158
mampu kembali kebentuk seperti semula dan tidak melewati batas maksimum toleransi yaitu 18 mm. Dari pengujian prototipe pegas ulir tidak ada yang melampaui batas toleransi 18 mm.
5. KESIMPULAN
Hasil studi pembuatan prototipe pegas ulir luar kereta api dapat disimpulkan beberapa hal seperti:
a. Ditemukan bentuk patahan yang kecenderungan masuk dalam kategori bentuk patahan tipe getas. Setelah dilakukan analisis, diperoleh beberapa sampel yaitu pegas ulir luar
yang memiliki kekerasan diatas standar
35 – 45 HRC.
b. Dari simulasi desain dan pembebanan menunjukkan bahwa material yang biasa digunakan untuk pegas ulir luar kereta api memenuhi standar dan material requirement,
yaitu beban pegas 3435,92 kg dan kemampuan material SUP 9 adalah 3520 kg. c. Dengan modifikasi perlakuan panas yaitu pemanasan material hingga temperatur 850
C kemudian diquenching dengan media oli Sabana dan ditempering pada suhu konstan
450 C dengan variasi waktu penahanan 15, 30, 45, 60, 90 dan 180 menit, diperoleh
tingkat kekerasan material yang cenderung sesuai dengan standar material pegas yaitu
35 – 45
HRC. Hasil ini diperkuat dengan hasil pengamatan struktur mikro yang menunjukkan bahwa dengan perlakuan panas tersebut menyebabkan berdifusinya atom
karbon C menjadi fasa sementit, sehingga menyebabkan fasa martensit berkurang. Berkurangnya fasa martensit menjadikan baja pegas JIS G 4801 SUP 9 menjadi ulet
dan tangguh. d. Dari pengujian prototipe pegas ulir tidak ada yang melampaui batas toleransi 18 mm,
sehingga dapat disimpulkan perlakuan panas yang dilakukan mampu memperbaiki keuletan pegas ulir luar.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Danar Susilo Wijayanto, M.Eng, Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Sebelas Maret yang telah memberi kritik dan saran perbaikan makalah ini. Trimakasih
kepada Pimpinan Balai Yasa Maggarai Jakarta atas ijin penelitian yang diberikan dan terimakasih kepada Pimpinan Kopertis VI Jawa Tengah atas Hibah penelitian yang diberikan
kepada peneliti.
PUSTAKA
Frédéric, R., et. al., 2010. Multi-Objective Optimization of a Composite Material Spring Design Using an Evolutionary Algorithm. Canada.
Froehlke, et. al., 2003. Innovative Induction Heating Process Line For Hardening and Tempering Spring Steel Wire.
http:www.ate.itpdfATE07_new.pdf , diakses tanggal
12 April 2011. Gopinath K. dan.Mayuram M. 2006. Mechanical Springs. Indian Institute of Technology
Madras. Komite Nasional Keselamatan Transportasi, 2003. Laporan Kecelakaan Kereta Api Anjlok
Ka 1365 di Km 344 + 418 Emplasemen Karanggandul, Purwokerto, Jawa Tengah. Jakarta.
Min, S., H.T.U.N, et. al. 2008-2009. Effect of Heat Treatment on Microstructures and Mechanical Properties of Spring Steel. Journal of Metals, Materials and Minerals,
182:191-197. Nasrul, 1998. Sifat-Sifat Mekanik Baja Pegas Akibat Proses Tempering.
Prawoto, Y., et. al., 2008, Failure Analysis of Automotive Suspension Coil Springs. NHK
Spring Co. Ltd., Yokohama, Japan. Sugimoto. et. al, 2002. Journal De Physique Colloque C5, supplgment au n 10, Tome 42.
Shinichi, N. and Tadashi, S., 2009. Reverse Engineering Based Coil Spring Design Method.
159
Shinichi, N. dan Tadashi, S. 2003. Reverse Engineering Based Coil Spring Design Method NHK International Corp., 50706 Varsity Court, Wixom, MI 48393, USA.
Slingsby,R.G., 2003. A new heat-treatment process overcomes temperature relaxation problems for spring users.
Surdia, T Saito, S.,1992. Pengetahuan Bahan Teknik. edisi kedua. Pradnya Paramita, Jakarta.
Undang-Undang RI No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Yamada, Y., 2007. Materials of Springs. Translated from the Japanese original edition
published by JSSE. Springer, Berlin Heidelberg New York. Wahl, A.W. , 2009. Mechanical Springs. 2nd Edition. SMI
Webster’s Dictionary
Online, 2012.
http:www.websters-dictionary- online.comdefinitionsbogie Diakses 19 Mei 2011.
Zain, Nasrul, ..... Sifat-Sifat Mekanik Baja Pegas Akibat Pengaruh Tempering. Tesis. Universitas
Indonesia. http:www.lontar.ui.ac.idopacthemeslibri2detail.jsp?id=81457lokasi=lokal
Diakses, 1 Mei 2011 .
160
ALIH TEKNOLOGI LITBANG LPPM UPNVY PADA PETANI BUNGA KRISAN DI KAWASAN TERDAMPAK BENCANA GUNUNG MERAPI: MENDUKUNG INOVASI
FRUGAL MENGGUNAKAN AMELIORAN DAN PGPR UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT
Ari Wijayani
1
, Mofit Eko poerwanto
2
, Siwi Hardiastuti
3
1,2,3
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta Jl SWK 104 Ringroad utara Condongcatur, Yogyakarta
E-mail:
1
ariewijayaniyahoo.com
ABSTRAK Bunga krisan dari Hargobinangun menjadi andalan perekonomian masyarakat sekitar, selain itu
produksi bunga potong disini menjadi pemasok utama di DIY pada saat sebelum erupsi. Akan tetapi saat ini kebutuhan bunga potong di DIY harus mengambil dari daerah lain seperti Cipanas, Pasuruan
dan Malang karena produksi di Hargobinangun tidak mencukupi. Salah satu penyebab menurunnya produksi bunga adalah rusaknya lingkungan, tanah di lokasi pertanaman tertutup pasir dan abu
vulkanik cukup tebal akibat erupsi gunung Merapi. Kegiatan alih teknologi yang sekaligus penelitian telah dilakukan tim peneliti Litbang LPPM UPNVY di Hargobinangun Sleman Yogyakarta. Kawasan
yang menjadi sentra bunga krisan sejak tahun 2005 ini berjarak 5-10 km dari puncak gunung Merapi, sehingga pada tahun 2010 daerah tersebut hancur akibat erupsi Merapi. Teknologi pemberian
amelioran pada tanah di daerah terdampak bencana menggunakan teknik yang sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang murah dan ada disekitar lokasi petani, yaitu berupa pupuk kandang,
kascing, seresah daun bambu dan kompos kebun. Bahan-bahan tersebut terlebih dahulu difermentasi menggunakan PGPR hasil penelitian litbang LPPM UPNVY. Petani dilatih cara pembuatan PGPR dari
bahan-bahan alami yang diambil dari daerah sekitarnya dan bagaimana cara fermentasi dan penerapannya di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesuburan tanah meningkat setelah
diberi amelioran, pertumbuhan tanaman yang berupa tinggi tanaman, diameter batang, luas daun juga signifikan dibanding kontrol. Produksi bunga potong yang berupa diameter bunga, jumlah bunga
pita dan warna bunga juga lebih bagus dibandingkan kontrol. Kata Kunci: Krisan, amelioran, PGPR
ABSTRACT Chrysanthemum flowers are the main income sources of people surrounding Hargobinangun village.
Hargobinangun became the main cut flowers supplier to the province of Yogyakarta before the Merapi’s eruption. However, due to the shortage of cut flower production, those flowers have to be
imported from other areas such as Cipanas, Pasuruan and Malang. One of the production’s obstacles
is the environmental damage. Soil in planting area was covered by thick sand and volcanic ash from Mount Merapi eruption. Research and transfer of technology has been carried out by R D team of
LPPM UPNVY Yogyakarta. This team aims to carry out a research activity and technology transfer in Hargobinangun, Sleman. This area is a center of chrysanthemum flower since 2005. It is located only
5-10 km from Mount Merapi, however, by 2010 the area was devastated by the eruption of Merapi. The technologies of ameliorans addition to the soil in the disaster areas was using simple
techniques, inexpensive and available materials from surrounding farmers site, such as manure, kasc
ing, bamboo leaf litter and garden’s compost. The materials were initially fermented by using PGPR that were produced by R D LPPM UPNVY. Farmers were trained to produce PGPR from
natural ingredients taken from the surrounding area and its application in the field. The results showed the increase of soil fertility and plant growth significantly which is expressed by the increase of plant
height, stem diameter, and leaf area after application of amelioran. The quality of cut flowers was also increase, in the form of the increase of flower diameter, numbers of ribbon flower and brightness of
flower color.
Keywords : Crysanthemum, ameliorant, PGPR, technology transfer
161
1. PENDAHULUAN