188
putaran rotor melampaui batas dan mengasut kembali jika kecepatan angin atau putaran rotor tersebut telah memenuhi persyaratan .
Faktor utama yang harus di pertimbangkan dalam penggunaan sistem pemompaan tenaga angin adalah aspek teknis dan ekonomisfinansial. Dari aspek teknis, diperlukan data
yang berhubungan dengan sistem konversi energi angin yang paling cocok dengan potensi lokasi, demand atau kebutuhan kosumen, teknologi yang tersedia dipasaran, biaya
operasional pemasangan dan lain-lain. Sedangkan dari aspek ekonomifinansial, diperlukan data dan informasi mengenai harga sistem, investasi, payback period periode
pengembalian, NPV Net Present Value, Profitability Indeks PI dan lain-lain. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dan dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih
tinggi dari sistem SKEA ini maka kedua aspek tersebut diatas harus seimbang.
3.3. Peran Pemerintah dalam Pengembangan SKEA
Pemerintah dapat berperan dalam mengembangkan skema investasi dan pendanaan sistem SKEA yaitu pemberian prioritas dan kemudahan untuk investasi SKEA dan
mendorong investasi swasta baik dari dalam maupun luar negeri. Partisipasi pemerintah daerah dalam upaya pengembangan SKEA diantaranya
memfasilitasi pemgembangan PLTMH dalam rencana pembangunan daerah dan penyediaan dana SKEA bersumber dari APBD. Pemda diharapkan juga dapat
mengkoordinasi lembaga – lembaga terkait BAPPEDA, Dinas ESDM, PLN Daerah untuk
perencanaan, dan pengembangan dan pemanfaatan listrik hasil SKEA. Peran serta pemerintah ini diharapkan akan mempercepat kemajuan pembangunan di daerah dengan
memanfaatkan sistem konversi energi angin.
4. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pengolahan data mengenai pengembangan sistem konversi energi untuk pemompaan di Kabupaten Indramayu yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
yaitu Indramayu memiliki potensi energi angin berkisar 18.13 ms. Potensi energi angin tersebut secara teknis dapat dimanfaatkan sebagai sistem pompa air tenaga angin yang
dapat digunakan untuk mengairi lahan pertanian terutama untuk pengairan perkebunan mangga. Dasar pemanfaatan sebuah SKEA ditentukan oleh berbagai karakteristik
parameter yang menunjukkan prestasikemampuan, antara lain: kapasitas, daya maksimum, kecepatan angin maksimum, kontrol kecepatan dan kecepatan rencana. Selain
faktor teknis perlu dipertimbangkan aspek ekonomis SKEA untuk memaksimalkan rancangan yang mendatangkan keuntungan. Peran pemerintah daerah dalam pengembangan potensi
energi angin ini sangat diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan sistem konversi energi angin ini hingga mampu dimanfaatkan optimal menuju kesejahteraan
bersama. .
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat dan PT. Gelar Buana Persada yang telah memfasilitasi kegiatan survey
potensi energi angin ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ir. Anjar Susatyo selaku ketua dan anggota tim survey atas bantuan dan kerjasamanya sehingga kegiatan ini dapat
berjalan sesuai rencana. Terima kasih kami ucapkan kepada aparat desa dan masyarakat sekitar lokasi survey. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Arini Wresta, M.Eng.
peneliti di P2 TELIMEK LIPI yang telah memberikan saran dan arahan agar makalah ini lebih baik.
189
PUSTAKA
Alfa, A., 2002. Sistem Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin Tipe Sistem Konversi Energi Angin Skea 2500 W, Studi Kasus Di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Rumpin-Bogor, Jawa Barat. Bruce, H., B. and Scott, L., M., 1997. Wind Resource Assessment Handbook, Fundamental
for Conducting a Successful Monitoting Program. AWS Scientific, Inc: New York. DESDM. 2003. Kebijakan Energi Terbarukan Dan Konservasi Energi Energi Hijau.
Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral: Jakarta. DESDM. 2005. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025. Direktorat Energi dan
Sumber Daya Mineral: Jakarta. Irasari, P., 2004. Laporan Teknis Program Kompetitif Energi Baru dan Terbarukan - Panduan
Studi Kelayakan. Bandung. ____________. 2006. Laporan Akhir Studi Potensi Pemanfaatan Energi Angin untuk
Pemompaan Air. PT. Gelar Buana Persada: Bandung. ____________. 2005. Pengembangan Energi Angin. Buletin Energi Hijau, edisi IX, Juli 2005.
-------------------. www.indramayukab.go.id diakses tanggal 2 September 2012
190
PENGHEMATAN BIAYA COST REDUCTION MELALUI TEKNIK BARU FINISHING BANGUNAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDAYA
KREATIF DALAM MENDUKUNG INOVASI FRUGAL
Lia Yuldinawati
Institut Manajemen Telkom Jl.Telekomunikasi no 1, Bandung
E-mail: liayulyahoo.com
ABSTRAK
Masih banyaknya masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan,yang melatarbelakangi pemenuhan kebutuhan akan sandang,pangan dan papan menjadi suatu hal yang sulit untuk dipenuhi.
Pemenuhan kebutuhan manusia ini menciptakan budaya kreatif di lingkungan masyarakat umum maupun pengembang dalam
menghasilkan sebuah produk kreatif yang mempunyai nilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Arsitektur adalah salah satu bidang didalam industri kreatif
yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan untuk menciptakan inovasi dalam upaya mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini menghasilkan penciptaan teknik baru material finishing konstruksi bangunan,baik berupa finishing
dinding,lantai maupun plafond yang diolah sedemikian rupa dengan harga yang murah,biaya material yang jauh lebih efisien dan teknik pelaksanaan yang mudah sehingga dapat dilakukan baik oleh
masyarakat umum ataupun oleh tenaga professional tanpa mengesampingkan nilai estetika. Penghematan biaya yang merupakan bagian dari manajemen proyek sangat dibutuhkan agar
mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja, waktu,sumber daya manusia dan mutu.Cost reductionpenghematan biaya adalah sebuah strategi dan langkah baru di masa depan sehingga
apabila strategi dan teknik ini dapat dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan akan papan yang menjadi salah satu faktor
penting dalam kehidupan manusia.
Kata Kunci: cost reduction, finishing bangunan,inovasi frugal
1. PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat akan perumahan dan pemukiman menyebabkan pengguna
maupun penyedia jasa berupaya memenuhi kebutuhan dengan melakukan berbagai upaya perbaikan, perubahan, dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Rumah sebagai tempat tinggal
adalah sebuah hunian tempat menampung seluruh aktifitas keluarga. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia, Kebutuhan dasar terdiri dari sandang,pangan dan
papan.Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tersebut.
Upaya pemerintah adalah dalam rangka pemerataan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. yang hidup dalam taraf kemiskinan. Bagi masyarakat Indonesia yang telah
berada pada status sosial menengah ke atas rumah adalah merupakan investasi jangka panjang, Hal ini yang membuat rentang berpedaan yang sangat mencolok antara si kaya dan
si miskin dimana kebutuhan dasar manusia tersebut yang harusnya dimiliki sama oleh semua manusia pada kenyataannya sangatlah berbeda. Menurut Lewis 1984 dalam
Suparlan masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat yang mengalami tekanan ekonomi, sosial, budaya dan politik yang cukup lama dan dapat menimbulkan
budaya miskin. Si kaya akan memiliki rumah lebih dari satu sedangkan si miskin satupun tempat
berlindung tidak dapat dipunyai olehnya. Akibat hal tersebut maka masyarakat kelas menengah kebawah banyak memiliki rumah tinggal yang tidak layak huni hanya sekedar
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan mereka saja. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan akan perumahan yang memenuhi sarana dan
prasarana yang dapat menunjang kehidupan manusia tidak dapat dipenuhi dengan baik.
191
Rumah yang memenuhi syarat bukan hanya rumah yang memenuhi standar konstruksi tetapi juga rumah yang sehat .
1.1. Perumahan Dan Pemukiman