Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 24
kelompok industri, sudah 24 yang menyatakan melakukan kegiatan riset, artinya terdapat 379 perusahaan.
Akan tetapi, belanja perusahaan tersebut untuk kegiatan riset relatif masih kecil. Dibandingkan dengan pengeluaran perusahaan untuk belanja riset yang baru 4, ternyata
alokasi pengeluaran untuk belanja promosi mencapai 46 dan belanja lisensi sebesar 50 Gambar 14. Fakta ini menunjukkan bahwa ada potensi perusahaan melakukan inovasi,
yakni 379 perusahaan dengan total pengeluaran riset 4 tersebut. Belajar dari negara lain, Cina dan India, hanya sejumlah perusahaan yang mampu menghasilkan inovasi frugal
tersebut. Dengan demikian, perusahaan dengan dukungan riset tersebut dapat didukung dan diarahkan untuk menghasilkan inovasi yang dibutuhkan masyarakat banyak BOP. Namun
demikian, masih diperlukan pemberian insentif anggaran riset bagi 379 perusahaan tersebut untuk melakukan riset, khususnya yang mengarah pada inovasi frugal, yang akan dinikmati
oleh masyarakat dikelompok piramida terbawah tersebut. Sementara sebagian perusahaan atau 790 perusahaan yang telah membeli lisensi teknologi, juga berpotensi melakukan
inovasi frugal jika didukung oleh kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai teknologi tersebut. Dalam posisi ini, maka peningkatan kemampuan para insinyur dan perekayasa
menjadi penting untuk mendorong munculnya inovasi frugal bagi kelompok industri ini.
Sumber: Indikator Iptek: Hasil Survei Litbang Industri Manufaktur, 2010 Gambar 14. Perbandingan Antara Belanja Litbang, Belanja Promosi dan Belanja Lisensi
5. KEWIRAUSAHAAN INOVATIF
Potensi kewirausahaan di Indonesia cukup besar, akan tetapi sebagian besar mengandalkan pada investasi kapital, sumberdaya alam dan tenaga kerja. Jenis
kewirausahaan semacam ini umum ditemui di Indonesia. Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Indonesia cukup besar bahkan menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan selama tujuh tahun terakhir. Selama periode 2001 hingga 2008 telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan kategori industri pengolahan besar dan sedang di
Indonesia, dari 21,396 perusahaan pada tahun 2001 menjadi 25,694 perusahaan pada tahun 2008 Gambar 15.
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 25
Sumber: Badan Pusat Statistik. 2012 Statistik Indonesia Tahun 2012.
Gambar 15. Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Indonesia Tahun 2001-2008 Akan tetapi, konsep kewirausahaan yang menjadi bahasan di sini adalah konsep
kewirausahaan inovatif-nya Schumpeter. Konsep kewirausahaan Schumpeter ini digali kembali oleh Hagedorn 1996 yang sampai pada pemahaman bahwa kewirausahaan
menurut Schumpeter tersebut merupakan perorangan yang menghasilkan kombinasi baru personifikasi dari inovasi dan dipandang sebagai faktor produksi ketiga disamping tenaga
kerja dan lahan. Dalam definisinya, kewirausahaan bukanlah inventor penemu, kapitalis atau kelas sosial, bisa saja kombinasi ketiganya. Berbeda dengan wirausahawan, penemu
dipandang Schumpeter sebagai faktor eksogenus, hanya inovasi kongkrit dan kapasitas inovatif dari wirausahawan-lah yang dapat dikatakan sebagai faktor endogen dalam
pembangunan ekonomi. Seorang wirausahawan yang sukses dalam pandangan Schumpeter bisa menjadi pemilik modal, akan tetapi sekali ia gagal berinovasi, maka ia kembali menjadi
wirausahawan yang rutin saja, seperti yang dinyatakannya:
‘According to Schumpeter, successful entrepreneurs might become capitalist but they stop being entrepreneurs once they fail to continue to innovate and return to capitalitst
routines Schumpeter, 1934 in Hagedorn, 1996: p.890
Dengan demikian, kewirausahaan inovatif itu akan muncul ketika para wirausahawan tersebut selalu mengembangkan kemampuan inovasinya dengan berinvestasi dalam
kegiatan inovasi untuk meningkatkan kinerja bisnisnya, dan bukan hanya mengandalkan dari investasi kapital dan tenaga kerja. Hal ini didukung pula oleh hasil survei inovasi sektor
industri manufaktur tahun 2011 yang dilakukan Pappiptek-LIPI menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan 77 dari 1,223 perusahaan sampel-industri pengolahan skala
besar dan sedang menyatakan bahwa perusahaan didirikan atas dasar pengalaman kerja pemilik usaha dan sebagai kelanjutan usaha keluarga, yang umumnya didukung sumber
daya kapitalfinansial Wijayanti, 2012. Perusahaan yang didukung oleh kemampuan intelektual pemilik usaha dan kemampuan teknologi cukup banyak yakni sekitar 32.92
Gambar 16. Secara absolut jumlah perusahaan yang dipimpin wirausahawan inovatif ini cukup besar yakni kurang lebih 403 perusahaan dari total 1,223 perusahaan. Kondisi ini tidak
dapat diabaikan, karena dari perusahaan inilah potensial munculnya inovasi frugal di Indonesia.
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Iptekin Nasional 2012 26
Sumber: Indikator Iptek:Potret Inovasi Industri Manufaktur, 2012 Gambar 16. Latar Belakang Berdirinya Perusahaan dan Faktor Penentu Berkembangnya Perusahaan
Seiring dengan kondisi perusahaan industri manufaktur tersebut, maka wajarlah kalau kemudian kurang dari 10 persen perusahaan untuk kelompok industri dengan intensitas
teknologi berbeda mampu menghasilkan produk yang benar-benar baru di pasar Gambar 17. Meskipun demikian, secara absolut jumlah perusahaan yang paling inovatif ini cukup
besar yakni 123 perusahaan. Jika potensi ini diperkuat, maka tidak mustahil akan muncul wirausahawan-wirausahawan yang inovatif di Indonesia ke depan. Diantara empat kelompok
intensitas teknologi tersebut, tampaknya industri teknologi rendah dan industri teknologi menengah-tinggi akan berpotensi menghasilkan inovasi ke depan, karena telah
menunjukkan kemampuannya dalam memenangi pasar pemimpin pasar melalui inovasinya maupun perusahaan yang mencoba menjadi penantang perusahaan yang lebih dulu
berinovasi.
Sumber: Indikator Iptek:Potret Inovasi Industri Manufaktur, 2012 Gambar 17. Tingkat Inovasi Produk yang Dihasilkan Perusahaan
6. STRATEGI MEMACU INOVASI FRUGAL DI INDONESIA: BEBERAPA GAGASAN