluinya yang memiliki potensi wisata seperti kecamatan Ciwidey dan Pasir Jambu. Kelompok ini juga menyimpulkan bahwa pendapat di buku teks kurang tepat dengan yang ditemukan di lapangan. Adapun kelompok 4 lebih memfokuskan penelitian ke wilayah perkebunan the dan kopi di pangalengan. Kelompok ini berpendapat bahwa pada masa tanam paksa Preanger stelsel perkebunan kopi Malabar yang ditemukan dipangalengan memiliki dampak ekonomis yang tinggi bagi pemerintah belanda namun tidak bagi penduduk lokal. Bahkan menurut hasil wawancara dengan warga lokal yang berprofesi sebagai petani kopi pribumi yang ingin menikmati kopi sampai menyeduh daun kopi yang dikeringkan yang disebut dengn istilah kopi daun. Tidak jauh berbeda dengan saat ini meskipun tidak lagi menyeduh kopi daun dan mampu menikmati kopi yang ditanamnya namun petani kopi tersebut mengaku hasil panennya belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari karena harga yang ditawarkan tengkulak sangatlah rendah. Berbeda hasil produksi susu sapi yang dikelola KPBS dan teh yang dikelola PTPN VII, perkebunan kopi di Pangalengan meski memiliki kualitas yang baik namun masih belum dikelola dengan baik untuk mensejahterakan warga lokal. Dan kelompok ini juga menyimpulkan hal yang sama bahwa pendapat di buku teks kurang tepat dengan yang ditemukan di lapangan. Adapun kelompok 1 yang meniliti perkebunan the di wilayah pangalengan memiliki pendapat yang mendukung terhadap apa yang ditulis dalam buku teks. Bahwa perkebunan teh peninggalan tanam paksa pada masa kolonial hanya menguntungkan pihak Belanda dan membuat rakyat menderita dan setelah merdeka peninggalan berupa perkebunan teh mampu menghidupi penduduk lokal dan menunjang perekonomian nasional berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari hasil eksport teh. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu mencapai indikator yang ditetapkan yakni : 1 Siswa telah memahami potensi alam di daerahnya melalui kunjungan sejarah lokal; 2 siswa telah memiliki pemikiran kritis dari peristiwa sejarah lokal untuk meningkatkan potensi daerahnya demi kepentingan nasional. 3 Siswa memiliki ide untuk mengembangkan potensi lokalitas di sekitarnya untuk memperkuat eksistensi nasional melalui kunjungan sejarah lokal. H. Kendala dan Solusi Menerapkan Model Pembelajaran Kunjungan Sejarah Lokal Peninggalan Preanger Stelsel yang dapat meningkatkan Nasionalisme Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 - 20 September 2016 peneliti mencatat beberapa kendala yang dialami dalam penelitian, antara lain : 1. Kegiatan Belajar Mengajar yang dilaksanakan pada hari senin – sabtu yang umumnya berakhir di sore hari sekitar pukul 14.20 pada hari Senin sd Kamis dan pukul 11.30 pada hari jumat dan sabtu menyulitkan siswa menentukan waktu kunjungan sejarah. 2. Jam belajar sejarah Indonesia yang cukup pendek yakni 2 x 45 menit 90 menit sedangkan materi ajar cukup padat. 3. Kurangnya literatur mengenai sejarah lokal di sekolah. 4. Kondisi cuaca berpengaruh terhadap kunjungan sejarah. Adapun solusi yang dilakukan untuk memperbaiki penelitian ini adalah : 1. Guru harus memiliki perencanaan yang matang mengenai waktu pelaksanaan kunjungan kesejarahan. Sebaiknya sekolah dapat menyediakan waktu khusus untuk melaksanakan penelitian sejarah atau guru mencari momen-momen tertentu yang bisa digunakan untuk melksanakan