Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa

bangsa. Keempat,mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dignity.

C. Pembelajaran Sejarah dalam membangun karakter bangsa

Pembelajaran sejarah pada dasarnya memiliki peran mengaktualisasikan dua unsur pembelajaran dan pendidikan. Unsur pertama adalah pembelajaran instruction dan pendidikan intelektual intellectual training. Unsur kedua adalah adanya pembelajaran dan pendidikan moral bangsa dan civil society yang demokratis dan bertanggung jawab pada masa depan bangsa Isjoni, 2007, Hlm. 12. Sejalan dengan itu Hamid 2012, Hlm. 87 menjelaskan bahwa mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pentingnya pembelajaran sejarah kaitannya dengan pendidikan karakter termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yaitu: 1. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. 2. Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan. 3. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa. 4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Hal diatas memperlihatkan bahwa pembelajaran sejarah dirumuskan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran sejarah bertujuan untuk membina pewarisan nilai-nilai kebudayaan dalam rangka pembentukan kesadaran nasional. Tujuan pembentukan kesadaran sejarah tidak terlepas dari upaya pembentukan kesadaran individu dan kelompok masyarakat, yang akan mencakup penilaian sejumlah pengetahuan tertentu kognitif. Dalam hal ini meliputi pengetahuan tentang sejarah dan pembentukan sikap serta kesadaran sejarah efektif, sehingga yang menonjol dalam pembelajaran sejarah adalah dua aspek psikologis penting dalam tujuan pendidikan yaitu pembentukan dan pembinaan kognisi dan afeksi dengan menggunakan materi sejarah sebagai media pendidikannya Zainul, 2004, hlm. 76. Pendidikan sejarah dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan internalisasi nilai. Diperlukan adanya pengorganisasian bahan yang beraneka ragam serta metode pembelajaran yang tepat. Di samping itu gaya belajar peserta didik juga perlu mendapat perhatian, agar tidak kehilangan bingkai moral dan feksi dari seluruh tujuan pengajaran yang telah ada. Karena tanpa bingkai moral, pengajaran sejarah tidak akan banyak pengaruhnya dalam rangka memantapkan jati diri kepribadian bangsa. Pembentukan kepribadian nasional beserta identitas dan jati diri tidak akan terwujud tanpa adanya pengembangan kesadaran sejarah sebagai sumber inspirasi dan aspirasi. Kepribadian nasional, identitas, dan jati diri berkembang melalui pengalaman kolektif bangsa, yaitu proses sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran sejarah menurut Maruzy dalam Sirnayatin, 2013, Hlm. 21 adalah sebagai berikut: 1. Sejarah terkait dengan masa lampau. Masa lampau berisi peristiwa atau kejadian yang telah berlalu. Jadi pembelajaran sejarah adalah pembelajaran mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang telah ditulis oleh sejarawan tentang perkembangan masyarakat di masa lampau. Sementara materi pokok pembelajaran sejarah pembelajaran sejarah adalah hasil dari penulisan sejarawan berdasarkan sumber-sumber atau fakta-fakta sejarah. Karena itu dalam pembelajaran sejarah guru dituntut harus lebih cermat dan kritis dalam menjelaskan materi pembelajaran sejarah. 2. Sejarah bersifat kronologis. Dalam mengorganisasikan materi pokok pembelajaran sejarah haruslah didasarkan pada urutan kronologis peristiwa sejarah. Selain kronologis juga harus bersifat sistematis. Sehingga peristiwa yang terjadi pada masa lampau dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. 3. Sejarah mempunyai tiga unsur penting, yakni: manusia, ruang dan waktu. Mengembangkan pembelajaran sejarah harus selalu diingat siapa pelaku peristiwa sejarah, dimana dan kapan. Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah. Sekalipun sejarah itu erat kaitannya dengan waktu lampau, tetapi waktu lampau it uterus berkesinambungan. Sehingga perspektif waktu dalam sejarah, ada waktu lampau, kini dan akan datang. Dalam mendesain materi pokok pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan persoalan masa kini dan masa depan. Terutama dalam menyisipkan kecakapan hidup life skill, kesetaraan gender, hak azazi manusia, dan muti culture. 4. Sejarah mempunyai prinsip sebab-akibat. Yakni merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, dalam menjelaskan peristiwa sejarah yang satu dengan yang satu dengan peristiwa sejarah yang lain perlu mengingat prinsip sebab-akibat, dimana peristiwa yang satu diakibatkan oleh peristiwa sejarah yang lain dan peristiwa sejarah yang satu akan menjadi sebab peristiwa sejarah berikutnya. Lebih lanjut Hasan 2012, Hlm. 88 menjelaskan materi pendidikan sejarah akan mampu membangun memori kolektif sebagai bangsa hasil belajar apabila ada proses identiikasi yang kuat dari peserta didik terhadap peristiwa sejarah yang dipelajari. Disinilah guru sejarah berperan penting untuk membantu atau memfasilitasi peserta didik. Guru sejarah harus mampu memberikan pemahaman kepada siswa mengenai makna dari pembelajaran sejarah itu sendiri. Pembelajaran sejarah berfungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter yang dapat dilihat bukti dan implikasinya dari kejadian- kejadian di masa lalu. Sebagai contoh, ketika mempelajari peristiwa proklamasi. Tokoh Proklamator bangsa Indonesia yakni Bung Karno dan Bung Hatta merupakan orang-orang cerdas, intelek, dan pintar. Banyak sekali godaan-godaan dan bujukan-bujukan yang dilakukan oleh pihak pemerintah Belanda agar Bung Karno dan Bung Hatta memihak pada Belanda. Mereka diiming-imingi dengan harta, kekuasaan dan kenyamanan dalam kehidupan, akan tetapi mereka lebih memilih membela kemerdekaan bangsa Indonesia yang penuh dengan perjuangan berat dan kesusahan hingga mereka diasingkan. Dapat disimpulkan bahwa selain mereka memiliki ilmu yang tinggi, mereka juga mempunyai integritas, moral dan hati sehingga tidak menggadaikan bangsanya sendiri hanya demi kenyamanan kehidupan mereka. Masih banyak lagi tokoh-tokoh yang patut menjadi teladan bagi peserta didik, bukan hanya tokoh yang berasal dari kaum laki-laki. Tokoh perempuan juga banyak yang bisa di jadikan teladan, seperti Kartini, dan di Sumatera ada Rohana Kudus yang berjuang demi emansipasi wanita. Keteladalan tokoh dalam pembelajaran sejarah bisa juga terlihat dari tokoh-tokoh yang ada di sekitar peserta didik. Selain itu pembudayaan nilai-nilai karakter dalam lingkungan sekolah dalam kegiatan sehari-hari merupakan sarana yang efektif apabila dilakukan secara disiplin. Proses pembiasaan ini akan mampu membentuk sikap dan perilaku peserta didik melalui interaksi dan komunikasi dengan warga sekolah sebagai komunitas sosial yang cukup heterogen. Proses internalisasi nilai-nilai ini akan semakin bermakna apabila dilakukan dalam suasana kehidupan sekolah yang demokratis, jujur, dan terbuka. Upaya pembudayaan nilai-nilai karakter ini bukan suatu hal yang mudah dilakukan. Tetapi dengan tekat yang kuat dan usaha-usaha serius secara