Pembuatan Membran Webs Dengan Alat Electrospinning

201 sebagai kontrol. Selanjutnya membran tersebut ditutupi kain kasa, kemudian kain kasa diberi plester untuk mencegah terlepasnya kain kasa dari kulit. Seluruh badan kelinci kemudian dibungkus dengan kain pembalut untuk menutupi punggung kiri dan kanan. Satu jam setelah perlakuan, pembalut dibuka dan membran diangkat lalu dilakukan pengamatan terhadap adanya eritema dan edema. Pengamatan tersebut diulangi pada jam ke-24; 48 dan 72; serta dievaluasi dengan menggunakan skala pada Tabel 2. Selama uji coba kelinci percobaan disimpan di ruang pemeliharan dengan pakan konvensional dan air minum diberikan secara ad libitum secukupnya, pada suhu 24  2C dengan kelembaban relatif 70-80. Pencahayaan adalah 12 jam terang dan 12 jam gelap. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Gelatin Hasil analisis FTIR terhadap gelatin menunjukkan adanya gugus - gugus fungsi O- H, C-H, C=O, N-H dan C-H aromatis, pada panjang gelombang 3434 cm -1 , 2355 cm -1 , 1642 cm -1 dan 1078 cm -1 . Gugus tersebut merupakan gugus hidrofil, sehingga gelatin dapat mudah larut dalam air. 3.2. Polivinil Alkohol PVA Dari hasil uji analisa gugus fungsi dengan menggunakan alat FTIR, diketahui bahwa PVA mempunyai puncak pada beberapa panjang gelombang yaitu :  antara 1605 – 1466 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus C – C  antara 2900 - 3000 cm -1 dan 900 – 675 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus C-H ”stretching” dan C-H ”bending”  antara 3600 - 3200 cm -1 dan 1420 - 1330 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus O- H”’streching” dan O-H ”bending”  antara 1260 – 1000 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus - C=O

3.3. Pembuatan Membran Webs Dengan Alat Electrospinning

Dalam proses ini, terdapat beberapa variabel yang berpengaruh untuk terbentuknya serat tersebut. Parameter tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu sifat larutan, variabel terkendali dan parameter ambien. Sifat-sifat larutan termasuk kekentalan, daya hantar listrik konduktivitas, tegangan permukaan, berat molekul polimer, momen dipol dan konstanta dielektrik. Variabel terkendali termasuk laju alir larutan polimer, kuat medan listrik, jarak antara ujung spineret dan kolektor, bentuk jarum spineret, komposisi kolektor dan geometri. Adapun yang termasuk ke dalam parameter ambien adalah suhu dan kelembaban ruangan serta kecepatan udara dalam ruang electrospinning. Laju alir larutan polimer berpengaruh terhadap ukuran diameter nanofiber. Semakin rendah laju alir larutan, maka ukuran diameter serat yang diperoleh akan semakin kecil, sedangkan laju alir yang terlalu tinggi hanya akan banyak menghasilkan beads butiran- butiran larutan polimer bukan serat karena serat tidak sempat mengering sebelum mencapai kolektor. Variasi jarak antara ujung spineret dan kolektor adalah salah satu cara untuk mengatur diameter serat dan morfologinya. Jarak minimum diantara keduanya dibutuhkan untuk memberikan waktu yang cukup bagi serat untuk mengering sebelum mencapai kolektor. Jarak antara spineret dan kolektor yang terlalu jauh ataupun terlalu dekat hanya akan memberikan hasil spining yang tidak sempurna, dimana biasanya yang didapat hanya beads . Variasi dari salah satu atau lebih parameter ambien semisal suhu, kelembaban dan kecepatan udara dalam ruangan dapat menghasilkan serat-serat elektrospun dari berbagai jenis polimer, termasuk polimer-polimer yang larut dalam air, biopolimer-biopolimer dan polimer-polimer kristalin cair. Dalam beberapa kasus, kenaikan suhu berpengaruh terhadap mengecilnya diameter serat. Peningkatan kelembaban udara berpengaruh terhadap kenampakan pori-pori pada permukaan serat, dan lebih jauh lagi menyebabkan pori-pori tersebut bersatu. 202 Pemilihan pelarut yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembuatan nanofiber pada electrospinning. Volatilitas pelarut memiliki peranan penting dalam pembentukan serat nano, dimana penggunaan pelarut polimer yang memiliki volatilitas tinggi dapat menghasilkan serat nano dengan morfologi yang lebih baik.

3.4. Analisa Larutan Pintal dan Struktur Mikro Membran