Informasi HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kebijakan Pengembangan Mobil Komodo

122 permintaan saat ini sudah cukup tinggi sehingga banyak pesanan yang harus menunggu. Sebagai catatan, kapasitas produksi PT Fin Komodo baru sekitar 8 unitbulan.

3.1.3. Lokasi

Lokasi pabrik PT Fin Komodo berada diantara Kota Cimahi dan pinggiran Kabupaten Bandung. Kantor manajemen, gudang dan pabrik saat ini masih berada di satu tempat. Lokasi di Kota Cimahi cukup menguntungkan dalam beberapa hal. Seperti telah disebutkan, sebagian engineer PT Fin Komodo adalah karyawan PT DI yang lokasinya dekat dengan wilayah Kota Cimahi, sehingga masih memungkinkan untuk bekerja sama. Keuntungan lainnya adalah dari sisi pasokan komponen. Di sekitar wilayah Kota Cimahi dan KotaKabupaten Bandung banyak industri-industri kecil pengolahan logam. Industri- industri tersebut sudah terbiasa memenuhi kebutuhan perusahan-perusahaan baik besar maupun kecil, bahkan ada yang sudah memasok ke PT Pindad.

3.1.4. Transportasi

Sampai saat ini sistem transportasi masih belum berpengaruh besar dalam efisiensi sistem rantai pasok PT Fin Komodo. Hal tersebut dikarenakan kapasitas produksi PT Fin Komodo masih sangat kecil untuk ukuran pabirk mobil. Selain itu juga sebagian besar komponen merupakan hasil produksi pemasok lokal, hanya sebagian kecil yang dipenuhi dari pemasok luar kota dan impor.

3.1.5. Informasi

Perusahaan PT Fin Komodo memang belum dilengkapi dengan infrastruktur sistem infromasi yang canggih, akan tetapi aliran informasi mengalir lancar baik antara perusahaan dengan pemasok maupun antara perusahaan dengan pasar, bahkan antar perusahaan produsen mobil nasional. Aliran informasi antara perusahaan dengan pasar dapat dilihat dari masukan-masukan dari konsumen sebagai dasar perusahaan untuk melakukan inovasi produk sehingga muncul beberapa generasi produk PT Fin Komodo, dimana setiap generasi merupakan perbaikan dari generasi sebelumnya. Aliran informasi dari perusahaan ke pemasok terbukti dengan adanya pembinaan dari PT Fin Komodo kepada pemasok-pemasok lokal di sekitar wilayah Cimahi dan Bandung. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar pemasok PT Fin Komodo merupakan industri kecil menengah, sehingga diperlukan pembinaan untuk dapat memproduksi komponen yang sesuai dengan rancangan perusahaan. Aliran informasi antar perusahaan produsen mobil adalah melalui organisasi mobil nasional yaitu AsiaNusa. Organisasi tersebut merupakan wadah tempat bertukar pikiran dan informasi serta kerja sama diantara para prodsusen mobil nasional yang saat ini masih kurang perhatiannya dari pemerintah. Saat ini, pemilik PT Fin Komodo merupakan ketua dari organisasi tersebut. Secara sederhana sisem rantai pasok PT Fin Komodo disajikan pada Gambar 4 berikut ini. 123 Pemasok Pasar Wilayah Pedalaman Pemasok Lokal Fin Komodo aliran produk aliran informasi pelaku rantai pasok informasi Pemesanan Komponen Transportasi Produk aktivitas Design mobil Infrastruktur tidak baik Kebutuhan moda transportasi dengan harga terjangkau Kapasitas Produksi Pemasok Luar Wilayah Cimahi dan Bandung Impor Perencanaan Produksi Perencanaan Komponen Transportasi Komponen Penyimpanan Produk Produksi Karakteristik Pemasok Kedatangan komponen Penyimpanan Komponen Feedback mengenai kekurangan mobil Input untuk redesign Gambar 4. Sistem rantai pasok PT Fin Komodo 4. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mobil Komodo dapat berkembang lebih lanjut dengan catatan adanya upaya peningkatan dukungan kebijakan. Pada hakikatnya, peningkatan kualitas sistem rantai pasok dipengaruhi oleh kebijakan dan dukungan dari pemerintah sesuai tahapan pengembangan industri, yang dalam kasus Indonesia masih pada tahap infant. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih pada Corinthias Pamatang Morgana Sianipar dari Tokyo University of Science atas saran dan masukan pada versi awal makalah ini. PUSTAKA Ayers, J. B. 2001. Handbook of Supply Chain Management. CRC Press, Florida. Business Motor International. 2011. Indonesia Autos Report Q4 2011. Business Motor International, London. Christopher, M. 2005. Logistics and Supply Chain Management: Creating Value-Adding Network. Pearson Education Limited, Harlow. Darmadi, Budi. 2010. Costumer satisfaction: Itulah moto Kementerian Perindustrian, Buletin Karya Indonesia KINA Kementerien Perindustrian 1: 5-7 Hugos, M. 2003. Essential of Supply Chain Management. John Wiley and Sons, New Jersey. Jawi, Zulhaidi Mohd et al. 2012. Review of the National Automotive Policy on Car Maintenance Issues: Malaysia’s Automotive Ecosystem Explained. Malaysian Institute of Road Safety Research, Selangor. Kim, W. Chan and Mauborgne Renée. 2005. Blue Ocean Strategy: How to Create Uncontested Market Space and Make Competition Irrelevant. Harvard Business Review Press, Massachusetts. Kusnandar, 2011. Manajemen rantai pasok Toyota, Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang 91:93-102. MIDA Malaysian Industrial Development Authority. 2010. Malaysia’s Industri Automotive. Malaysian Industrial Development Authority, Kuala Lumpur. Oltra, Vanessa and Jean, Maider Saint. 2009. Sectoral systems of environmental innovation: An application to the French automotive industry, Journal of Technological Forecasting and Social Change 76: 567-583. Sargo, Soehari. 2010. Tujuh kunci pengembangan industri otomotif nasional, Buletin Karya Indonesia KINA Kementerien Perindustrian 1: 50-51. 124 Setyodarmodjo, Soenarko. 2005. Public Policy: Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Airlangga University Press, Surabaya. Wahab, Solichin Abdul. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM Press, Malang. Wibawa, Samodra. 2011. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Graha Ilmu, Yogyakarta. Wong, Chee Yew and Boon-itt, Sakun. 2008. The influence of institutional norms and environmental uncertainty on supply chain integration in the Thai automotive industry, International Journal of Production Economics 115: 400-410. 125 PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI 126 TEKNOLOGI FRUGAL MENGUNAKAN ENKAS YANG DIMODIFIKASI: UNTUK PENGEMBANGAN KENTANG TAHAN TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM Ari Wijayani 1 , Rina Srilestari 2 , Tutut Wirawati 3 1,2,3 Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta Jl SWK 104 Ringroad Utara Condongcatur, Yogyakarta Telp. 0274 486733, Fax. 0274 486400 E-mail : 1 ariewijayaniyahoo.com ABSTRAK Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang semakin menurun produksi dan luas areal pertanamannya, khususnya di Wonosobo. Penurunan tersebut dikarenakan tanaman tersebut terserang penyakit layu fusarium. Cendawan fusarium akan menular secara cepat dan menghancurkan areal pertanaman dalam sekejap. Dibutuhkan suatu teknologi untuk mendapatkan varietas kentang yang tahan layu fusarium. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan teknologi frugal agar bibit kentang bisa diperbanyak secara cepat dan dalam jumlah banyak. Kegiatan penelitian yang sekaligus alih teknologi telah dilakukan tim peneliti di laboratorium kultur jaringan UPNVY. Petani dilatih cara perbanyakan mikrostek kentang menggunakan enkas, alat penaburan eksplan yang telah dimodifikasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan terdiri 3 tahap, yaitu iradiasi menggunakan sinar gamma, pengujian ketahanan layu fusarium dengan asam fusarat dan penumbuhan tanaman tahan dalam media MS. Pada tahap III dilakukan pengujian pada 2 alat penaburan, yaitu enkas dan LAF. Media induksi yang diuji adalah M1 MS+2 ppm NAA + 0,1 ppm Kinetin, M2 MS+2 ppm NAA + 0,2 ppm Kinetin, M3MS+2 ppm NAA + 0,3 ppm Kinetin dan M4 MS+2 ppm NAA + 0,4 ppm Kinetin. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan enkas dan laminair air flow LAF tidak signifikan, artinya enkas sama bagusnya dengan LAF untuk penaburan eksplan. Kata kunci: in vitro kentang, tahan layu fusarium, teknologi frugal, enkas

1. PENDAHULUAN