Penerapan Model Group Investigation terhadap Pembelajaran Sejarah

dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini bagian yang bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa. 5. Evaluasi Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

C. Contoh Implementasi Model Group Investigation dalam Ruang Kelas

Menurut Shran Sharan 1992 dalam Tukiran Taniredja “kerakteristik unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran dan motivasi intrinsik.” Sharan mengatakan bahwa keempat itur investigasti kelompok tersebut dapat digabungkan ke dalam model enam tahap, yaitu: Tahap 1: Kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam kelompok penelitian Tahap 2: Kelompok merencanakan penelitian mereka Tahap 3: Kelompok melakukan penelitian Tahap 4: Kelompok merencanakan presentasi Tahap 5: Kelompok melaksanakan presentasi Tahap 6: Guru dan siswa mengevaluasi proyek dari siswa Pada contoh kondisi kelas XII SMA, materi sejarah Indonesia Kontemporer pokok bahasan G 30 S. Guru mengkondisikan siswa untuk belajar berdasarkan model Group Investigation yang sesuai dengan RPP. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 6 siswa. Materi G 30 S merupakan materi kontroversi yang dapat dikatakan ada teori konspirasi di dalamnya. Agar menarik bagi siswa, sajikan siapa sajakah yang diduga menjadi dalang-dalang gerakan tersebut dan bagaimana perannya dalam gerakan itu. Kemudian setiap kelompok mendapat materi masing-masing dari subtema yang sudah ada. Siswa kemudian mulai membentuk kelompok yang sudah ditentukan, setelah kelompok terbentuk siswa melakukan diskusi menentukan tugas bagi tiap anggota kelompok. Proses investigasi dimulai dari siswa memilih bahan-bahan yang digunakan untuk menambah sumber, seperti membaca buku, mengunjungi blog, arsip surat kabar dan literatur yang relevan. Siswa mulai menjelaskan pemikiran yang didapat dari sumber kepada teman kelompok agar sekelompok bisa mengoreksi apabila terdapat sumber yang dianggap kurang sesuai dengan permasalahan, serta menyatukan sumber yang bisa digabung untuk memperbanyak materi. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengawasi siswa. Bimbingan dan arahan menjadi hal yang perlu diperhatikan agar siswa dapat merumuskan rencana penelitian agar sesuai jalur yang benar. Setelah sumber yang dikumpulkan kelompok sudah terpenuhi, siswa melaju ke tahap selanjutnya untuk merencanakan presentasi. Siswa juga berdiskusi mengenai penyajiannya di depan kelas dan menyiapkan sumber yang ada saat pertanyaan dari kelompok lain muncul. Guru disini mencoba mengontrol siswa dengan mengharuskan setiap anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam kerja kelompok tersebut.

D. Penutup

Model cooperative learning merupakan pembelajaran dengan dasar kerjasama. Setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kesesuaian cooperative learning terhadap pembelajaran sejarah. Pembelajaran kooperatif dapat merangsang siswa dalam mencapai tujuan dari pembelajaran sejarah. Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Pada lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran yang saling membantu antar satu dengan yang lain. Group Investigation salah satu yang tepat dalam pembelajaran sejarah. merupakan metode yang dapat mengarahkan dan mendorong anak agar lebih terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. Karena metode ini mengharuskan anak untuk bekerja secara berkelompok, maka kemampuan ataupun keterampilan berkomunikasi diperlukan untuk proses pembelajaran. Selain melihat kemampuan anak yang diharuskan untuk melaksanakan kegiatan secara kelompok, mereka pun akan dilatih agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir sejarah secara mandiri. Daftar Pustaka Aman. 2009. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak Hasan, Hamid. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia. Bandung: Rizqi Press. Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning: Metode, teknik, struktur dan model penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Slavin, Roberts. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta : PT Rineka Cipta. Supriatna, Nana. 2007. Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM Suud, Abu. 1994. “Format metodologi pengajaran sejarah dalam transformasi nilai dan pengetahuan”. Makalah seminar nasional memantapkan format metodologi pendidikan sjearah dan sosialisasi kurikulum 1994. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Taniredja, Tukiran. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. Widja, I Gde. 1989. Dasar–Dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta.