PENDAHULUAN Produksi Bahan Kering Jerami dan Klobot Jagung

175 STUDI PEMANFAATAN ENERGI AIR UNTUK MENUNJANG PROGRAM PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH TERPENCIL Ridwan Arief Subekti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik - LIPI Komp. LIPI Bandung, Jl. Sangkuriang, Gd. 20. Lt. 2 Bandung 40135 Telp.: 022-2503055, Fax: 022-2504773 E-mail: ridwanarief_raisyahoo.com ABSTRAK Program Pembangunan Listrik Perdesaan Kementerian ESDM telah meningkatkan rasio elektrifikasi Indonesia dari 67,2 pada tahun 2010 menjadi 72,95 pada tahun 2011. Namun demikian, di daerah terpencil terutama daerah pegunungan masih banyak yang belum teraliri listrik seperti di Kabupaten Aceh Besar Provinsi NAD. Sebenarnya daerah tersebut potensial untuk dikembangkan pembangkit listrik mandiri dengan memanfaatkan energi air. Perlu dilakukan studi potensi dan pemanfaatan energi air untuk mendapatkan data awal dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga mikrohidro PLTMH. Studi dilakukan melalui survei lapangan dengan mengukur beda ketinggian air menggunakan altimeter dan mengukur kecepatan air menggunakan current meters. Dari hasil studi terdapat 3 lokasi yang potensial untuk dikembangkan PLTMH dengan daya keluaran 3,7 sampai 9,1 kW. Saat ini, LIPI telah menguasai teknologi rancang bangun PLTMH seperti turbin Crossflow, turbin Propeller, turbin arus sungai head sangat rendah, generator putaran rendah dan singkronisasi. Bila dibandingkan dengan teknologi yang ada saat ini khususnya teknologi yang berasal dari luar negeri, teknologi yang kita kuasai tidaklah kalah. Bahkan dari segi harga, komponen PLTMH buatan LIPI dapat lebih murah dari komponen import. Selain itu, layanan perawatan tentu lebih mudah karena komponennya disuplai dari dalam negeri. Dengan bekal kemampuan tersebut, diharapkan LIPI dapat berperan lebih besar guna menunjang program pembangunan listrik perdesaan. Kata Kunci: daerah terpencil, energi air, rasio elektrifikasi ABSTRACT Rural Electricity Development Program of Ministry of ESDM has increase Indonesia electrification ratio from 67.2 in 2010 to 72.95 in 2011. Otherwise, in remote areas, especially in remote mountainous areas are still many who have not been powered, like in Aceh Besar, NAD. Actually that area is potential to be developed independent power plant using hydro energy. It required study of the potential and utilization of hydro energy to get beginning data as reference to develop PLTMH. The study was conducted through a survey of the field by measuring head using altimeter and water velocity using current meters. From the results of the study, there are 3 potential locations able to be developed as PLTMH with output power 3.7 until 9.1 kW. Currently LIPI has mastered PLTMH engineering technologies such as Cross flow turbine, Propeller turbine, very low head turbine, low rotation generator and synchronizer. When compared to existing technologies in particular technologies from abroad, technological which we mastered is not fail . Even in terms of price, LIPI’s PLTMH components can be cheaper than imported. In addition, maintenance would be easier because the component is supplied from domestic. By these capabilities, LIPI is expected to play a larger role to support the development of rural electricity program. Keywords: remote area, hydro energy, electrification ratio, the study

1. PENDAHULUAN

Program pembangunan listrik perdesaan Kementerian ESDM telah meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia dari 67,2 pada tahun 2010 menjadi 72,95 pada tahun 2011 Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia, 2012. Namun demikian, daerah terpencil terutama di daerah pegunungan masih banyak yang belum terjangkau listrik padahal daerah tersebut sangat potensial untuk dikembangkan pembangkit listrik mandiri dengan memanfaatkan sumber energi air atau dikenal dengan nama pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu pembangkit listrik non fosil yang bersifat terbarukan yang cocok dikembangkan di Indonesia mengingat potensinya yang sangat besar 176 dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Seperti yang terdapat pada Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 – 2025 Kementrian ESDM Tabel 1, kapasitas terpasang sumber energi non fosil yang berasal dari tenaga air skala minimikro hidro baru sekitar 206 MW atau sekitar 45 dari potensi yang ada yang mencapai 450 MW. Hal ini tentu masih berpeluang untuk terus dikembangkannya pembangkit listrik skala minimikro hidro. Tabel 1. Potensi Energi Nasional 2005 Energi non fosil Sumber daya Kapasitas terpasang terpasang Tenaga air 75,67 GW 4,2 GW 5,55 Panas bumi 27,00 GW 0,8 GW 2,96 Minimikro hidro 0,45 GW 0,206 GW 45,78 Biomass 49,81 GW 0,3 GW 0,6 Tenaga surya 4,80 kWhm 2 hari 0,001 GW Tenaga angin 9,92 GW 0,0006 GW 0,0065 Uranium Nuklir 24.112 ton e.q. 3 GW untuk 11 tahun hanya di daerah Kalan – Kalbar Sumber: Kementerian ESDM 2006 Potensi pembangkit listrik tenaga air skala mikrohidro biasanya terdapat di daerah pegunungan. Namun demikian, masih banyak sumber energi air di daerah tersebut yang belum dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Salah satu wilayah pegunungan yang belum teraliri listrik namun memiliki sumber energi air adalah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Untuk mencukupi kebutuhan listrik, masyarakat sekitar masih menggunakan genset sehingga hal ini menjadi tidak efisien dan boros padahal di daerah pegunungan tersebut terdapat aliran sungai yang cukup deras sehingga sangat potensial untuk dikembangkannya pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan studi pemanfaatan energi air sehingga secara umum dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dan secara khusus dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di wilayah tersebut. Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data awal potensi energi air yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pembangkit listrik skala mikrohidro. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro adalah suatu bentuk perubahan energi air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin air dan generator dengan kapasitas sistem maksimal 120 kW Kusdiana, dkk., 2008; Arismunandar Kuwahara, 1974. Sebagian besar literatur tentang pembangkit listrik tenaga mikrohidro lebih fokus membahas masalah perancangan peralatan mekanik, peralatan listrik serta implementasinya Subagja, dkk., 2009; Warsito dkk., 2009; Susatyo Subekti, 2009. Tujuan paper ini adalah memberikan gambaran dan informasi awal mengenai potensi energi air yang terdapat di wilayah pegunungan di Kabupaten Aceh Besar, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Dalam paper ini akan dijelaskan mengenai tahapan survei, lokasi dan potensi daya, spesifikasi peralatan mekanikal elektrikal serta komponen sipilnya.

2. METODOLOGI PENELITIAN