222
2.3. Pengukuran Senjang Adopsi Teknologi pada PTT Padi
Senjang adopsi teknologi pada PTT padi merupakan perbedaan antara proses penentuan dan penerapan adopsi teknologi oleh petani dibandingkan dengan proses
penentuan dan penerapan teknologi yang ditawarkan PTT. Komponen teknologi dasar pada PTT padi meliputi: a varietas unggul baru VUB; b
benih bermutu dan berlabel; c pemberian bahan organik rekomendasi; d populasi tanaman optimum; e pemupukan sesuai kebutuhan dan status hara tanah rekomendasi;
f pengendalian hama terpadu PHT. Komponen teknologi pilihan, meliputi a pengolahan tanah sesuai musim tanam dan pola tanam; b penggunaan bibit muda 21 hari; c
tanam bibit 1 —3 batang per rumpun; d pengairan secara efektif dan efisien intermitten; e
penyiangan dengan landak, gasrok; f panen tepat waktu, dan gabah segera dirontok.
2.4. Analisis Data
Analisis deskriptif untuk menganalisis metode pendekatan secara kualitatif, untuk menemukan makna yang melandasi kajian Bungin 2003.
Adopsi teknologi : analisis Cochran dengan pilihan ”ya” : 1 = adopsi, dan ”tidak” : 0 = non adopsi. Jika nilai Q hitung Cochran-test X² chi-square tabel, maka item-item yang telah
diuji dapat diterima. Nilai Q dapat dihitung dengan rumus:
Senjang adopsi teknologi dengan teori himpunan dan kategori. Teori probabilitas Hasan, 2003 mengadaptasi teori himpunan dimana operasi irisan interseksi dari himpunan A
adopsi paket teknologi rekomendasi pada PTT dan himpunan B adopsi komponen teknologi pada PTT = A п B = X : x є A dan x є B, A dan B tidak saling lepas, peristiwa
bersamaan Gambar 1.
Gambar 1. Operasi Irisan Himpunan A dan B
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Adopsi Teknologi pada PTT padi
Hasil analisis Cochran terhadap item-item adopsi komponen teknologi PTT padi pada usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya, di mana H0: semua item yang diuji
memiliki proporsi jawaban ya yang sama adopsi kolektif ~ asosiasi. Sedangkan H1: proporsi jawaban ya yang berbeda non adopsi kolektif ~ non asosiasi Tabel 1. Pada tabel
1, pada pengujian tahap ke-3 diperoleh hasil Q tabel 16,92 dan Q hitung 10,28, keputusan adalah terima Ho, karena Q tabel lebih besar dari Q hitung.
B A
IrisanInterseksi
223
Tabel 1. Adopsi Kolektif Teknologi Usahatani Padi Organik atau Padi Pandan Wangi
T –
uji Teknologi usahatani padi organik
Teknologi usahatani padi pandan wangi Adopsi kolektif ~ asosiasi
Qhit X
2 α,db
Adopsi kolektif ~ asosiasi Qhit
X
2 α,db
1 Semua asosiasi SA
71,92 21,03
Semua asosiasi SA 106,86
22,36 2
SA, 3 dikeluarkan 44,91
19,68 SA, 2.3 dikeluarkan
37,97 21,03
3 SA, 4,5 dikeluarkan
10,28 16,92
SA, 2.4; 2.5 dikeluarkan 0,34
18,31
Ket : Adopsi kolektif teknologi usahatani padi organik : 1,2,6,7,8,9,10,11,12,13 PTT padi : 1. Olah tanah optimal, 2. VUB label, 7. Bibit 10 hr, 8. Bibit 1-2 btg, 9. Pestisida Org.
12. Rumput 4 x, 13. Panen tepat waktu. Non PTT padi : 6. Tapin, 10. Non PHT, 11. Non Intermitten, Non adopsi kolektif : 3. VUB petanijabal, 4. Pupuk Org. rek. 5. Pupuk Org Non Rek,
Adopsi kolektif teknologi usahatani padi pandan wangi : 2.1;2.2;2.6;2.7;2.8;2.9;2.10;2.11;2.12;2.13;2.14 PTT padi : 2.1. Olah tanah optimal, 2.2. VUB penangkar, 2.11. Intermitten, 2.12. Rumput 2 x
Non PTT padi : 2.6. Pupuk Anorg. Non spe. 2.7. Tapin, 2.8. Bibit 21 hr, 2.9. Bibit 3 btg, 2.10. Non PHT,
2.13. Panen tepat waktu -, 2.14. Panen: Ani2
Non adopsi kolektif : 2.3. VUB petanijabal, 2.4. Pupuk Org. rek.; 2.5. Pupuk Org Non rek,
Adopsi kolektif asosiasi komponen teknologi pada PTT padi, meliputi : 1 pengolahan tanah sesuai musim tanam, 2 VUB berlabel, 7 tanam bibit umur 10 hari, 8 tanam bibit
1- 2 batang per lubang, 9 penggunaan pestisida organik, 12 merumput dengan menggunakan landak 4 kali per musim tanam, dan 13 panen tepat waktu dan gabah
segera dirontok. Sedangkan adopsi kolektif non PTT, meliputi : 6 tanam pindah tapin beraturan, 10 PHT non rekomendasi, 11 sistem pengairan non intermitten.
Hasil analisis Cochran terhadap item-item adopsi komponen teknologi non PTT padi pada usahatani padi pandan wangi di Kabupaten Cianjur. Pada pengujian tahap ke-3
diperoleh hasil Q tabel 18,31 dan Q hitung 0,34, keputusan adalah terima Ho Q tabel Q hitung. Adopsi kolektif asosiasi komponen teknologi non PTT padi, meliputi : 2.5
penggunaan pupuk organik non rekomendasi, 2.6 penggunaan pupuk anorganik non rekomendasi, 2.7 tanam pindah tapin beraturan, 2.8 tanam bibit umur 21 hari, 2.9
tanam bibit 3 batang per lubang, 2.10 PHT non rekomendasi, dan 2.13 panen tepat waktu tetapi gabah tidak segera dirontok, 2.14 pemanenan dengan ani-ani. Sedangkan
adopsi kolektif komponen teknologi PTT padi, meliputi : 2.1 pengolahan tanah sempurna, 2.11 sistem pengairan intermitten, 2.12 merumput dengan menggunakan landak 2 kali
per musim tanam. Tabel 2. Adopsi Kolektif Teknologi Usahatani Padi Organik atau Padi Pandan Wangi
Berdasarkan Kepemilikan Sertifikasi
T- uji
Teknologi usahatani padi organik Pandan wangi Teknologi non PTT
Adopsi kolektif ~ asosiasi Qhit
X
2 α,db
Adopsi kolektif Qhit
X
2 α,db
1 Semua asosiasi SA
83,66 20,03
Semua asosiasi SA 72,73
22,36 2
SA, 3,5 dikeluarkan 0,0
18,31 SA, 2.3 dikeluarkan
31,34 21,03
SA, 2.4 dikeluarkan 0,68
19,67
Ket : Adopsi kolektif teknologi usahatani padi organik : 1,2,4,6,7,8,9,10,11,12,13 PTT padi : 1. Olah tanah optimal, 2. VUB label, 4. Pupuk Org. rek. 7. Bibit 10 hr, 8. Bibit 1-2 btg, 9. Pestisida Org.
12. Rumput 4 x, 13. Panen tepat waktu. Non PTT padi : 6. Tapin, 10. Non PHT, 11. Non Intermitten, Non adopsi kolektif : 3. VUB petanijabal, 5. Pupuk Org Non Rek,
Adopsi kolektif teknologi usahatani padi pandan wangi : 2.1;2.2;2.5;2.6;2.7;2.8;2.9;2.10;2.11;2.12;2.13;2.14 PTT padi : 2.1. Olah tanah optimal, 2.2. VUB penangkar, 2.11. Intermitten, 2.12. Rumput 2 x
Non PTT padi : 2.5. Pupuk Org Non rek, 2.6. Pupuk Anorg. Non spe. 2.7. Tapin, 2.8. Bibit 21 hr,
2.9. Bibit 3 btg, 2.10. Non PHT, 2.13. Panen tepat waktu -, 2.14. Panen: Ani2,
Non adopsi kolektif : 2.3. VUB petanijabal, 2.4. Pupuk Org. rek.;
Hasil analisis Cochran berdasarkan kepemilikan sertifikasi, adopsi kolektif komponen teknologi PTT padi pada usahatani padi organik tertera pada Tabel 2 di atas. Pada pengujian
tahap ke-2 diperoleh hasil Q tabel 18,31 dan Q hitung 0, keputusan terima Ho. Adopsi kolektif komponen teknologi PTT padi, meliputi : 1, 2, 4, 7, 8, 9, 12, dan 13, sedangkan non
PTT padi, yaitu 6, 10, dan 11. Hal yang sama pada usahatani padi pandan wangi, keputusan terima Ho pada pengujian tahap ke-3 diperoleh hasil Q tabel 19,68 dan Q hitung 0,68.
Adopsi kolektif komponen teknologi non PTT padi, meliputi : 2.5, 2.6, 2.7, 2.8, 2.9, 2.10, 2.13, dan 2.14, sedangkan adopsi kolektif PTT padi, yaitu 2.1, 2.2, 2.11, dan 2.12.
Hasil analisis Cochran berdasarkan kepemilikan non sertifikasi, adopsi kolektif komponen teknologi PTT padi pada usahatani padi organik tertera pada Tabel 3. Pada pengujian tahap
224
ke-3 diperoleh hasil Q tabel 18,31 dan Q hitung 2,73, keputusan terima Ho. Adopsi kolektif komponen teknologi PTT padi, meliputi : 1, 6, 7, 8, 9, 12, dan 13; sedangkan adopsi non PTT
padi yaitu 3, 5, 10, 11. Hal yang sama pada usahatani padi pandan wangi, keputusan terima Ho pada pengujian tahap ke-3 diperoleh hasil Q tabel 19,68 dan Q hitung 0,68. Adopsi
kolektif komponen teknologi non PTT padi, meliputi 2.3, 2.5, 2.6, 2.7, 2.8, 2.9, 2.10, 2.13, dan 2.14, sedangkan adopsi kolektif PTT padi, yaitu 2.1, 2.11, dan 2.12.
Petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dominan rataan: 66,67 persen mengadopsi komponen teknologi dasar, atau pilihan PTT padi. Petani padi pandan wangi di
Kabupaten Cianjur secara dominan rataan: 66,67 persen belum mengadopsi komponen teknologi tersebut pada saat pengkajian. Hal ini bukan berarti seluruh petani dari masyarakat
memiliki tingkat adopsi yang konsisten, dan tidak menjadi pilihan mengadopsi pada periode waktu mendatang karena kajian ini bersifat cross-sectional. Tindakan adopsi mereka
memiliki peluang akan beradaptasi terhadap perilaku dan budaya yang berlaku pada waktu atau periode mendatang, namun perlu kajian bersifat longitudinal. Penerapan komponen
teknologi pada PTT padi sawah ini menurut Fishbein dan Ajzen 1976, hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam suatu kegiatan tidak dapat dipisahkan. Perubahan
sikap tergantung dari kebutuhan, dan menurut teori fungsional Kazt 1960, Smith, Buner, dan White 1954 dalam Gunawardani 2002, sikap memiliki suatu fungsi untuk menghadapi
dunia luar, agar individu senantiasa menyesuaikan dengan lingkungan, dan menurut kebutuhan, sehingga perubahan sikap dan perilaku akan terjadi terus-menerus.
Tabel 3. Adopsi Kolektif Teknologi Usahatani Padi Organik atau Padi Pandan Wangi Berdasarkan Kepemilikan Non Sertifikasi
T-uji Teknologi usahatani padi organik
Teknologi usahatani padi pandan wangi Adopsi kolektif ~ asosiasi
Qhit X
2 α,db
Adopsi kolektif ~ asosiasi Qhit
X
2 α,db
1 Semua asosiasi SA
64,31 21,03
Semua asosiasi SA 72,73
22,36 2
SA, 4 dikeluarkan 23,82
19,68 SA, 2.3 dikeluarkan
31,34 21,03
3 SA, 2 dikeluarkan
2,73 18,31
SA, 2.4; 2.5 dikeluarkan 0,68
19,68
Ket : Adopsi kolektif teknologi usahatani padi organik : 1,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13 PTT padi : 1. Olah tanah optimal, 7. Bibit 10 hr, 8. Bibit 1-2 btg, 9. Pestisida Org. 12. Rumput 4 x,
13. Panen tepat waktu.
Non PTT padi : 3. VUB petanijabal, 5. Pupuk Org Non Rek, 6. Tapin, 10. Non PHT, 11. Non Intermitten, Non adopsi kolektif : 2. VUB label, 4. Pupuk Org. rek. ,
Adopsi kolektif teknologi usahatani padi pandan wangi : 2.1;2.2;2.6;2.7;2.8;2.9;2.10;2.11;2.12;2.13;2.14 PTT padi : 2.1. Olah tanah optimal, 2.2. VUB penangkar, 2.11. Intermitten, 2.12. Rumput 2 x
Non PTT padi : 2.6. Pupuk Anorg. Non spe. 2.7. Tapin, 2.8. Bibit 21 hr, 2.9. Bibit 3 btg, 2.10. Non PHT,
2.13. Panen tepat waktu -, 2.14. Panen: Ani2
Non adopsi kolektif : 2.3. VUB petanijabal, 2.4. Pupuk Org. rek.; 2.5. Pupuk Org Non rek,
Agar sikap dan tindakan konsisten, terdapat satu faktor psikologis lain yang harus ada, yaitu niat, dan menurut teori Fishbein dan Azjen 1975, tanpa ada niat suatu perbuatan tidak
akan muncul, meskipun sikapnya sangat kuat. Dapat diprediksikan akan terjadi konsistensi antara sikap dengan perbuatan petani dalam mengadopsi komponen teknologi PTT, apabila
antara sikap dengan niat, dan antara niat dengan perbuatan tidak terjadi hambatan. Sikap dan perilaku akan konsisten apabila ada kondisi: a spesifikasi sikap dan perilaku, b
relevansi sikap terhadap perilaku, c tekanan normatif, dan d pengalaman, perlu pengkajian lebih lanjut. Pengetahuan sebagai domain yang sangat penting untuk tindakan
seseorang, dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan, senada Notoatmodjo 2003. Pada kajian ini kami tidak
mengukur pembentukan sikap dan tindakan yang dipengaruhi faktor sosial, akses terhadap informasi dan pengetahuan, sehingga sikap itu sendiri secara langsung mempengaruhi
tindakan, perlu kajian lanjutan.
3.2. Senjang Adopsi Teknologi pada PTT padi